Gedung Putih Siapkan Insentif untuk Pindahkan Industri dari Asia ke Amerika
Pemerintah AS menyiapkan insentif bagi para pengusaha untuk memindahkan fasilitas produksi mereka dari China ke AS atau ke negara-negara di benua AS. Perseteruan antara China dan AS terus berlanjut.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintah Amerika Serikat tengah menyiapkan insentif baru untuk mendorong pengusaha Amerika Serikat memindahkan fasilitas produksi mereka dari Asia ke Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Karibia. Industri terkait dengan infrastruktur, transportasi, dan energi adalah tiga industri yang diharapkan bisa mengawali relokasi fasilitas produksi mereka.
Relokasi fasilitas produksi itu diperkirakan bisa membawa pulang uang antara 30 miliar dollar AS dan 50 miliar dollar AS kembali ke AS.
Penasihat senior Gedung Putih, Mauricio Claver-Carone, dalam sebuah wawancara yang dirilis kantor berita Reuters, Rabu (29/7/2020) waktu setempat atau Kamis (30/7/2020) waktu Indonesia, mengatakan, pada dasarnya Pemerintah AS ingin memperkenalkan inisiatif baru, yaitu ”Kembali ke Amerika”. Termasuk di dalamnya adalah pemindahan beberapa produksi barang dan jasa yang selama ini dialihdayakan (outsourced) kepada pengusaha di China agar kembali dikerjakan di wilayah AS dan negara-negara di sekitarnya.
Mantan pengacara itu mengatakan, untuk memuluskan rencana tersebut, Pemerintah AS telah berbicara dengan negara-negara Amerika Latin serta Karibia untuk membantu ”membawa pulang” berbagai kegiatan usaha milik pengusaha AS dari Asia kembali ke AS. Situasi pandemi, menurut Clever-Carone, mempercepat pemulangan kembali sejumlah bisnis itu ke AS.
Namun, dia tidak memerinci perusahaan apa saja yang sudah menyatakan kesediaannya keluar dari China dan negara Asia lainnya untuk kembali ke AS atau negara-negara tetangganya. Clever-Carone juga tidak memerinci berapa nilai insentif yang akan disediakan Washington untuk membawa pulang kembali fasilitas-fasilitas industri AS dari China ke kawasan Amerika.
Meski begitu, dia merujuk pada insentif yang diberikan pemerintah pada perusahaan Eastman Kodak Co. senilai 756 juta dollar AS untuk memproduksi bahan-bahan dasar obat, yang selama ini dipasok oleh dua negara, yaitu China dan India. Insentif ini sendiri telah membuat nilai saham Kodak melonjak hingga 2000 persen di pasar saham AS.
Kebijakan ”Kembali ke Amerika” adalah bagian dari kebijakan yang lebih bertumpu pada kemampuan dalam negeri untuk menyediakan berbagai kebutuhan bagi rakyat Amerika. Kebijakan itu adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas, yang dikenal sebagai kebijakan ”Buy America” yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump sejak mulai berkuasa di Gedung Putih.
Ketegangan AS-China
Upaya mengimplementasikan kebijakan tersebut meningkat tajam sejak gejolak yang diciptakan oleh pandemi, terutama karena ketegangan hubungan diplomatik antara AS dan China sejak awal pandemi Covid-19.
Asal muasal Covid-19, penerapan UU Keamanan Nasional di Hong Kong, masalah di Laut China Selatan, berkontribusi terhadap ketegangan di antara kedua negara. Terakhir adalah penutupan misi diplomatik, masing-masing penutupan kantor konsulat China di Houston, Texas, dan beberapa hari kemudian dibalas oleh Beijing melalui penutupan kantor konsulat AS di Chengdu, Provinsi Sichuan, China.
Clever-Carone menyatakan, pandemi global telah menunjukkan keuntungan yang dimiliki bagi pemasok dan konsumen apabila industri berada di wilayah Amerika atau Amerika Latin dibandingkan di Asia. Tidak hanya fokus pada tenaga kerja yang murah, inisiatif itu nantinya akan memfokuskan diri pada pengembangan ketentuan yang bertujuan menciptakan perlindungan bagi para pekerja. Dia menjanjikan bahwa ketentuan perlindungan buruh atau kelompok pekerja itu akan masuk dan dicantumkan dalam perjanjian perdagangan AS-Meksiko-Kanada serta akan berlaku mulai Juli 2020.
Clever-Carone, yang tengah diusulkan oleh Trump untuk menduduki posisi puncak Bank Pembangunan Inter-Amerika itu, juga menyerang posisi China di Amerika latin, terutama dalam posisinya sebagai pemberi pinjaman atau kreditor. Dia menilai, meminjam sejumlah dana kepada Pemerintah China tidak akan membuat sebuah negara maju, tetapi sebaliknya akan terlilit dan semakin terbebani utang yang tidak berkeadilan sama sekali.
Ia mencontohkan Ekuador yang kini memiliki pinjaman sekitar 6,5 juta dollar AS kepada Beijing. Pernyataan Clever-Carone ini merujuk pada upaya Presiden Ekuador Lenin Moreno yang terus berupaya menegosiasikan kembali persyaratan utang negaranya kepada Beijing sejak tahun 2018.
Clever-Carone tidak merujuk pada satu negara saja, melainkan pada jumlah utang negara-negara di kawasan yang telah berjumlah lebih dari 40 miliar dollar AS kepada Pemerintah Beijing. Dia menyatakan, Washington menyatakan keinginannya ”berkolaborasi” dengan Pemerintah China untuk memastikan praktik pemberian pinjaman atau utang ini lebih transparan. Sebuah desakan yang juga pernah digaungkan oleh Bank Dunia. (REUTERS)