Penanganan Korona Butuh Kebijakan Tegas Pemerintah
Upaya mengatasi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan yang sudah berhasil dilakukan banyak negara kini seperti kembali ke titik nol hanya dalam hitungan bulan akibat pandemi Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
MELBOURNE, MINGGU — Pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai karena banyak negara masih melaporkan kasus-kasus baru Covid-19. Kebijakan tegas pemerintah dalam mengatasi pandemi yang diikuti kepatuhan warga terhadap kebijakan itu menjadi kunci mencegah peningkatan kasus baru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terjadinya lonjakan tertinggi kasus baru per hari di Amerika Serikat, Brasil, India, dan Afrika Selatan. Akibat pandemi ini, upaya mengatasi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan yang berhasil dilakukan negara-negara kembali ke titik nol dalam hitungan bulan.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang lebih luas, Pemerintah Kota Melbourne, Australia, mewajibkan masyarakat mengenakan masker saat keluar rumah. Victoria, negara bagian kedua terpadat di Australia, dalam dua pekan terakhir ini juga mencatat lonjakan kasus baru Covid-19.
Kewajiban mengenakan masker di Victoria ini diikuti sanksi. Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews, Minggu (19/7/2020), menegaskan, bagi yang tidak mengenakan masker akan didenda 140 dollar AS atau sekitar Rp 2 juta.
”Mau tidak mau, kita harus memakai masker sampai entah kapan karena belum ada vaksin untuk melawan penyakit ini. Kebiasaan kita harus berubah dengan memakai masker,” kata Andrews.
Pemerintah Victoria telah memberlakukan kebijakan karantina terhadap 5 juta penduduknya selama enam pekan sejak 9 Juli. Kebijakan ini diberlakukan ketat mengingat ada 363 kasus baru dalam satu hari saja. Sebelumnya, Sabtu, ditemukan 217 kasus baru. Secara keseluruhan di Australia tercatat 11.800 kasus.
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt menambahkan, tingginya jumlah kasus baru Covid-19 ini karena sulit menangani penyebaran virus antarwarga. Victoria menjadi negara bagian pertama di Australia yang mewajibkan warganya mengenakan masker.
New South Wales, negara bagian terpadat Australia, sebelumnya sudah melonggarkan ketentuan menjaga jarak fisik awal bulan ini. Namun, kemudian memberlakukan kembali kebijakan itu karena ditemukannya kasus-kasus baru Covid-19. Pada Minggu ini, di New South Wales ada 18 kasus baru dan ini tertinggi selama tiga bulan terakhir.
Warga diimbau untuk tidak bepergian ke mana-mana jika tidak ada urusan mendesak dan tidak berkumpul. Kami khawatir penularan bisa terjadi di hotel, restoran, tempat olahraga, dan tempat publik lain. (Jeremy McAnulty)
”Warga diimbau untuk tidak bepergian ke mana-mana jika tidak ada urusan mendesak dan tidak berkumpul. Kami khawatir penularan bisa terjadi di hotel, restoran, tempat olahraga, dan tempat publik lain,” kata Wakil Kepala Kantor Kesehatan New South Wales Jeremy McAnulty.
Sekitar 60 warga Sydney masing-masing didenda 1.000 dollar AS setelah berpesta, Sabtu malam lalu. Kebijakan tegas ini diberlakukan Australia mengingat jumlah kasus baru yang terus saja bermunculan.
Karantina
Seperti halnya Australia, Pemerintah Spanyol juga menginstruksikan empat juta warga Barcelona untuk tinggal di rumah saja karena jumlah kasus baru Covid-19 yang naik menjadi 800 kasus dalam satu pekan.
Semua bioskop, kelab malam, dan teater juga ditutup lagi. Orang pun boleh kumpul-kumpul, tetapi hanya dibatasi maksimal 10 orang.
”Kita baru saja mulai hidup normal lagi dan menerima turis asing lagi,” kata salah satu warga, Quintana (35).
Kebijakan karantina diberlakukan lagi setelah pemerintah mencabut status darurat empat pekan lalu. Spanyol termasuk negara paling ketat memberlakukan karantina mengingat jumlah korban tewas yang mencapai 28.400 orang.
Banyak negara menghadapi kondisi yang lebih kurang sama. Namun, situasi akan semakin sulit bagi negara yang miskin dan tidak memiliki fasilitas kesehatan selengkap dan secanggih negara lain.
Seperti Afrika Selatan terutama di pusat penularan korona baru, yakni di Provinsi Gauteng yang berpenduduk 57 juta jiwa dan mayoritas miskin.
”Banyak warga yang menjadi korban karena tidak bisa memenuhi protokol kesehatan WHO seperti menjaga kebersihan diri dan menjaga jarak fisik,” kata pernyataan tertulis yayasan yang didirikan peraih Nobel Perdamaian Desmond Tutu dan istrinya, Leah.
Kemiskinan
WHO melaporkan, dalam 24 jam terakhir ada 259.848 kasus baru positif Covid-19. Peningkatan paling banyak datang dari AS, Brasil, India, dan Afsel. Jumlah kematian naik menjadi 7.360 kasus. Total jumlah kasus di dunia mencapai 14 juta, Jumat lalu. Kenaikan ini berarti 1 juta kasus ditemukan dalam 100 jam.
Di AS hingga Minggu telah mencatat 71.484 kasus baru, 45.403 kasus baru di Brasil, 34.884 kasus di India, dan 13.373 kasus di Afrika Selatan. India kini menjadi negara ketiga di dunia yang mencatat lebih dari 1 juta kasus baru Covid-19.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Sabtu, mengatakan, wabah korona ini bisa membuat 100 juta orang jatuh miskin ke tingkat yang paling parah. Wabah korona ini membuktikan bahwa dunia sangat rentan terpuruk.
Upaya mengatasi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan yang sudah berhasil dilakukan banyak negara kini seperti kembali ke titik nol hanya dalam hitungan bulan.
Dampak wabah korona ini, kata Guterres, paling dirasakan pekerja informal. Akibat pandemi, kini dunia mengalami resesi terparah sejak Perang Dunia II. Guterres khawatir masyarakat akan kehilangan kesabaran dan marah dengan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar gara-gara korona. (REUTERS/AFP/AP)