Ribuan Anggota Taliban Pakistan Bersembunyi di Afghanistan
Ribuan anggota kelompok Taliban asal Pakistan bersembunyi di Afghanistan. Sebagian bergabung dengan kelompok NIIS di wilayah Khorasan. Keterlibatan warga Pakistan di Afghanistan menyulitkan posisi pemerintah.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
AP PHOTO/ARSHAD BUTT,FILE
Foto dokumentasi tanggal 1 Maret 2020 ini memperlihatkan warga Pakistan berkumpul di Quetta, Pakistan, guna merayakan penandatanganan kesepakatan antara AS dan kelompok Taliban.
ISLAMABAD, SENIN — Perserikatan Bangsa-Bangsa, Minggu (26/7/2020), mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa sekitar 6.000 anggota kelompok Taliban Pakistan yang dilarang pemerintah, Tehreek-e Taliban Pakistan, bersembunyi di Afghanistan. Sebagian dari mereka diyakini bergabung dengan kelompok-kelompok afiliasi Negara Islam di Irak dan Suriah yang berpusat di wilayah Khorasan di Afghanistan timur.
Laporan setebal lebih kurang 28 halaman yang disusun Tim Analisis dan Pengawasan Pelaksanaan Sanksi Dewan Keamanan PBB menyebutkan, jumlah anggota kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Khorasan kini berjumlah sekitar 2.200 orang. Meski mendapat gempuran dari pasukan aliansi AS, NATO, pasukan keamanan Pemerintah Afghanistan, dan bahkan juga oleh kelompok Taliban Afghanistan itu sendiri, mereka masih mampu bertahan dan bahkan menyerang balik.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kelompok NIIS di Provinsi Khorasan kini dipimpin oleh warga negara Suriah, Abu Said Mohammad Al-Khorasani. Tim juga mendapat laporan bahwa dua komandan senior kelompok ini, yaitu Abu Qutaibah dan Abu Hajar Al-Irak, telah tiba di Afghanistan dari Timur Tengah untuk memperkuat perlawanan mereka.
”Meski secara teritorial mereka mundur, terjepit, kelompok ini tetap mampu melakukan serangan-serangan besar di berbagai wilayah, termasuk Kabul. Ini diyakini bertujuan untuk menarik pejuang Taliban yang menentang kesepakatan damai Amerika Serikat dan Taliban,” demikian menurut laporan tim analisis.
KOMPAS/ MH SAMSUL HADI
Sejumlah personel pasukan khusus Angkatan Laut Pakistan unjuk kebolehan dalam operasi mengatasi aksi terorisme, sebagai bagian dari Latihan Angkatan Laut Multinasional ”AMAN 2019”, di Pangkalan Utama ”Qasim” Angkatan Laut Pakistan di Karachi, Pakistan, Sabtu (9/2/2019).
Geliat ribuan anggota Tehreek-e Taliban Pakistan (TTP) di Afghanistan menimbulkan kekhawatiran baru bagi Pemerintah Pakistan. Apalagi, bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan laporan tentang penanganan kelompok militan dan terorisme di negara ini yang menyebutkan bahwa Pakistan masih menjadi lokasi yang aman bagi kelompok-kelompok militan dan teroris, seperti Jaringan Haqani, Laskar E-Taiba, dan Jaish e-Muhammad beserta seluruh afiliasinya.
Pemerintah Pakistan pernah merasakan dampak dari laporan tersebut. Saat itu, Pemerintah AS memotong bantuan program keamanan bagi Pakistan senilai lebih dari 1 miliar dollar AS.
”Laporan itu mengakui bahwa ada penurunan tajam kegiatan terorisme di Pakistan. Akan tetapi, laporan itu masih menyebut Pakistan menjadi tempat persembunyian yang aman bagi mereka. Kami menolak penilaian seperti itu,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan, seperti dikutip laman Al Jazeera.
Ehsanullah Ehsan, mantan petinggi kelompok TTP yang juga menjadi pendiri kelompok Jamaat ur-Ahrar (JuA), yang dikutip dari Al Jazeera mengatakan bahwa kematian Maulana Fazlullah, pemimpin TTP, tidak mematikan gerak kelompok tersebut. Diangkatnya kembali pemimpin yang memiliki darah suku Mehsud, Mufti Noor Ali Wali Mehsud, membuat kelompok ini semakin menggeliat. ”Mereka hadir di kota-kota di Pakistan dan memiliki kemampuan untuk melakukan serangan,” kata Ehsan.
THOMAS WATKINS / AFP
Foto yang diambil pada 6 Juni 2020 ini memperlihatkan dua anggota militer AS mengawasi sebuah perbukitan di depan mereka ketika ada kunjungan pejabat tinggi militer AS dan NATO ke Afghanistan.
Ehsan mengatakan, kesepakatan damai antara AS dan Taliban Afghanistan telah mengurangi kegiatan TTP dan jaringan mereka. Mereka juga kesulitan bergerak ketika hubungan antara AS dan Pakistan membaik.
Kunjungan Khalilzad
Sabtu (25/7) malam, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan bahwa Utusan Khusus Pemerintah AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad akan kembali mengunjungi Afghanistan dan beberapa negara tetangganya untuk mencoba memulai menjembatani pembicaraan intra-Afghanistan yang terkatung-katung. Taliban mendesak pembebasan seluruh tahanan tanpa syarat, sedangkan Pemerintah Afghanistan menolak membebaskan 600 tahanan kelas kakap yang dinilai melakukan kejahatan serius.
Khalilzad menilai, meski situasi keamanan memburuk, terbukti dengan sejumlah kekerasan bersenjata yang mengakibatkan korban warga sipil—terutama anak-anak dan perempuan, Pemerintah AS menilai ada kemajuan signifikan dalam proses pertukaran tahanan. ”Meskipun ada kemajuan signifikan dalam pertukaran tahanan, ini membutuhkan upaya tambahan untuk menyelesaikan masalah sepenuhnya,” kata Khalilzad.
Seorang juru bicara politik Taliban pada awal pekan ini mengatakan siap untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin politik Kabul pada perayaan hari besar umat Islam, Idul Adha, pada akhir bulan ini, dengan catatan seluruh anggota mereka dibebaskan.
PBB tunda kunjungan
Munculnya laporan tentang ribuan anggota TTP yang bersembunyi di Afghanistan bertepatan dengan pembatalan rencana kunjungan Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir ke Pakistan. Bozkir, diplomat asal Turki, menurut rencana akan mengunjungi Pakistan, Minggu (26/7). Namun, pada hari yang sama, kunjungan tersebut dibatalkan.
Foto bertanggal 19 Juni 2020 ini memperlihatkan anak-anak pengungsi Afghanistan tengah bermain di sebuah kamp pengungsian di Lahore, Pakistan.
Bozkir, dalam cuitannya di Twitter, menyatakan bahwa kunjungan kerjanya ke Pakistan harus menunggu waktu yang lebih tepat.
Menlu Pakistan Shah Mahmood Qureshi, saat mengumumkan rencana kunjungan Bozkir ke Pakistan, berharap pertemuan antara Pemerintah Pakistan dan pejabat tinggi PBB bisa memberikan hasil yang optimal bagi posisi Pakistan di Asia Selatan. Qureshi berharap dia bisa berbicara banyak dengan Bozkir tentang sengketa Kashmir antara India-Pakistan. (AP)