Uji Klinis di Inggris Beri Hasil Positif, Produksi Vaksin Covid-19 Makin Dekat
Inggris menyatakan puas atas hasil uji klinis calon vaksin Covid-19, yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca. Mereka yakin kini selangkah lebih dekat dalam menemukan vaksin yang menyelamatkan warga dunia.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Universitas Oxford, Inggris, dan perusahaan farmasi AstraZeneca memberi harapan. Hasil uji klinis tahap satu terhadap 1.077 relawan menunjukkan, contoh bibit vaksin itu membangun kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19. Hasil uji ini membuat waktu produksi massal vaksin Covid-19 makin dekat.
Dalam pengumuman Oxford pada Senin (20/7/2020) disebutkan, tubuh relawan bisa mengenali SARS-CoV-2 melalui sel T dan antibodi. Dalam dua pekan setelah vaksinasi dengan ChAdOx1 nCoV-19, nama vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca, sel T mengenali virus dan mulai menyerangnya. Sementara dalam 28 hari selepas vaksinasi, relawan mulai membuat antibodi yang bisa mengenali dan menyerang virus di darah dan limpa.
”Kami berharap ini berarti sistem kekebalan tubuh bisa mengenali virus sehingga vaksin kami akan melindungi warga dalam jangka panjang. Walakin, kami masih memerlukan penelitian lanjutan sebelum memastikan kemangkusan vaksin dalam melindungi (tubuh) dari infeksi SARS-CoV-2 dan berapa lama perlindungan bertahan,” ujar Andrew Pollard, peneliti Universitas Oxford yang menulis laporan hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal Lancet itu.
Peneliti lain yang ikut menulis laporan itu, Sarah Gilbert, juga menyatakan hal senada. ”Masih banyak yang harus dilakukan sebelum memastikan apakah vaksin kami bisa membantu mengatasi pandemi Covid-19. Walakin, hasil awal ini memberikan harapan,” ujarnya.
”Sembari melakukan uji tahap 3, kami perlu mempelajari virus lebih lanjut. Misalnya, kami belum tahu seberapa kuat reaksi kekebalan tubuh yang dibutuhkan untuk memicu perlindungan mangkus dari infeksi SARS-CoV-2. Jika vaksin kami mangkus, mungkin ada pilihan vaksin tipe ini diproduksi dalam skala besar,” tutur Gilbert.
Prioritas vaksinasi
Gilbert juga menyinggung soal prioritas pemberian vaksin. ”Vaksin yang sukses melawan SARS-CoV-2 akan bisa dipakai mencegah infeksi, penyakit, dan kematian di seluruh masyarakat. Kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja rumah sakit dan orang lanjut usia, diprioritaskan mendapat vaksinasi,” lanjut Gilbert.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berpendapat senada. Setelah memesan 190 juta dosis dari beberapa jenis vaksin Covid-19, Johnson menyebut ada sekelompok warga yang diprioritaskan mendapat vaksinasi. Sebab, mereka berisiko tinggi terinfeksi Covid-19.
Vaksin yang dipesan Inggris termasuk yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca. Calon vaksin yang juga disebut sebagai AZD1222 itu kini mulai memasuki uji klinis tahap ketiga. Dalam uji klinis tahap pertama, peneliti fokus mencari dosis tepat dan efek sampingnya. Selanjutnya pada uji klinis tahap kedua, peneliti membandingkan hasil pengujian pada beberapa kelompok relawan. Adapun pada tahap ketiga, pengawas akan menentukan apakah vaksin sudah aman dan bisa diproduksi atau belum.
Uji klinis tahap ketiga melibatkan lebih banyak relawan. Di sejumlah negara, puluhan ribu relawan mendaftar untuk disuntik calon vaksin itu. Di Indonesia, uji klinis akan digelar di Kota Bandung, Jawa Barat, menggunakan calon vaksin yang dikembangkan perusahaan China, Sinovac Biotech.
Pemerintah Inggris, yang menghibahkan 84 juta poundsterling untuk pengembangan vaksin itu, menyatakan puas. ”Hasil ini sangatlah menjanjikan, ini akan membawa kita satu langkah lebih dekat dalam menemukan vaksin yang dapat menyelamatkan jutaan nyawa di Inggris dan seluruh dunia. Kecepatan kerja Universitas Oxford sangatlah mengagumkan. Saya sangat bangga akan apa yang mereka telah capai sampai saat ini,” tutur Menteri Bisnis Inggris Alok Sharma.
Hasil kerja uji klinis Oxford-AstraZeneca merupakan sebagian dari calon vaksin yang sudah memasuki tahap lanjut pengembangan. Perusahaan China, Sinovac, juga telah memulai uji klinis tahap ketiga yang antara lain dilakukan di Indonesia, Mesir, dan sejumlah negara lain. Demikian pula perusahaan Amerika Serikat, Moderna, yang mulai memasuki uji klinis tahap ketiga. (REUTERS)