Resesi ekonomi tampaknya tidak terelakkan lagi. Berbagai kebijakan pembatasan di banyak negara telah mengganggu aktivitas ekonomi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Memasuki kuartal kedua tahun ini, Korea Selatan jatuh ke dalam resesi. Kondisi ini menjadi kejatuhan ekonomi terburuk selama lebih dari dua dekade terakhir. Pandemi Covid-19 telah memukul ekspor dan pembatasan sosial melumpuhkan pabrik-pabrik di Korea Selatan.
Bank Sentral Korea, Kamis (23/7/2020), menyampaikan, ekonomi Korea Selatan menyusut 3,3 persen pada Juni 2020 dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Ini merupakan kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1988 dan lebih dalam dari jajak pendapat Reuters yang sebesar 2,3 persen.
Bersama dengan Jepang, Thailand, dan Singapura, Korea Selatan mengalami resesi teknis, yang didefinisikan sebagai penurunan berturut-turut dalam dua kuartal.
Akan tetapi, para analis dan pengambil kebijakan melihat ada peluang untuk pulih lebih cepat dibandingkan negara lain di kawasan. ”Sangat mungkin bagi kita melihat kenaikan kembali gaya China pada kuartal ketiga sejalan dengan melambatnya pandemi dan aktivitas produksi di luar negeri, beroperasi kembalinya sekolah, juga rumah sakit,” kata Menteri Keuangan Hong Nam-ki. Yang dimaksud kenaikan kembali gaya China adalah tumbuhnya ekonomi China pada kuartal kedua setelah jatuh pada awal tahun 2020.
Korea Selatan menjadi salah satu negara yang terdampak paling hebat di awal-awal wabah Covid-19 terjadi. Sekarang, negara ini sudah melaporkan hampir 14.000 kasus Covid-19 dan sekitar 300 kasus meninggal sejak wabah ini terjadi.
Korea Selatan tidak pernah menerapkan karantina nasional. Yang berlaku adalah pembatasan sosial secara ketat mulai Maret sampai Mei 2020. Namun, perekonomian Korea Selatan yang sangat bergantung pada neraca perdagangan tidak bisa menghindari dampak ekonomi pandemi ini secara global.
Produk domestik bruto Korea Selatan jatuh 2,9 persen dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan penurunan yang terbesar sejak kuartal keempat 1998 dan lebih buruk dibandingkan hasil jajak pendapat yang sebesar 2 persen.
Ekspor yang menyumbang hampir 40 persen dari ekonomi Korea Selatan menjadi sektor yang paling dominan menyeret pertumbuhan, turun 16,6 persen dan menjadi yang terburuk sejak 1963.
Produsen baja kelima terbesar di dunia yang berasal dari Korea Selatan, POSCO, melaporkan penurunan laba operasional 84,3 persen pada kuartal kedua akibat dari penurunan permintaan baja dunia.
Produsen cip memori nomor dua dunia, SK Hynix, memperingatkan akan adanya ketidakpastian pada semester kedua 2020 meski pada kuartal kedua mereka meraup untung.
”Sementara pengeluaran konsumen perlahan mulai pulih, ancaman dari virus korona sepertinya tidak akan sepenuhnya hilang dan pembatasan sosial kemungkinan harus tetap dijalankan,” kata ekonom Capital Economics Asia, Alex Holmes. ”Sementara itu, permintaan global kemungkinan akan pulih perlahan, yang akan membebani pemulihan ekspor.”
Adapun investasi bidang konstruksi turun 1,3 persen dan investasi modal jatuh 2,9 persen. Hasil dari industri manufaktur dan jasa pelayanan juga jatuh 9 persen dan 1,1 persen.
Salah satu catatan positif adalah kenaikan 1,4 persen dalam konsumsi dibandingkan tiga bulan sebelumnya berkat bantuan tunai dari pemerintah. Bantuan itu mendorong pengeluaran untuk belanja di restoran, pakaian, dan aktivitas hiburan meningkat.
Pemerintah Korea Selatan menyalurkan sekitar 277 triliun won Korea atau sekitar 231 miliar dollar AS stimulus untuk mengatasi guncangan ekonomi akibat pandemi. Namun, para anggota parlemen tidak bisa mengendalikan permintaan global yang bisa memicu ekspor. Resesi ekonomi pun sulit dihindari.
”Dampak paling buruk sepertinya sudah berakhir. Efek dasar dan suntikan keuangan dari anggaran akan meningkatkan investasi,” kata Park Sang-hyun, analis pada HI Investment & Securities.
Para analis melihat perekonomian tahun 2020 secara keseluruhan menurun 0,4 persen. Ini akan menjadi kontraksi sepanjang tahun pertama sejak krisis 1998. Namun, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, besaran kontraksi bisa lebih besar, yakni 2,1 persen.
Pekan lalu, Gubernur Bank Sentral Korea Lee Ju-yeol mengatakan bahwa revisi proyeksi ekonomi tahun 2020 sebesar 0,2 persen lebih rendah dari proyeksi sebelumnya tidak terelakkan lagi. (REUTERS/AFP)