Harry-Meghan Tak Mau Dikaitkan dengan Buku soal Gonjang-ganjing dengan Istana
Buku baru seputar kegundahan Pangeran Harry dari Inggris dan istrinya, Meghan Markle, saat memutuskan keluar dari Kerajaan Inggris segera terbit. Disebutkan, keduanya merasa tak dilindungi dan dikesampingkan Kerajaan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
LONDON, SABTU — Sebuah buku tentang kehidupan anggota Kerajaan Inggris tak lama lagi segera diterbitkan. Judulnya adalah Finding Freedom. Buku ini ditulis dua wartawan peliput berita-berita Kerajaan Inggris, Carolyn Durand dan Omid Scobie. Menurut rencana, buku itu akan terbit pada Agustus mendatang.
Senapas dengan judulnya, Menemukan Kebebasan (Finding Freedom), buku itu mengupas banyak tentang kehidupan putra kedua pewaris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, yakni Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle. Buku biografi tersebut, antara lain, berisi pemaparan rasa frustrasi pasangan itu terhadap istana dan pers Inggris.
Kabar rencana penerbitan buku tersebut sampai ke telinga Pangeran Harry dan Meghan. Seolah tak mau kalah cepat dan sebelum buku itu beredar di masyarakat, keduanya segera mengeluarkan pernyataan. Melalui juru bicara mereka, Jumat (25/7/2020), Pangeran Harry dan Meghan menegaskan bahwa mereka tidak dilibatkan dalam proses penulisan dan penerbitan buku tersebut.
”Duke dan Duchess of Sussex tidak diwawancarai dan tidak berkontribusi pada Finding Freedom,” kata juru bicara pasangan itu, merujuk pada gelar kerajaan Pangeran Harry dan Meghan, dalam sebuah pernyataan. ”Buku ini didasarkan pada pengalaman penulis sendiri sebagai anggota korps pers kerajaan dan pelaporan independen mereka sendiri.”
Muncul kesan, dengan pernyataan ini, keduanya seolah tak ingin disangkut-pautkan jika terjadi kehebohan akibat terbitnya buku tersebut.
Media Inggris, The Telegraph, menyebutkan bahwa buku itu memerinci suasana dan dinamika perasaan pasangan itu terhadap istana. Disebutkan bahwa pasangan itu merasakan istana sebagai lembaga yang gagal mendukung keberadaan mereka. Dinamika itu juga tergambar dalam ”hubungan” pers dengan pasangan tersebut.
The Telegraph menilai buku itu menghadirkan sosok Harry dan Meghan sebagai kekuatan pengganggu kemapanan istana. Penggambaran ini diletakkan dalam kerangka keberadaan pasangan itu yang sebenarnya dinilai mampu untuk memodernisasi monarki.
Mengutip isi buku tersebut, surat kabar Inggris lainnya, Times, menunjukkan pertikaian yang terjadi di antara anggota keluarga kerajaan perihal sepak terjang Harry dan Meghan. Harry percaya, Meghan tidak disukai oleh beberapa kerabatnya. Sementara di sisi lain, kerabat istana merasa bahwa popularitas pasangan Harry-Meghan harus ”dikendalikan”. Times mengatakan, Meghan menggambarkan kritik tabloid sebagai ”kematian oleh seribu luka sayatan”.
Pasangan itu dan putra mereka yang berusia 14 bulan, Archie, sekarang tinggal di Los Angeles, AS. Mereka memutuskan mengundurkan diri dari peran mereka di istana Inggris pada Maret lalu untuk memulai kehidupan dan karier baru. Pada Januari, dua bulan sebelum mereka keluar dari istana, pasangan itu telah mengumumkan rencana untuk menjalani kehidupan yang lebih mandiri dan membiayai sendiri kehidupan mereka.
Harry dan Meghan, yang berlatar belakang keartisan, menikah pada Mei 2018. Pernikahan mereka digambarkan sebagai sebuah pernikahan yang digembar-gemborkan menampilkan kehidupan glamor dan modernitas Hollywood ke dalam monarki Inggris. Bersatunya kedua sosok itu menjadikan mereka salah satu pasangan selebritas paling kondang di dunia.
Kekuatan istana
Ketika dia dan Pangeran Harry secara resmi keluar dari keluarga kerajaan pada Maret, Meghan mengungkapkan perasaan terdalamnya. Di situ tergambar latar belakang sesungguhnya hingga pilihan pasangan itu untuk keluar dari istana. Dengan berlinang air mata, ia berkata kepada salah satu temannya, ”Saya menyerahkan seluruh hidup saya untuk keluarga ini. Saya rela melakukan apa pun. Tapi, kita di sini. Sangat menyedihkan,” kata Meghan, sebagaimana dikutip Daily Beast. ”Kekuatan (dari institusi) sayangnya lebih besar dari saya.”
Sementara itu, Harry merasa keberadaan dirinya dan sang istri diburu pers semata karena popularitas mereka. Ia menganggap ketertarikan publik kepada dirinya dan Meghan semakin besar terkait pernikahan mereka sebagai pasangan baru di Kerajaan Inggris. Di pihak lain, istana merasa terpojok. Istana dinilai terlalu sensitif atas kondisi itu.
Sejujurnya pasangan itu tidak ingin meninggalkan istana dan monarki. Mereka hanya ingin merasakan kebahagiaan sebagai pribadi, pasangan, dan keluarga.
Rincian tersebut tergambarkan dalam kutipan yang ditampilkan dalam buku Finding Freedom. Kutipan itu diterbitkan saat Harry dan Meghan tengah meluncurkan gugatan baru atas dugaan gangguan paparazi di rumah mereka di Los Angeles, AS. Paparazi itu mengambil dan menampilkan foto-foto pasangan itu bersama Archie, putra semata wayang mereka.
Buku tersebut menyebutkan, Harry merasa ”tidak terlindungi” oleh keluarganya dan ”seolah-olah dia dan Meghan telah lama dikesampingkan oleh institusi dan bukan bagian penting dari masa depannya (lembaga istana)”. ”Harry merasa bahwa ada begitu banyak kesempatan ketika lembaga (istana) dan keluarganya bisa membantu mereka, membela mereka, mendukung mereka, tetapi (nyatanya mereka) tidak pernah melakukannya,” kata seorang sumber kepada penulis buku tersebut.
Buku itu juga melukiskan bahwa Harry menyamakan negosiasi antara dirinya dan pihak istana saat ia dan Meghan mundur dari kerajaan layaknya ”berdiri di depan regu tembak”. Pada satu titik digambarkan suasana kebatinan Harry ketika dirinya menggulirkan komentar negatif secara daring tentang perilakunya dan perilaku Meghan.
”Itu adalah bagian masyarakat yang sakit tempat kita tinggal hari ini dan tidak ada yang melakukan sesuatu tentang itu. Di mana positifnya? Mengapa semua orang begitu sengsara dan marah?” demikian dikatakan Harry, sebagaimana dikutip dalam buku itu.
Buku tersebut juga menggambarkan Meghan mengalami kelelahan secara emosional sehingga dirinya dan Harry memutuskan keluar dari istana. Hal itu secara khusus terungkap ketika Meghan terbang dari Inggris menuju Kanada setelah keluar dari istana. ”Meg hanya ingin pulang,” kata seorang teman Meghan dan dikutip oleh penulis buku itu.
”Pada saat itu, dia tidak dapat membayangkan akan menginjakkan kakinya kembali ke kerajaan.” (REUTERS)