Tiga Hari Jelang Pelaksanaan Ibadah Haji, Para Jemaah Terpilih Jalani Karantina
Musim haji tahun 2020 ini akan berbeda dari musim-musim haji sebelumnya. Jemaah haji dibatasi 1.000 orang dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat selama beribadah untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
JEDDAH, SENIN — Arab Saudi, selaku penyelenggara ibadah haji, memulai kegiatan mereka menerima kedatangan para jemaah calon haji di kota Mekkah, Minggu (26/7/2020). Sekitar 1.000 anggota jemaah calon haji—semuanya adalah jemaah yang tinggal di Arab Saudi—akan menjalani masa karantina sebelum pelaksanaan ibadah haji yang akan dimulai pada Rabu (29/7) lusa.
Seperti disebutkan kantor berita AFP, untuk pertama kali dalam sejarah modern Arab Saudi bahwa, dengan pertimbangan kesehatan dan keselamatan jemaah di tengah pandemi Covid-19, jemaah dari luar Arab Saudi tidak diperkenankan melaksanakan ibadah haji. Sebelum keputusan itu diumumkan Pemerintah Arab Saudi, Pemerintah Indonesia terlebih dulu mengumumkan tidak memberangkatkan jemaah haji dengan alasan dan pertimbangan yang sama.
Seperti dilansir laman televisi Al Arabiya, kelompok pertama jemaah calon haji sudah tiba di Jeddah melalui Bandar Udara Internasional King Abdulaziz, Jumat (24/7). Selepas mendarat di bandar udara itu, mereka menjalani proses pemeriksaan sebelum diantar dengan bus ke hotel yang telah ditetapkan untuk menjalani karantina.
Dikutip dari laman resmi penyelenggaran haji Pemerintah Arab Saudi, Menteri Haji dan Umroh Arab Saudi Muhammad Saleh bin Taher Banten, Sabtu (25/7), mengatakan, dalam proses pemilihan calon jemaah haji yang sangat terbatas jumlahnya ini, pihaknya mengutamakan kondisi kesehatan sang calon melebihi kriteria lainnya.
Dia juga menekankan, proses pemilihan jemaah calon haji menggunakan sistem undian mesin terhadap para jemaah calon haji sudah diseleksi sebelumnya. ”Sama sekali tidak ada keterlibatan manusia di dalam pengundian. Kami memiliki sistem seleksi yang transparan,” kata Muhammad Saleh.
Bulan Juni lalu, Pemerintah Arab Saudi mengambil keputusan pahit yang dirasakan banyak calon jemaah haji di seluruh dunia, dengan menyortir jumlah jemaah yang biasanya bisa mencapai angka 2 juta orang setiap musim haji menjadi hanya 1.000 orang. Dari 1.000 orang itu, sekitar 70 persen di antaranya adalah warga negara asing yang tinggal di Arab Saudi. Sisanya adalah warga lokal.
”Mereka yang akan menunaikan ibadah haji tahun ini, Allah-lah yang memilih mereka dari jutaan orang (calon jemaah haji) untuk melaksanakan ibadah haji," kata Muhammad Saleh kepada televisi Al Arabiya. ”Pilihan ini bukan pilihan manusia, tetapi berdasarkan pilihan Allah yang memilih orang tersebut menjadi salah satu dari jumlah terbatas orang yang akan menunaikan haji," lanjut pria berdarah warga Banten, Indonesia, tersebut.
Seperti tiket emas
Bagi warga yang terpilih dari jumlah jemaah calon haji yang sangat terbatas itu, menunaikan ibadah haji di tengah pandemi Covid-19 merupakan anugerah dan keajaiban tersendiri. Hal ini dirasakan oleh Nasser, ekspatriat asal Nigeria yang menetap di Riyadh. ”Perasaan ini tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ini seperti memenangi tiket emas untuk berhaji,” kata Nasser.
Pemotongan jumlah jemaah haji tidak terlepas dari ketatnya protokol kesehatan yang harus dijalankan oleh penyelenggara haji dan jemaah sendiri. Jemaah yang terpilih berusia di bawah 65 tahun dan diketahui tidak pernah memiliki riwayat penyakit kronis.
Sebelum keberangkatan dari kediaman masing-masing dan di bandara, jemaah calon haji berulang kali diingatkan soal penerapan protokol kesehatan di setiap tempat yang mereka lalui, termasuk bandara hingga hotel atau wisma tempat mereka menginap. Menjaga jarak dan menggunakan masker adalah protokol sederhana yang harus mereka lakukan sendiri.
Setiba di hotel, para anggota jemaah mendapatkan satu set perlengkapan ibadah haji yang disediakan oleh pemerintah. Perlengkapan yang diberikan, di antaranya, adalah masker, baju ihram, dan sajadah. Bahkan, Pemerintah Arab Saudi juga menyediakan batu yang sudah disterilkan yang akan digunakan jemaah untuk melempar jamrah.
Petugas lebih banyak
Pemerintah Kota Mekkah, dikutip dari laman Arab News, telah menyiapkan sekitar 18.000 petugas untuk melayani jemaah, sebanyak 13.000 di antaranya adalah petugas kebersihan. Selama 24 jam mereka akan membersihkan Masjidil Haram, termasuk kawasan di sekeliling Kabah dan area Shafa-Marwah yang akan dilintasi oleh jemaah.
Setidaknya 10 kali kegiatan pembersihan akan dilakukan untuk menjaga kebersihan di kedua lokasi tersebut. Untuk menjaga kemungkinan penyebaran virus SARS-CoV-2, para jemaah dilarang memegang benda-benda yang sakral di Masjidil Haram, termasuk Kabah dan Hajar Aswad.
Para petugas kesehatan tidak hanya akan menginspeksi lokasi yang akan didatangi oleh jemaah, tetapi juga akan menginspeksi peralatan hingga makanan yang disajikan bagi para anggota jemaah di hotel tempat mereka menginap. Kesehatan para anggota jemaah juga akan dimonitor secara terus-menerus.
Puncak pelaksanaan ibadah haji berlangsung dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah diperkirakan jatuh pada Kamis, 30 Juli. Semua anggota jemaah akan berbondong-bondong menuju ke Arafah menggunakan kendaraan yang disediakan panitia penyelenggara. Mereka akan menetap selama beberapa saat di sana.
Pada musim haji, Padang Arafah biasanya didatangi jutaan umat Muslim untuk menunaikan wukuf sebagai puncak ibadah haji. Dengan kondisi sekarang, satu tenda yang bisa dihuni lebih dari 30 orang kini maksimal hanya boleh dihuni oleh 10 orang dengan penerapan protokol kesehatan.
Mayor Jenderal Mohammed bin Wasl al-Ahmadi, Wakil Komandan Pengamanan Ibadah Haji Pemerintah Arab Saudi, mengatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji kali ini ditopang dalam empat pilar, yaitu organisasi, keamanan, kemanusiaan, dan pemeriksaan kesehatan. (AP/REUTERS)