Perjanjian Dagang India-AS di Tengah Konflik dengan China
Kesepakatan perdagangan India-Amerika Serikat itu, jika benar-benar terealisasi, menjadi babak baru hubungan di antara kedua negara itu di tengah dinamika hubungan India-China.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW DELHI, SELASA — India dan Amerika Serikat dilaporkan sudah semakin dekat untuk mencapai kesepakatan perdagangan babak baru hubungan di antara kedua negara setelah dua tahun proses negosiasi. Langkah itu terjadi di tengah hubungan India-China dan AS-China sedang kurang mesra.
Menteri Perdagangan India Piyush Goyal pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dewan Bisnis India-AS secara virtual, Selasa (21/7/2020), mengatakan, ”Dalam jangka panjang, saya percaya kita akan segera meraih kesepakatan perdagangan dari beberapa hal yang tertunda sebelumnya dan sudah dinegosiasikan dalam beberapa tahun terakhir. Kita hampir mencapai hal itu.”
Lebih lanjut Goyal mengatakan, New Delhi dan Washington harus melihat pakta perdagangan preferensial dengan 50 hingga 100 produk dan layanan di antara keduanya sebelum pindah ke pakta perdagangan bebas.
”Kami juga harus melihat hasil dari perjanjian perdagangan preferensial daripada menunggu kesepakatan perjanjian perdagangan bebas, yang bisa memakan waktu beberapa tahun untuk sampai pada kesepakatan penuh,” katanya.
Tiga sumber dari otoritas di India menyebutkan, India sedang mencari konsesi untuk obat-obatan generik yang diekspornya ke AS. Imbalan yang diinginkan New Delhi adalah terbukanya pasar susu dan terpangkasnya tarif barang-barang pertanian. Mereka telah menegosiasikan pakta perdagangan terbatas yang juga bertujuan mengembalikan tarif nol persen pada berbagai ekspor India ke AS.
Kesepakatan itu berada di bawah kesepakatan sistem Generalized System of Preferences (GSP). Washington menarik diri dari kesepakatan itu setelah pemerintahan Donald Trump melihat kurangnya akses timbal balik India bagi pihak AS. Langkah penarikan diri Washington itu dilakukan sejak tahun lalu.
Dari sisi AS, konflik antara China dan India telah membuat sangat penting bagi AS untuk memperdalam integrasi ekonominya dengan India, termasuk melalui peningkatan perdagangan dan investasi. AS juga sedang terlibat perang dagang dan perang dingin terkait sejumlah isu, terutama menyangkut pandemi Covid-19.
Di sisi India-China, 15 Juni lalu, sebagaimana diberitakan secara luas bahwa 20 tentara India dan sejumlah tentara China terbunuh dalam sebuah konflik terkait perbatasan yang di persengketakan keduanya di Lembah Galwan.
Sebagai tanggapan, India langsung melarang sejumlah aplikasi China. Media Bloomberg menyebutkan, konflik-konflik itu kemungkinan akan mendorong India lebih dekat ke AS dalam hal strategis.
Media The Economic Times mengutip Bloomberg menilai, sebuah aliansi baru, dalam hal ini AS-India, akan lebih sulit untuk dipastikan kekuatannya tanpa ikatan ekonomi yang lebih dalam.
Perdagangan tidak hanya cenderung memperkuat aliansi, tetapi membangun kekuatan ekonomi melalui kesepakatan yang lebih dalam juga sekaligus dapat secara strategis meningkatkan kemampuan dan menjaga ketahanan keamanan secara umum. Hal itu sangat diperlukan untuk menghadapi kemungkinan tekanan dari para rival masing-masing.
Washington dinilai sangat paham dengan kondisi seperti itu. Berdasarkan pengalaman, misalnya, AS pernah menghidupi Marshall Plan yang dikenal membantu menstabilkan Eropa Barat setelah Perang Dunia II dan mencegahnya jatuh ke Uni Soviet.
Langkah Washington membuka pasar AS untuk produk-produk Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan juga ternyata membantu negara-negara tersebut melakukan industrialisasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, AS tampaknya cenderung telah melupakan pelajaran ini.
Penolakan Washington terhadap Kemitraan Trans-Pasifik sebagian besar mengabaikan kepentingan geopolitik dari perjanjian itu. Padahal, kemitraan itu dinilai akan menciptakan blok perdagangan di Asia untuk menyaingi posisi dan inisiatif China.
Sekarang, dengan persaingan AS-China yang memanas, ada harapan akan mengingat pentingnya perdagangan dan investasi sebagai alat untuk memperkuat aliansi. Salah satu sekutu yang paling penting hampir pasti saat-saat ini adalah India.
Namun, diingatkan, memperdalam kemitraan ekonomi dengan India akan menjadi jalan yang panjang dan sulit bagi AS. India sekarang adalah mitra dagang paling penting kesembilan AS, hanya berada di depan Taiwan. Kesepakatan perdagangan di antara kedua negara dapat meningkatkan nilai perdagangan yang masih kecil. Sikap pemerintahan AS di bawah Trump juga tidak dapat ditebak.
Trump telah menolak untuk mengizinkan akses bebas bea India ke pasar AS, kecuali India membuka sektor pertaniannya untuk ekspor AS. Padahal, India sebagian besar terdiri dari perdesaan. Ekonominya berbasis utama ekonomi agrarian. Kondisi itu dikhawatirkan dapat menempatkan ratusan juta petani miskin India dalam risiko tergusur oleh agribisnis AS.
Hubungan ekonomi yang lebih menguntungkan memang akan meningkatkan investasi langsung oleh AS ke India. China terkenal mendorong ekonominya dengan sangat bergantung pada investasi asing secara langsung. Ia mengundang perusahaan dari seluruh dunia untuk membangun pabrik di zona-zona ekonomi khusus.
China juga relatif lebih berpengalaman. Investasi asing secara langsung, terutama di bidang manufaktur, cenderung mendorong pertumbuhan. Selain menyediakan modal untuk bangunan dan mesin baru, investasi asing secara langsung menjadi cara mentransfer teknologi antarnegara.
Ketika perusahaan AS membangun pabrik atau fasilitas lain di negara berkembang, mereka menunjukkan kepada penduduk setempat bagaimana mesin canggih, proses produksi, dan teknologi lainnya bekerja.
Penduduk setempat kemudian dapat memulai perusahaan mereka sendiri, memanfaatkan apa yang mereka pelajari dan meningkatkan produktivitas dalam ekonomi domestik. Dalam jangka panjang, teknologi adalah yang membuat negara kaya.
Karena belajar teknologi dari negara-negara maju jauh lebih murah daripada menciptakannya kembali, transfer teknologi adalah cara yang baik untuk membantu suatu negara berkembang dengan cepat. Hal-hal itu masuk dalam pertimbangan AS dan India dalam negosiasi perdagangan kedua negara. (REUTERS)