Perundingan Rahasia Digelar untuk Cegah Perang Mesir-Turki
Perundingan rahasia itu dilaporkan melibatkan Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Italia, dan Turki.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS -- Sebuah perundingan rahasia sedang berlangsung untuk mencegah perang besar di kota Sirte, Libya, serta perang langsung antara Mesir dan Turki di kota kelahiran mendiang Pemimpin Libya Moammar Khadafy itu. Letaknya yang strategis menjadi rebutan semua kekuatan politik dan militer dalam perang Libya.
Informasi mengenai perundingan rahasia itu dilansir harian Asharq al-Awsat, Kamis (16/7/2020). Sirte terletak sekitar 450 kilometer (km) arah timur Tripoli, ibu kota Libya, dan sekitar 600 km arah barat Benghazi, kota terbesar di Libya timur.
Kota Sirte terletak sekitar 200 km arah barat kawasan bulan sabit minyak Libya. Hal itu mengantarkan Sirte yang strategis menjadi rebutan kekuatan-kekuatan politik dan militer Libya saat ini.
Perundingan rahasia itu dilaporkan melibatkan Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Italia, dan Turki. Agenda perundingan adalah meminta pasukan loyalis Jenderal Khalifa Haftar, pemimpin Tentara Nasional Libya (LNA), mundur dari Sirte ke kota Ajdabiya.
Kawasan bulan sabit minyak juga harus dikosongkan dari milisi Libya loyalis mana pun. Pasukan PBB ditawarkan akan ditempatkan di kawasan bulan sabit minyak sebagai ganti dari pasukan loyalis Haftar.
Dalam konteks perundingan itu, delegasi diplomat dan militer AS, Rabu (15/7), menemui Haftar di Benghazi guna menawarkan paket transaksi politik di Sirte.
Menurut Asharq al-Awsat, Turki dan Perdana Menteri Libya di Tripoli, Fayez al-Sarraj, secara prinsip menyetujui transaksi politik terkait Sirte dan menunggu respons Haftar.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed, dan Kanselir Jerman Angela Merkel, Rabu (15/7). Mereka membahas gencatan senjata di Libya, khususnya di Sirte dan kota Al-Jufra.
Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi saat menerima delegasi pimpinan sejumlah kabilah dari Libya, Kamis (16/7), kembali menegaskan, Mesir tak akan berpangku tangan melihat gerakan mobilisasi militer di sekitar Sirte.
Ia menyatakan, Mesir menolak keras Libya menjadi basis aman para milisi ilegal. Kabilah memiliki peran dan pengaruh kuat di ranah sosial, budaya, serta politik Libya.
Pernyataan Sisi ditujukan kepada Turki yang terus mengerahkan secara besar-besaran pesawat nirawak terbarunya, yaitu Bayraktar TB2, di kota Misrata (sekitar 250 km arah barat Sirte) untuk persiapan pertempuran merebut Sirte.
Parlemen Libya yang dipimpin Aquila Saleh dan berbasis di kota Tobruk, 14 Juli 2020, telah memberi militer Mesir lampu hijau agar segera melakukan intervensi untuk menjaga keamanan nasional Libya dan Mesir.
Intervensi itu dilakukan jika dianggap dibutuhkan untuk menangkal bahaya yang dipandang sudah mendekat.
Turki juga telah menggunakan pesawat nirawak TB2 dalam pertempuran di Idlib, Suriah utara, dan perang melawan milisi Kurdi dari Irak utara.
Juru bicara LNA, Mayor Jenderal Ahmed al-Mismari, dalam konferensi pers Kamis malam menuduh Turki telah menjadikan Misrata pangkalan militer untuk persiapan menyerang Sirte dan kawasan bulan sabit minyak. LNA siap menghadapi pertempuran untuk mempertahankan Sirte.