Pemain Bisnis Digital Indonesia Diimbau Ekspansi ke Mesir
Para pelaku e-dagang Indonesia berpotensi untuk memperlebar sayap hingga ke Mesir. Peluang di negara itu cukup besar.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo – Mesir
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Pandemi Covid-19 saat ini telah banyak menumbangkan bisnis dalam semua tingkatan, dari bisnis besar hingga kelas UMKM. Namun, model bisnis e-commerce atau e-dagang dinobatkan sebagai model bisnis yang mampu bertahan di masa pandemi itu.
Banyak pelaku usaha kini mulai melirik model bisnis digital tersebut untuk pengembangan usaha mereka saat ini dan masa mendatang. Mesir dan kawasan Timur Tengah serta Afrika dianggap memiliki potensi besar dalam sasaran pengembangan model bisnis digital itu.
Dalam konteks tersebut, KBRI Kairo, Selasa (21/7/2020), menggelar webinar dengan tema ”Melejitkan Potensi Kerja Sama Ekonomi Berbasis Digital di Kawasan Timur Tengah: Membangun Sikap Optimis di Kalangan Pelaku Usaha di Masa Pandemi”.
Duta Besar RI untuk Mesir Helmy Fauzy, dalam sambutan pembukaan acara webinar itu, mengimbau pemain bisnis digital di Indonesia untuk ekspansi bisnis ke Mesir, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
Dubes RI untuk Mesir tersebut kemudian secara khusus mengajak Bukalapak untuk ekspansi ke Mesir. ”Kalau Bukalapak mau ekspansi ke Mesir, KBRI Kairo siap membantu 24 jam untuk mewujudkan ke arah itu. Kami siap membantu kalau ada pemain bisnis digital di Indonesia mau bangun panetrasi pasar di Mesir dan Timur Tengah,” ujar Fauzy.
Dubes RI untuk Mesir itu kemudian mengimbau digelar kegiatan-kegiatan untuk pengembangan kapasitas di bidang pengembangan bisnis digital sehingga webinar ini tidak berhenti hari ini saja.
”Panitia hendaknya sebarkan survei kepada semua peserta webinar ini mengenai usulan pengembangan kapasitas dan pelatihan teknis bisnis digital Indonesia di Mesir dan negara Timur Tengah lainnya,” ucap Fauzy.
Guru Besar Ilmu Komputer Universitas Indonesia Prof Yudo Giri Sucahyo, yang berbicara setelah Dubes Helmy Fauzy, mengatakan, saat krisis 1998, adalah UMKM yang menopang perekonomian Indonesia, tapi saat pandemi Covid-19 ini justru UMKM yang tumbang duluan.
Menurut Sucahyo, UMKM yang mampu survive saat pandemi ini adalah UMKM yang berhasil melakukan transformasi menuju digital. Meski demikian, lanjut Guru Besar Universitas Indonesia tersebut, hanya 13 persen UMKM yang berhasil survive saat pandemi ini dan sisanya, 87 persen UMKM, tumbang.
Menurut Sucahyo, ruang digital itu tidak terbatas, yang harus kita manfaatkan dengan berbagai aktivitas dan kita juga harus melakukan inovasi digital.
”Mesir dan Indonesia dari segi teknologi informasi mirip. Indonesia berpenduduk 272 juta dan Mesir berpenduduk 101 juta. Pemakai handphone di Indonesia mencapai 124 persen karena WNI bisa memiliki handphone lebih dari satu. Adapun pemakai handphone di Mesir 91 persen. Pengguna internet di Indonesia 64 persen dan pengguna internet Mesir 54 persen,” kata Sucahyo.
Menurut dia, kalau pelaku e-dagang Indonesia sasar pasar digital di Mesir, peluang pasar bisa sekitar 54 juta atau 54 persen dari populasi Mesir yang sebanyak 101 juta.
Ia melanjutkan, kalau pelaku e-dagang menyasar pasar digital di Indonesia, maka pasarnya sekitar 175 juta atau 61 persen dari penduduk Indonesia. ”Penduduk Indonesia yang punya rekening di institusi keuangan sekitar 48 persen dan penduduk Mesir yang punya rekening hanya 32 persen. Kalau kita main bisnis digital di Mesir, yang akan bayar melalui rekening bank adalah 32 persen,” lanjutnya lagi.
Ia mengatakan, e-dagang di Mesir masih sangat terbatas. Lapak e-dagang yang kerap dikunjungi warga Mesir adalah Souq.com, lalu OLX.com dan Jumia.com.
Menurut dia, Indonesia lebih unggul dalam e-dagang daripada Mesir yang artinya masih ada peluang besar masuk ke pasar digital Mesir untuk menjajakan produk Indonesia atau produk Mesir di Indonesia.
Ia mengungkapkan, akan digelar berbagai pameran virtual di Indonesia yang merupakan kesempatan untuk memasarkan produk Mesir di pameran virtual di Indonesia.
Sementara Associates Vice President Bukalapak Bima Laga mengungkapkan, dalam masa pandemi ini ada sektor yang terdampak, seperti sektor turis, finansial service dan pendidikan, serta ada sektor yang justru tumbuh, seperti bisnis digital.
Ia menyebut, mungkin setelah pandemi nanti, permintaan barang dari Timur Tengah bisa besar melalui Bukalapak.
Founder Thalib Store yang juga alumnus Universitas Al Azhar, Heriyanto, menyampaikan, produk Indonesia bisa dipasarkan di Mesir melalui e-commerce seperti Souq.com dan jumia.com lewat kerja sama dengan warga Mesir untuk legalitas penjualan di pasar digital Mesir itu.
Ia menyebut, potensi pasar digital di Mesir cukup besar karena usia 60 persen dari populasi Mesir itu di bawah 30 tahun dan dalam usia ini rata-rata melek internet.