Tembakan Beruntun Lukai 14 Orang di Selatan Chicago AS
Insiden penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat. Tembakan beruntun terbaru terjadi di sebuah rumah duka di bagian selatan Chicago pada Selasa (21/7/2020) malam.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
CHICAGO, SELASA — Tembakan beruntun terjadi di sebuah rumah duka di bagian selatan Chicago, Amerika Serikat, pada Selasa (21/7/2020) malam. Akibat peristiwa itu, sebanyak 14 orang harus dilarikan ke rumah sakit terdekat dalam kondisi luka-luka terkena tembakan. Aksi brutal tersebut menambah panjang catatan kekerasan yang terjadi di kota yang sejak era 1990-an itu terkenal sebagai kota paling mematikan.
Salah satu petinggi kepolisian Chicago mengatakan, seseorang melepaskan tembakan dari dalam sebuah mobil ke arah sekelompok orang yang tengah menghadiri sebuah upacara pemakaman. Tidak disebutkan pemakaman siapakah yang tengah digelar. Serangan tiba-tiba itu kemudian dibalas oleh sejumlah pelayat dengan tembakan.
Menurut seorang perwira polisi, jenazah yang dimakamkan adalah korban tewas akibat penembakan yang terjadi pekan lalu. Ia ditembak tepi jalan yang letaknya lebih kurang 3 kilometer dari lokasi penembakan pada Selasa malam. Pemakaman itu diadakan, kata seorang pejabat polisi, untuk seorang pria yang telah ditembak mati pekan lalu di sepanjang jalan yang berjarak kurang dari 3 kilometer jauhnya dari lokasi serangan terbaru.
The New York Times menyebutkan polisi menemukan 60 selongsong peluru di lokasi kejadian. Mobil yang digunakan oleh penyerang ditinggalkan tak jauh dari lokasi serangan.
Seusai serangan, para korban luka dirawat di lima rumah sakit. Sejauh ini kondisi terakhir para korban belum diketahui. Polisi pun belum menyimpulkan apa yang menjadi motif penembakan, tetapi polisi tengah memeriksa seseorang secara intensif terkait kasus itu. Polisi belum menyebutkan apa kaitan orang itu dengan serangan di Auburn Gresham.
Seorang warga yang tinggal di dekat lokasi kejadian, Keisha James, mengatakan, ia mendengar suara tembakan. Di tengah situasi yang kacau, ia melihat polisi mengejar seseorang. James mengaku tertekan dengan kondisi lingkungan di mana ia tinggal. Sebelumnya ia menghadiri malam peringatan untuk dua orang yang tewas akibat penembakan lainnya.
Penembakan di Auburn Gresham terjadi di tengah gelombang kekerasan senjata di Chicago. Pada awal Juli lalu, setidaknya 336 orang terbunuh dan memberi catatan hitam pada Chicago dan menjadikan tahun ini sebagai tahun paling mematikan sejak pertengahan 1990-an. Menyikapi itu, Presiden AS Donald Trump Trump berencana mengerahkan 150 penegak hukum federal ke Chicago. Tugas mereka adalah menghentikan kekerasan di Chicago.
Namun, Wali Kota Chicago Lori Lightfoot prihatin dengan langkah Trump itu. ”Penempatan agen rahasia yang tidak disebutkan namanya ke jalan-jalan kami untuk menahan orang tanpa sebab, serta melanggar hak-hak sipil dan kebebasan sipil tanpa proses hukum, itu tidak boleh terjadi di Chicago,” kata Lightfoot dalam konferensi pers yang digelar Selasa atau Rabu waktu Indonesia.
Lightfoot tampaknya khawatir dengan campur tangan pemerintah federal, termasuk terkait isu demonstrasi antirasisme pasca-kematian George Floyd, warga Minneapolis.
Sebagaimana Lightfoot, James mengatakan, yang bakal diterapkan di Chicago kemungkinan kecil akan membuahkan hasil. Sebaliknya, ia menilai, aksi kekerasan justru akan makin menjadi-jadi.
”Apakah dia (Trump) mengirim orang ke sini atau tidak, ini belum berakhir. Ini telah berlangsung dan akan terus berlanjut. Ini akan menjadikannya lebih buruk,” kata James.
James sendiri–belum lama ini–kehilangan seorang kerabat yang tewas ditembak di wilayah lain di Chicago. Menurut James, tingkat kekerasan bersenjata di Chicago memuakkan. (REUTERS)