Serangan udara pasukan pemerintah menewaskan belasan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Ini adalah serangan kedua pasukan pemerintah dalam 24 jam terakhir.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
KABUL, KAMIS — Sedikitnya 14 warga sipil tewas dan belasan lainnya terluka dalam serangan udara pasukan pemerintah di Distrik Adraskan, wilayah barat Provinsi Herat, Afghanistan, Kamis (23/7/2020) pagi waktu setempat. Sebagian besar dari korban serangan udara, menurut saksi mata, adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan udara ini adalah serangan udara kedua dalam 24 jam terakhir yang dilakukan oleh pasukan pemerintah. Serangan udara sehari sebelumnya, Rabu (22/7/2020), di distrik yang sama menewaskan lebih kurang 45 orang. Di antara korban serangan itu juga terdapat perempuan dan anak-anak.
Utusan khusus Pemerintah Amerika Serikat, Zalmay Khalilzad, yang juga menjadi arsitek kesepakatan damai AS dengan Kelompok Taliban, mengecam serangan udara yang mematikan itu.
”Di Herat, foto-foto dan saksi mata menggambarkan bahwa banyak yang menjadi korban serangan, termasuk anak-anak. Kami mengecam serangan itu dan mendukung adanya penyelidikan,” kata Zalmay melalui akun Twitter-nya. Dia menyatakan, bertambahnya jumlah makam korban kekerasan bersenjata sama sekali tidak akan membantu jalannya perundingan.
Noor Rahmati, seorang saksi mata, menceritakan, ratusan orang berkumpul di Distrik Adraskan, Herat, untuk menyambut kepulangan mantan anggota Taliban, Ghulam Nabi, yang baru saja dibebaskan Pemerintah Afghanistan. Serangan udara terjadi tiba-tiba mengakibatkan ratusan orang yang berkumpul berlarian tak tentu arah untuk mencari perlindungan.
Rahmati sendiri kehilangan tiga orang anggota keluarganya pada kejadian itu. Dia menginginkan penyelidikan internasional atas insiden tersebut. Putra Ghulam yang baru berusia 9 tahun dikabarkan mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.
Seorang saksi mata lainnya, Abdul Khaliq, mengatakan, para korban bukanlah anggota Taliban. Mereka, menurut dia, hanya ingin bertemu dengan anggota keluarganya yang kembali ke rumah.
Akan diselidiki
Kelompok Taliban di dalam pernyataannya mengecam serangan udara terhadap anggota mereka yang baru saja menghirup udara bebas. Mereka memperingatkan bahwa kekerasan terhadap tahanan yang dibebaskan akan merusak kesepakatan yang ditandatangani pada 29 Februari. Mereka juga mengatakan, serangan demi serangan yang dilakukan oleh pemerintah akan membuat ”tugas” untuk menjaga mereka agar tidak kembali ke medan perang akan lebih sulit.
”Tindakan seperti itu dapat memaksa tahanan yang baru dibebaskan dan berharap untuk hidup normal kembali mengangkat senjata dan bertempur lagi,” kata Taliban.
Sebelumnya, Gubernur Distrik Adraskan Ali Ahmad Faqir Yar mengatakan, sedikitnya delapan warga sipil tewas dari total 45 orang tewas ketika pasukan Pemerintah Afghanistan menyerang daerah Kham Ziarat, Rabu. Namun, Faqir tidak bisa menjelaskan lebih detail jumlah korban yang terjadi pada serangan itu, termasuk dari kelompok Taliban.
Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan sedang menyelidiki dugaan korban sipil dalam serangan oleh pasukan Afghanistan di daerah itu. Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Afghanistan menyatakan akan membuka hasil penyelidikan kepada publik dan media.
”Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional memiliki tanggung jawab untuk melindungi kehidupan dan properti rakyat,” kata pernyataan itu.
Habib Amini, seorang pejabat lokal di Distrik Guzara, mengonfirmasi insiden itu dan bahwa 45 orang tewas dan lebih banyak lagi yang terluka. Seorang juru bicara pasukan AS di Afghanistan mengatakan, mereka tidak ambil bagian dalam serangan udara hari Rabu. (AP/REUTERS)