Trump Serang Biden, Nilai Biden Tak Layak Pimpin AS
Tuduhan yang cenderung tidak berdasar dan sangat spekulatif dilancarkan Trump terhadap Biden. Ia mengatakan Biden akan melipatgandakan pajak dan tidak mendanai kepolisian.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Presiden Donald Trump menilai bakal calon lawannya dalam pemilu presiden mendatang dari Partai Demokrat, Joe Biden, tidak layak untuk memimpin Amerika Serikat. Serangan terhadap Biden itu dilancarkan Trump di tengah sorotan publik yang semakin kecewa dengan penanganan Trump atas pandemi Covid-19 di negara itu.
Trump mengatakan, jika Biden terpilih pada pemilihan presiden (pilpres) pada 3 November, Biden cenderung akan ”menghancurkan” AS. ”Dia mengalami kelelahan mental,” kata Trump menunjuk Biden.
Trump menambahkan secara luas bahwa ”agama akan hilang” jika AS dipimpin Biden. Trump merujuk pada pejabat Demokrat yang melarang layanan gereja besar untuk membendung penyebaran Covid-19. Ditanya apakah Trump akan menerima hasil pemilihan pada bulan November, bahkan jika dia kalah, Trump menggelorakan posisinya seperti pada 2016. ”Saya harus melihat dulu. Saya tidak akan serta-merta mengatakan iya.”
Tentu saja tudingan Trump pada Biden tidak berdasar dan sangat spekulatif.
Pernyataan-pernyataan itu dikeluarkan Trump di saat dirinya menghadapi berbagai tantangan di dalam negeri. Popularitasnya cenderung turun sebagaimana jajak pendapat terbaru menggambarkan kekecewaan masyarakat semakin rendah atas langkah Pemerintah AS menghadapi pandemi Covid-19.
Sebelumnya pemerintahan Trump harus berjibaku menghadapi aksi protes dan kerusuhan yang berlatar belakang kasus rasial. Tekanan ekonomi yang dihadapi warga AS pun cenderung semakin besar karena kelindan kondisi pandemi Covid-19.
Berbeda dari tudingan Trump, hasil jajak pendapat terbaru justru menunjukkan dukungan terhadap Biden semakin meningkat. Warga AS cenderung bertambah ragu dengan langkah-langkah Trump dalam menangani kondisi pandemi Covid-19. Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 terus bertambah di negara-negara bagian di AS.
Jajak pendapat Fox terbaru menunjukkan Biden mendapatkan keunggulan besarnya atas Trump. Biden tidak hanya unggul pada kemampuannya mengelola pandemi (dengan keunggulan 17 poin) dan untuk mengatasi kerusuhan rasial (dengan 21 poin). Bahkan, Biden unggul tipis (satu poin) dalam hal penanganan ekonomi. Ini menjadi pukulan atas slogan Trump selama ini, yakni akan membuat jaya AS kembali.
Jajak pendapat Fox terbaru menunjukkan Biden mendapatkan keunggulan besarnya atas Trump. Biden tidak hanya unggul pada kemampuannya mengelola pandemi (dengan keunggulan 17 poin) dan untuk mengatasi kerusuhan rasial (dengan 21 poin).
Dalam jajak pendapat Washington Post-ABC News yang baru, Biden terlihat meninggalkan posisi Trump. Jajak pendapat digelar dengan koresponden para pemilih yang terdaftar secara nasional. Biden unggul dengan selisih 15 poin, yakni 55 persen berbanding 40 persen. Trump menolak hasil jajak pendapat itu dengan menyatakan bahwa itu layaknya pemungutan suara palsu. Ia mengatakan, survei Gedung Putih menunjukkan dia menang baik secara nasional maupun di negara-negara bagian kunci.
Tekanan Trump
Trump berulang kali berupaya menjatuhkan Biden, termasuk dalam hal penanganan Covid-19. Biden sendiri selama ini terlihat tidak menonjolkan diri di tengah pembatasan wilayah selama pandemi. Trump mengklaim bahwa Demokrat ingin ”menggunduli polisi”, sebuah seruan perlawanan dari para pengunjuk rasa dalam gerakan anti-rasis. Trump juga bersikeras bahwa ungkapan tersebut ada dalam dokumen kebijakan Biden meskipun ia tidak dapat menunjukkan buktinya ketika diminta pewawancaranya. Wawancara itu telah direkam sebelum dirilis.
Trump, yang berusia 74 tahun, berulang kali mempertanyakan ketajaman mental lawannya itu. Sang pewawancara, Chris Wallace, bertanya langsung kepada Trump apakah Trump menilai Biden (77 tahun) sudah pikun. ”Aku tidak ingin mengatakan itu,” jawab Trump. ”Aku bilang dia tidak kompeten untuk menjadi presiden.”
Wallace mempertanyakan apakah bakal calon dari Demokrat itu dapat lulus tes kemampuan kognitif. Trump menilai sebaliknya. Ia mengatakan, mantan wakil presiden itu akan berantakan untuk menjawab aneka pertanyaan sulit. ”Biarkan Biden duduk dan melalui wawancara seperti ini, dia akan menangis di tanah dan meminta bantuan ibunya. Dia akan berkata, ’Bu, Bu, tolong bawa aku pulang’,” kata Trump.
Trump sekali lagi membela penanganannya terhadap pandemi. Ia mengklaim bahwa AS hanya membuat iri negara-negara lain, terutama dari kapasitas pengujian atas warga untuk mendeteksi mereka terpapar Covid-19 atau tidak. Ia pun menegaskan prediksinya bahwa suatu saat virus korona tipe baru penyebab Covid-19 akan hilang. ”Aku akan benar pada akhirnya,” katanya.
Trump sekali lagi juga menentang kampanye penggunaan masker di ruang publik. Trump mengatakan, ”Saya ingin orang-orang memiliki kebebasan tertentu.” Jumlah negara-negara bagian di AS yang mewajibkan penggunaan masker terus bertambah. Namun, di sejumlah wilayah juga terjadi penolakan atas gerakan itu.
Ditanya oleh Wallace tentang statistik yang menunjukkan orang kulit hitam Amerika dua kali lebih mungkin ditembak dan dibunuh oleh polisi dibandingkan dengan orang kulit putih, Trump menjawab, ”Banyak orang kulit putih juga terbunuh. Anda harus mengatakan itu.” Trump pun menyamakan orang-orang yang mengibarkan bendera Konfederasi dengan yang mengatakan bahwa ”Black Lives Matter”. Hal-hal seperti itu dinilai Trump sebagai bagian dari kebebasan berbicara dan berpendapat di AS.
Terkait ekonomi AS, Trump mengatakan ekonomi ”berjalan sangat baik”. Bahkan, ketika jutaan orang tetap menganggur, dengan beberapa negara memberlakukan kembali penguncian wilayah. Buktinya, kata Trump, pasar saham mendekati rekor tertinggi.
Tanggapan Biden
Biden cenderung santai dalam menanggapi serangan Trump, tetapi menusuk tajam di beberapa bagian. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan yang berfokus pada pandemi. Biden menilai sudah sejak awal seharusnya Trump mendengarkan orang lain dalam penanganan pandemi.
Alih-alih melakukan hal itu, Trump dinilainya justru lebih memilih melakukan apa pun berdasar keyakinannya sendiri. Biden secara tajam menyoroti kondisi AS yang salah urus seiring dengan semakin banyaknya warga yang terkonfirmasi Covid-19. ”Tuan Presiden, ketidaktahuan Anda bukanlah kebajikan atau tanda kekuatan Anda, itu meremehkan respons kita terhadap krisis yang belum pernah terjadi ini di setiap kesempatan,” ujarnya.