Ketika Raja Salman Sakit, Mantan Putra Mahkota Saudi Jadi Sasaran Pendengung
Ada jaringan pejabat menilap 11 miliar dollar AS dari Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi. Ribuan cuitan mengaitkan tudingan itu kepada mantan Putra Mahkota Mohammed bin Nayef, rival kuat Pangeran Mohammed bin Salman.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Mantan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Nayef dan mantan bawahannya di intelijen Saudi, Saad al-Jabri, menjadi sasaran kampanye negatif para pendengung atau buzzer di media massa dan media sosial. Kampanye itu diunggah menjelang dan kala tersiar kabar Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud masuk rumah sakit.
Sejak Jumat sampai Senin (20/7/2020), ribuan cuitan soal dugaan korupsi Mohammed bin Nayef diunggah di media sosial. Sumber-sumber di Saudi menyebut, cuitan-cuitan itu bagian dari upaya merusak citra Mohammed bin Nayef di dalam negeri. Orang dekat Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, diduga berada di balik serangan media sosial itu.
Salah satu pencuitnya adalah Al-Radaa al-Saudi, akun dengan 1,2 juta pengikut. Dalam salah satu cuitan, akun itu menulis bahwa Mohammed bin Nayef mengizinkan jaringan korupsi Al-Jabri beroperasi.
Tudingan itu didasarkan pada laporan koran Wall Street Journal edisi Jumat pekan lalu. Media Amerika Serikat itu mengutip sejumlah pejabat Arab Saudi yang menyebut ada jaringan pejabat menilap 11 miliar dollar AS. Dana itu ditilap dari Kementerian Dalam Negeri kala Mohammed bin Nayef menjabat menteri dalam negeri.
Khalid bin Saad, anak Jabri, menyangkal tudingan itu. Ia menyatakan, ayahnya tidak mempunyai kendali atas dana itu. Hanya Mohammed bin Nayef mempunyai kekuasaan atas anggaran Kementerian Dalam Negeri sesuai dengan kewenangan dari Raja Abdullah bin Abdulaziz, pemimpin Arab Saudi sebelum Raja Salman.
Khalid menyebut cuitan-cuitan itu untuk membelokkan fakta lain. ”Penyanderaan saudara laki-laki dan perempuan saya, serangan tidak berdasar hukum, dan tuduhan salah,” ujarnya.
Anak-anak Jabri ditahan sejak beberapa waktu lalu. Sementara Jabri sejak lama bersembunyi di Kanada. Seorang diplomat di Riyadh menyebut, tudingan itu bagian dari upaya aparat Saudi mengaitkan Mohammed bin Nayef dengan kasus yang ditudingkan pada Al-Jabri.
Antisipasi pilpres AS
Seorang sumber di kerajaan Arab Saudi menyebut, orang dekat Pangeran Mohammed bin Salman memacu kampanye negatif terhadap Mohammed bin Nayef sebagai persiapan jika Presiden AS Donald Trump kalah di pemilu pada November 2020. Trump dikenal sangat mendukung Pangeran Mohammed bin Salman, yang populer dengan sebutan MBS itu.
Sebaliknya, Joe Biden yang akan menantang Trump malah bersikap keras terhadap MBS. Biden pernah berjanji membuat MBS bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal Khashoggi dan mengakhiri penjualan senjata AS ke Arab Saudi.
Sejumlah pihak, termasuk di AS, menuding MBS bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi yang terjadi Istanbul, Turki, Oktober 2018. Riyadh, lewat peradilan, menyangkal itu dan telah menghukum sejumlah orang yang dinyatakan terlibat dalam pembunuhan Khashoggi .
Konsolidasi kekuasaan
Sumber Reuters menyebut, serangan terhadap Mohammed bin Nayef bagian dari upaya lanjutan konsolidasi kekuasaan oleh Pangeran MBS. MBS disebut berusaha menyingkirkan pihak-pihak yang dianggap bisa mengancam kekuasaannya. Upaya itu semakin gencar di tengah peluang suksesi gara-gara Raja sakit. Sejak Senin, Raja Salman bin Abdulaziz masuk rumah sakit karena radang kantong empedu.
Di antara sejumlah tokoh, Mohammed bin Nayef dianggap masih menjadi ancaman atas kekuasaan MBS. Sejak 1975 sampai sekarang, keluarga Nayef bin Abdulazis bergantian menjadi menteri dalam negeri Arab Saudi. Setiap mendagri Arab Saudi sekaligus mempunyai kendali atas aparat intelijen dan aparat keamanan Arab Saudi. Selain itu, Nayef bin Abdulaziz dan Mohammed bin Nayef juga sama-sama pernah menjadi putra mahkota.
Nayef menjadi mendagri dan putra mahkota sampai meninggal. Kursi mendagri diduduki adiknya, Ahmed bin Abdulaziz, sebelum diserahkan kepada anaknya, Mohammed bin Nayef, pada November 2012.
Sementara jabatan putra mahkota diduduki Salman bin Abdulaziz. Setelah menjadi raja, Salman menunjukan Mohammed bin Nayef jadi putra mahkota sejak 2015. Pada 2017, Raja Salman mencopot Mohammed bin Nayef dari kursi putra mahkota dan mendagri. Kursi mendagri diserahkan kepada Abdulaziz bin Saud. Abdulaziz merupakan anak Saud bin Nayef, kakak Mohammed bin Nayef. Adapun kursi putra mahkota diserahkan kepada MBS.
Pada Maret 2020, Raja Salman menyetujui usulan MBS untuk menangkap Mohammed bin Nayef dan sejumlah pangeran lain atas tuduhan korupsi dan pengkhianatan. Sampai sekarang, Mohammed bin Nayef dan para pangeran lain masih ditahan di lokasi yang dirahasiakan. (AFP/REUTERS)