Penembakan Massal Kembali Terjadi di AS, Presiden Trump Akan Kirim Aparat Federal
Insiden penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat. Presiden Donald Trump mengumumkan akan mengirim aparat federal ke kota-kota di Amerika Serikat untuk menekan kekerasan bersenjata itu.
Oleh
Luki Aulia dan B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
CANTON, RABU — Insiden kekerasan bersenjata kembali terjadi di Amerika Serikat. Setelah kasus penembakan di Aubrun Gresham, Chicago bagian selatan, pada Rabu (22/7/2020) terjadi lagi insiden penembakan di Canton, Ohio. Dalam insiden di Ohio, seorang bayi bernama Ace Lucas tewas dan saudara kembarnya, Arcel Lucas, terluka. Belum diketahui motif yang melatarbelakangi penembakan itu.
Kedua saudara kembali itu menjadi korban penembakan saat ada orang yang menembaki rumah orangtua mereka di Canton, Ohio. Pada saat kejadian, kedua bayi kembar berusia 1 tahun itu tengah ditidurkan di sofa di dalam rumah ketika penembakan terjadi. Sampai saat ini tidak diketahui jumlah penembak dan kendaraan yang mereka gunakan.
Penembakan itu terjadi hanya beberapa jam setelah dua penembakan lain yang juga terjadi di Canton. Dalam penembakan itu, dua orang tewas dan dua lainnya terluka.
Empat jam sebelum serangan yang menewaskan Ace Lucas, terjadi penembakan di tengah kota Canton dan menewaskan Brandon Bush (20). Di lokasi terpisah penembakan lain menewaskan Ronald Pleasant (31) dan melukai seorang laki-laki lain. Polisi belum mengetahui motif penembakan-penembakan itu dan belum diketahui pula apakah semua penembakan itu terkait satu sama lain atau tidak.
Di kota lain, Aubrun Gresham, Chicago pada Selasa (21/7/2020) malam juga terjadi penembakan yang melukai 15 orang. Polisi menduga, penembakan yang menyasar pelayat di sebuah rumah duka itu dilatarbelakangi konflik antargeng.
Menurut catatan polisi, sejak awal tahun telah terjadi 1.640 kasus penembakan di Chicago dan menyebabkan 414 kematian, atau naik sekitar 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Yang lebih memprihatinkan, selama akhir pekan lalu terjadi 60 insiden penembakan di Chicago yang menyebabkan 14 kematian.
Melonjaknya kasus kekerasan bersenjata di kota-kota besar di AS pada musim panas ini diduga terkait dengan rasa frustrasi warga yang dipicu aneka persoalan, seperti kesulitan ekonomi akibat krisis Covid-19, persaingan antargeng, dan mudahnya akses pada senjata. Namun, para ahli pidana mengatakan, sejauh ini peningkatan kekerasan di beberapa kota di AS tidak mudah dijelaskan penyebabnya.
Sebagai catatan, selain di Chicago dan Ohio, kekerasan serupa terjadi di New York, Kansas City, dan kota-kota lain di Amerika Serikat. Tahun lalu, Ohio juga mencatat kasus penembakan massal yang menewaskan 9 orang dan melukai 26 orang lainnya.
Langkah Trump
Menyikapi maraknya kasus penembakan dan kriminalitas lainnya, Presiden Donald Trump, Rabu (22/7/2020), akan mengerahkan lebih banyak aparat penegak hukum federal ke Chicago dan kota-kota besar lainnya di AS. ”Kami ingin mewujudkan penegakan hukum yang lebih kuat, bukan lebih lemah,” kata Trump di Gedung Putih.
Saat menyampaikan pengumuman itu, Trump antara lain didampingi Jaksa Agung William Barr dan Penjabat Sekretaris Keamanan Dalam Negeri AS Chad Wolf. Agen-agen federal, termasuk dari FBI dan DEA, telah dikerahkan ke Kansas City, lalu menyusul ke Chicago dan Albuquerque di New Mexico.
Barr mengatakan, operasi bersandi Legend, diambil dari nama seorang korban tewas dalam penembakan di Kansas City, Juni lalu, LeGend Taliferro, ditujukan untuk melindungi penduduk. Mereka yang ditarget dari operasi itu, antara lain, mereka yang terlibat dalam aktivitas geng dan mereka yang menggunakan senjata untuk kejahatan.
Di sisi lain, langkah pemerintah federal itu dikaitkan dengan isu pencalonan lagi Trump pada pemilu November mendatang. Trump disebut tengah menggunakan isu hukum dan ketertiban sebagai materi kampanyenya. Bahkan, Trump menggambarkan, kota-kota yang dipimpin oleh politikus asal Partai Demokrat berada dalam situasi di luar kendali. Ia pun mengecam kelompok-kelompok yang disebutnya sebagai ”kiri radikal” yang berniat membubarkan kepolisian AS. Ia pun menyalahkan mereka terkait dengan ledakan kasus penembakan dan kekerasan.
Sebelum Trump mengumumkan kebijakannya itu, Senin lalu, 15 wali kota dari beragama kota di AS mengirim surat kepada Barr dan Wolf yang berisi penolakan atas kehadiran aparat federal di kota mereka. ”Secara sepihak mengerahkan anggota paramiliter ke kota-kota, kami sepenuhnya tidak konsisten dengan sistem demokrasi kita dan nilai-nilai kita yang paling mendasar,” catat mereka.”Ini menyangkut penegakan hukum federal yang dikerahkan untuk tujuan politik,” kata mereka.
Namun, Barr dan Wolf menegaskan bahwa aparat federal yang dikirim ke kota-kota di AS itu akan bermitra dengan penegak hukum setempat serta fokus pada kasus kekerasan bersenjata. ”Misi yang diemban adalah untuk melindungi masyarakat dari kejahatan dengan kekerasan di jalanan,” kata Wolf. (AP/AFP/Reuters)