Bahas Stimulus di Tengah Pandemi, Masa Depan Uni Eropa Dipertaruhkan
Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa dibayangi ancaman gelombang kedua pandemi seiring penambahan kasus baru Covid-19 di sejumlah negara di kawasan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·2 menit baca
BRUSSELS, JUMAT - Masa depan Uni Eropa dipertaruhkan pada pertemuan tingkat tinggi langsung tatap muka pertama di tengah pandemi Covid-19, Jumat (17/7/2020), di Brussels, Belgia. Dalam pertemuan hingga Sabtu ini, para petinggi UE berusaha untuk mengatasi perbedaan usulan stimulus untuk menggerakkan kembali perekonomian yang tertekan pandemi.
Oposisi dari Pemerintah Belanda dan ancaman veto Hongaria membayangi pertemuan para pemimpin UE itu. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menentang kubu pengusung penghematan. Selain itu, pertemuan juga dibayangi ancaman gelombang kedua pandemi seiring penambahan kasus baru Covid-19 di sejumlah negara di kawasan.
Pihak UE berupaya mencapai kesepakatan atas anggaran UE untuk tahun 2021-2027. Besaran yang diusulkan di atas 1 triliun euro dan juga dana pemulihan baru ekonomi pasca-Covid-19 senilai 750 miliar euro. Dana itu terutama untuk membantu pembangunan kembali ekonomi ”Benua Biru” yang paling terpengaruh krisis.
Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan, kesepakatan masih jauh dari pasti mengenai rencana penyuntikan dana 750 miliar euro ke anggaran UE 2021-2027. Namun, Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenkovic berharap tercapai kesepakatan demi kebutuhan masyarakat UE.
Protokol kesehatan diterapkan secara ketat dalam pertemuan langsung pertama ini. ”Demi pasar, citra umum Uni Eropa, pesan politik terhadap negara-negara anggota, dan demi warga negara kami, akan luar biasa jika kami mencapai kesepakatan,” kata Plenkovic.
Desakan tercapainya kesepakatan di UE sangat kuat di tengah kondisi ekonomi kawasan yang makin terpuruk sejak awal pandemi. Warga membutuhkan stimulus ekonomi, seperti kerja paruh waktu yang siap-siap habis seusai musim panas tahun ini. Musim gugur di depan mata berjalan seiring dengan kelesuan ekonomi yang membayangi.
Hal-hal itu dikhawatirkan dapat memunculkan ketidakpuasan sosial yang tinggi di kalangan warga. Kondisi yang berlarut cenderung berisiko bagi UE. Kawasan itu sebelumnya mengalami dinamika akibat keluarnya Inggris dari UE (Brexit), krisis utang, hingga persoalan pelik migrasi warga Timur Tengah.
Otoritas UE pun dihadapkan pada kecenderungan negara-negara untuk menutup diri, cenderung nasionalis dan proteksionis. Kelindan hal-hal itu pun dinilai dapat menyurutkan posisi UE di hadapan China, AS, dan Rusia.
Setelah berbulan-bulan berselisih mengenai obat-obatan, peralatan medis, penutupan perbatasan, dan uang untuk menanggapi kondisi pandemi Covid-19, UE menyetujui skema sebesar setengah triliun euro. Hal itu terutama untuk meredam pukulan pertama akibat kondisi krisis dan mempersempit beberapa perbedaan tentang cara pembiayaan.
Poin-poin penting dalam pertemuan UE ini adalah penentuan kapan dana pemulihan akan tersedia dan berapa lama anggaran itu bisa terpenuhi. Cara membayar utang yang akan diperoleh Komisi Eropa juga bagian dari kesepakatan yang harus diraih. (AFP/REUTERS/BEN)