Rusia, India, China, dan AS mengembangkan hipersonik. Rusia sudah mengoperasikan tiga jenis persenjataan hipersonik, China mengoperasikan 1 jenis persenjataan itu. AS dan India masih dalam tahap mengembangkannya.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
MOSKWA, SENIN — Presiden Rusia Vladimir Putin mengindikasikan negaranya siap mengoperasikan jenis ketiga dari senjata hipersonik yang dikembangkan beberapa tahun terakhir. Pengumuman itu membuat Rusia menjadi negara terdepan dalam pengembangan persenjataan paling mutakhir tersebut.
”Tahun ini, sebanyak 40 kapal beragam kelas akan siap pakai. Keunggulan unik dan peningkatan kemampuan tempur armada akan dicapai dengan pengenalan besar-besaran teknologi digital, sistem penghancur hipersonik yang tidak ada tandingannya, kendaraan nirawak bawah air, dan perangkat pertahanan paling mangkus,” ujar Putin dalam perayaan Hari Angkatan Laut di St Petersburg, Minggu (26/7/2020), sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, Tass.
Ia tidak menyebut secara pasti kapan senjata-senjata itu akan mulai dioperasikan. Hal yang jelas, pengumuman tersebut menunjukkan Rusia mengoperasikan keseluruhan dari tiga persenjataan hipersonik yang dikembangkannya. Rusia meninggalkan China dan Amerika Serikat yang sama-sama menginginkan persenjataan hipersonik.
Mokswa mempunyai tiga jenis persenjataan hipersonik, yakni rudal udara ke darat Kinzhal alias dagger, peluncur Avangard yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM), dan rudal laut Tsirkon. Kinzhal dinyatakan melaju 10 kali kecepatan suara dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer. Rudal itu bisa dilengkapi hulu ledak nuklir ataupun bom biasa. Dalam sejumlah latihan, tentara Rusia dilaporkan sudah memakai Kinzhal sejak 2018.
Sementara Avangard, yang diumumkan Putin mulai beroperasi pada 2019, dilaporkan bisa meluncur sampai 27 kali kecepatan suara. Dengan dipasangkan pada ICBM Rusia yang kini berdaya jangkau bisa melebihi 15.000 kilometer, Avangard bisa menyasar lokasi mana pun di bumi.
Moskwa juga tengah mengembangkan Sarmat, ICBM jenis baru dengan jangkauan hingga 18.000 kilometer dan dirancang untuk mengangkut Avangard. Sarmat bisa mengangkut beban hingga 10 ton. Sementara bobot Avangard dilaporkan hanya 2 ton.
Memang, Avangard diluncurkan dengan cara terlebih dulu dipasang pada ICBM atau rudal balistik lain. Di tengah penerbangan rudal, peluncur itu dilepaskan, lalu bergerak dengan laju hingga 27 kali kecepatan suara.
Adapun Tsirkon berupa rudal laut yang bisa diluncurkan dari kapal selam ataupun kapal permukaan. Tsirkon bisa melaju hingga enam kali kecepatan suara. Seperti Avangard dan Kinzhal, Tsirkon juga bisa dilengkapi hulu ledak nuklir. Jangkauan Tsirkon dilaporkan bisa mencapai 500 kilometer. Dengan demikian, Tsirkon hanya butuh kurang dari 7 menit sejak ditembakkan sampai mencapai sasaran.
Dengan dipasang di kapal-kapal Rusia, secara teoretis, Tsirkon juga bisa menyasar apa pun dan di mana pun. Moskwa kini, antara lain, mengembangkan dua jenis kapal selam nuklir untuk mengangkut Tsirkon, yakni proyek Yassen untuk kapal selam berawak dan Poseidon untuk kapal selam tanpa awak. Dengan digerakkan tenaga nuklir, Poseidon bisa berlayar sampai 10.000 kilometer.
Pengumuman Putin di Hari AL Rusia mengindikasikan Poseidon siap beroperasi bersama Tsirkon dalam waktu dekat. Tsirkon menyusul Kinzhal dan Avangard yang sudah lebih dulu beroperasi. Putin juga pernah mengatakan, seperti dikutip Tass, Moskwa tengah mengembangkan Tsirkon versi rudal darat.
Mustahil dicegat
Keunggulan tiga persenjataan hipersonik Moskwa tidak hanya kecepatannya. Dalam laporan pada Maret 2020, Kongres AS mengakui, persenjataan hipersonik nyaris mustahil ditangkal dengan semua jenis sistem pertahanan udara dan antirudal masa kini.
Sebab, semua sistem pertahanan itu dibangun untuk menangkis rudal-rudal balistik dan rudal lain yang pergerakannya bisa dijejak sejak ribuan kilometer. Sistem pertahanan dibuat berdasarkan prinsip balistik atau memperkirakan benda bergerak di lintasan yang dipengaruhi gravitasi. Pergerakan itu sulit berubah, dan karena itu bisa diperkirakan akan dicegat di mana.
Sementara persenjataan hipersonik bisa berbelok-belok selama menuju sasaran. Selain itu, rudal-rudal hipersonik bisa terbang di bawah ketinggian minimum yang dibutuhkan untuk pelacakan radar.
Hal lain, secara teoretis, kecepatan rudal-rudal hipersonik membuat rudal akan menciptakan gelembung plasma selama bergerak. Gelembung itu menyerap semua jenis gelombang radio yang dipantulkan radar dan pelacak apa pun. Akibatnya, rudal nyaris tidak bisa dijejak selama masih bergerak. Tanpa pelacakan, sistem antirudal tidak bisa mencegat rudal hipersonik.
Kalau pun bisa dicegat, pecahan rudal hipersonik tetap membahayakan. Itu karena daya hantam yang dihasilkan dari energi gerak rudal hipersonik ditaksir 50 kali lebih tinggi dari rudal biasa. Hal itu membuat sasaran apa pun tetap rusak meski rudal hipersonik bisa dicegat.
Proyek lama
Putin pertama kali mengumumkan secara terbuka pengembangan persenjataan hipersonik pada 2015. ”Kami mengembangkan sistem penghancur yang bisa menembus semua jenis sistem pertahanan antirudal,” ujarnya, sebagaimana dikutip Tass.
Pada Maret 2018, Putin kembali mengumumkan bahwa tentara Rusia telah mengoperasikan Kinzhal dan segera mengoperasikan resimen rudal Avangard. Moskwa juga tengah mengembangkan Sarmat, ICBM jenis baru dengan jangkauan hingga 18.000 kilometer dan dirancang untuk mengangkut Avangard.
Proyek-proyek itu mulai digagas sejak Uni Soviet masih ada. Kala Uni Soviet bubar pada 1991 dan Rusia menjadi penerus utamanya, proyek-proyek itu kembali dilanjutkan. Selain mengembangkan rudal-rudal hipersonik, Moskwa juga mengembangkan penangkisnya, yakni S-500. Sistem pertahanan udara tercanggih buatan Rusia dan sudah beroperasi saat ini adalah S-400.
Paket tiga jenis rudal hipersonik dan S-500 membuat Rusia unggul jauh dari negara lain. China baru mempunyai peluncur hipersonik DF-ZF alias WU-14 yang dipamerkan pertama kali pada 2019. Peluncur itu dipasang pada rudal DF-17. Gabungan DF-ZF dan DF-17 bisa menjangkau hingga 2.000 kilometer.
Sementara AS masih dalam tahap mengembangkan persenjataan hipersonik. Pentagon meminta 3,7 miliar dollar AS pada 2020-2021 untuk membiayai pengembangan sejumlah hipersonik. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya, AS telah membelanjakan hampir 1 miliar dollar AS untuk mengembangkan rudal udara AGM-183 yang diklaim bisa melaju hingga 17 kali kecepatan suara. Rudal itu telah diuji pada Juni 2019 dan ditargetkan rampung dikembangkan pada 2022.
India, seperti dilaporkan Tass, juga mengembangkan rudal hipersonik dengan bantuan Rusia. Proyek gabungan Mokswa-New Delhi itu akan mengembangkan rudal buatan India, Brahmos. (AFP/REUTERS)