Secara geografis dan budaya, tiga wilayah Eropa itu memang berbeda. Orang-orang utara dipaksa rajin menabung agar tidak kelaparan pada musim dingin. Orang selatan digambarkan lebih santai.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Perundingan Dewan Eropa, 17-21 Juli 2020, bukan hanya tentang jumlah uang. Rapat terpanjang dalam sejarah Uni Eropa itu juga menunjukkan organisasi tersebut masih harus bekerja keras mengatasi perbedaan sedikitnya tiga kubu utama: utara, selatan, dan timur.
Secara geografis dan budaya, tiga wilayah Eropa itu memang berbeda. Utara, yakni negara-negara di pesisir Laut Utara sampai Laut Baltik, didominasi dataran dengan sungai-sungai yang menjadi jalur logistik pendukung industri dan perdagangan selama berabad-abad. Walakin, iklim utara yang berdekatan dengan Samudra Arktik cenderung dingin. Selama ribuan tahun, orang-orang utara dipaksa rajin menabung agar tidak kelaparan dan kedinginan selama musim dingin.
Sebaliknya, orang-orang selatan tinggal di iklim hangat dari Laut Tengah. Kehidupan orang selatan digambarkan dengan Dolce Vita, kata dalam bahasa Italia yang bermakna ’kehidupan yang manis’. Mantan Menteri Keuangan Belanda Jeroen Dijsselbloem pernah mengejek selatan karena terlalu sibuk berhura-hura. ”Awalnya Anda menghabiskan uang untuk mabuk-mabukan, lalu minta dukungan keuangan,” ujarnya sebagaimana dikutip media Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung.
Macron menyokong keinginan mitranya di selatan agar UE berutang sehingga punya dana untuk dihibahkan kepada anggotanya. Selatan, sebagaimana dilaporkan Financial Times, beralasan utang itu diperlukan untuk menjaga keutuhan UE.
Sebagai negara dengan utang hampir 2 kali produk domestik bruto (PDB), Italia harus menawarkan imbal hasil tinggi jika akan menerbitkan obligasi baru. Cerita akan berbeda jika UE, terutama Jerman, bersedia ikut menjadi penjamin atas utang yang dibutuhkan selatan guna membiayai pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi.
Berlin tidak salah karena Italia, Portugal, dan Yunani di selatan mencatat utang lebih dari hampir dua kali PDB. Hanya Spanyol punya catatan utang di aras 90 persen. Selatan juga terus menambah utang karena berbagai alasan. Sebaliknya, negara-negara utara mencatat utang rata-rata tidak sampai separuh PDB. Bahkan, sebagian utara sudah bertahun-tahun tidak menambah utang.
Sialnya, pandemi Covid-19 juga menghasilkan beban lebih berat di selatan daripada utara. Karena itu, selatan lebih membutuhkan talangan dari UE dibandingkan dengan utara. Atas nama solidaritas Eropa, Madrid dan Roma yang disokong Paris mendesak UE menerbitkan utang yang cicilannya ditanggung bersama semua anggota UE.
Alasan solidaritas Eropa pernah dipakai selatan kala meminta talangan dalam krisis utang 2009-2011. Kala itu, Bank Sentral Eropa (ECB) setuju menalangi bukan karena faktor solidaritas dan persatuan Eropa. Talangan dikucurkan karena utang selatan bisa mengguncang sistem keuangan Eropa. Sebab, sebagian besar pemegang surat utang kuartet Athena adalah perbankan Eropa. Jika gagal mencairkan obligasi-obligasi itu, perbankan Eropa bisa ambruk dan kejatuhan sistem keuangan sama saja kelumpuhan perekonomian modern.
Para populis di utara memanfaatkan isu transfer kesejahteraan. Isu itu berangkat dari ambisi UE untuk mencapai persamaan standar. Untuk mencapainya, UE mengucurkan subsidi kepada anggotanya. Pembiayaan subsidi, antara lain, dari iuran tahunan. Sebagian negara menerima subsidi lebih besar daripada iurannya. Hal itu memicu kegelisahan penduduk, antara lain, di Belanda yang digolongkan penyumbang netto karena iurannya lebih besar dibandingkan dengan subsidi dari UE.
Rutte mengajukan syarat itu, antara lain, sebagaimana dilaporkan Financial Times, karena pernah dicegat seorang pengemudi truk yang meminta Belanda berhenti memberikan uang ke UE jika uang itu akan dialirkan Spanyol dan Italia. Awalnya, ia memang sama sekali menolak usulan pemberian hibah penanganan korona dari UE kepada anggotanya di selatan dan timur. Belakangan, ia melunak dan setuju ada hibah selama selatan meningkatkan disiplin anggaran dan timur patuh pada hukum serta tidak mengekang kebebasan. Ia menuntut subsidi dipangkas dan UE mengawasi penerima hibah untuk memastikan syarat dipatuhi.
Syarat itu membuat perundingan Dewan Eropa berlangsung berhari-hari dan Macron sampai meninju meja gara-gara kesal dengan perundingan yang panjang itu.
Tuntutan Rutte dan rekannya dari utara bisa menghasilkan penguatan kontrol UE kepada anggotanya dan itu berarti kembali membuka perdebatan soal kedaulatan anggota UE. Di sisi lain, pemerintah yang berlindung di balik isu kedaulatan kerap kurang disiplin mengelola keuangan negara dan dinilai cenderung mengabaikan hukum. Timbunan utang selatan, praktik hukum di atas kekuasaan yang terjadi di Hongaria dan sejumlah negara Eropa Timur membuktikan itu.
Namun, pada akhirnya semua disatukan oleh keinginan mempertahankan UE. Perundingan di Brussels, pekan lalu, sekali lagi menunjukkan, persatuan bisa diupayakan meski banyak perbedaan. (AFP/REUTERS)