Kasus Korona Meningkat, Sejumlah Negara di Asia dan Eropa Terapkan Pembatasan Lagi
Sejumlah negara di Asia dan Eropa, seperti Vietnam, Hong Kong, China, Australia, Inggris, dan Spanyol, kembali memberlakukan pembatasan sosial di tengah meningkatnya kasus-kasus baru Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Gelombang kedua pandemi Covid-19 sudah di ambang pintu. Sejumlah negara, terutama di kawasan Asia dan Eropa, mulai memberlakukan kembali kebijakan karantina dan menutup pintu wilayah mereka untuk orang luar. Padahal, beberapa negara di Eropa sudah mulai membuka pintu pariwisata menjelang musim liburan.
Keputusan karantina dan menutup pintu lagi itu karena adanya kasus baru yang muncul di sejumlah negara yang sebelumnya sudah berhasil mengendalikan laju pertambahan kasus Covid-19. Inggris, misalnya, memberlakukan karantina selama dua pekan bagi semua orang yang datang dari Spanyol. Keputusan ini diambil setelah meningkatnya kasus-kasus baru Covid-19 di Spanyol.
Di Asia Tenggara, Vietnam mengumumkan penghentian seluruh penerbangan dari dan ke Danang selama 15 hari ke depan. Langkah itu diambil setelah ditemukan sedikitnya 14 kasus baru Covid-19. Hari Sabtu lalu, Vietnam menemukan tiga kasus Covid-19 baru sehingga memaksa mereka mengevakuasi 80.000 orang keluar dari kota Danang.
Itu merupakan kasus penularan Covid-19 pertama di Vietnam sejak April lalu. Pada Senin malam, dilaporkan ada 11 kasus tambahan terkait dengan sebuah rumah sakit di Danang. Selain itu, layanan transportasi bus dan kereta dari dan menuju Danang juga dihentikan sementara.
Hingga kini tercatat ada 413 kasus Covid-19 di Vietnam. Belum ada catatan korban meninggal akibat penyakit mematikan tersebut. Saat ini Vietnam masih tertutup bagi wisatawan asal mancanegara. Meski demikian, terdapat lonjakan kunjungan wisata di kalangan wisatawan domestik.
Australia juga mencatat jumlah kasus yang naik setiap hari. Australia telah memberlakukan kembali kebijakan karantina selama enam pekan di Victoria dan ini kemungkinan akan diperpanjang lagi.
Di Xinjiang, China, juga muncul kasus penularan lokal pertama sejak awal Maret lalu. Hong Kong juga kembali melarang orang berkumpul lebih dari dua orang, menutup restoran, dan mewajibkan pemakaian masker.
Munculnya kasus baru di Spanyol memaksa Inggris meminta semua pendatang dari Spanyol untuk karantina selama dua pekan. Padahal, banyak negara di Eropa sudah menyiapkan diri selama berbulan-bulan untuk kembali membuka sektor pariwisata. Jika mereka harus menutup pintu lagi, perekonomian dikhawatirkan akan kembali seret.
Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai pembatasan perjalanan seperti itu bukan solusi yang tepat untuk jangka panjang. Untuk mencegah penyebaran Covid-19 mau tidak mau solusi yang efektif hanyalah dengan mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak sosial dan mengenakan masker.
”Hampir mustahil bagi negara untuk menutup terus perbatasannya selamanya. Perekonomian tetap harus jalan, orang harus bekerja, dan perdagangan juga harus jalan," kata Direktur Program Kedaruratan WHO Mike Ryan.
Daripada menerapkan kebijakan karantina nasional, sejumlah negara di Eropa dan Asia mengakui kebijakan lokal saja bisa mencegah penyebaran kasus Covid-19 baru. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menilai, kebijakan Inggris menutup pintu untuk Spanyol itu langkah keliru. Pasalnya, kasus baru di Spanyol sebenarnya hanya ditemukan di dua wilayah.
”Jumlah kasus di Spanyol secara keseluruhan jauh lebih kecil daripada Inggris,” ujarnya.
Spanyol tidak menutup pintunya dari para pendatang asal Inggris. Hotel-hotel di Spanyol menawarkan biaya tes korona yang akan diambil para wisawatan asing. Tahun lalu, jumlah wisatawan asal Inggris mencapai seperlima dari total wisatawan asing di Spanyol.
Sampai sejauh ini, Eropa belum mencabut larangan masuk bagi pendatang dari sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat. Jumlah warga AS yang meninggal akibat Covid-19 mencapai hampir 150.000 orang, dari jumlah kasus yang mencapai lebih dari 4,2 juta kasus. (REUTERS/SAM)