Peretas Rusia Dituduh Curi Informasi Vaksin Covid-19
Peretas Rusia menyerang pusat penelitian vaksin Covid-19 di Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Kelompok peretas diyakini terkait lembaga intelijen Rusia. Informasi soal korona menjadi prioritas lembaga intelijen.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
LONDON, JUMAT — Inggris bersama Kanada dan Amerika Serikat kompak menuding Rusia mencoba mencuri informasi terkait vaksin Covid-19. Tudingan sejenis pernah dilontarkan pula kepada China.
Pusat Keamanan Sibernatika Nasional (NCSC) Inggris, Lembaga Keamanan Komunikasi (CSE) Kanada, serta Badan Infrastruktur dan Keamanan Sibernatika (CISA) AS melontarkan tudingan itu, Kamis (16/7/2020). Tudingan dialamatkan ke kelompok peretas yang disebut sebagai APT29 alias Beruang Santai. NSCC menyebut APT29 sebagai kelompok yang hampir pasti bagian dari badan intelijen Rusia.
”Sepanjang 2020, APT29 menyasar beragam organisasi yang terlibat dalam pengembangan vaksin di Kanada, AS, dan Inggris. Sangat mungkin dengan niat mencuri informasi dan hak kekayaan intelektual terkait pengembangan dan uji coba vaksin Covid-19. Kelompok itu sepertinya akan terus menyasar informasi yang terlibat penelitian dan pengembangan vaksin untuk mendapat tambahan intelijen terkait pandemi,” demikian dinyatakan NCSC.
Sementara Badan Keamanan Nasional (NSA) AS menyebut APT29 menggunakan beragam perangkat dan teknik yang sebelumnya dipakai untuk menyasar lembaga pemerintahan, perwakilan diplomatik, kelompok kajian, layanan kesehatan, dan lembaga energi untuk mencuri data intelijen. Adapun Kanada menyebut serangan-serangan itu menghambat untuk penanganggulangan pandemi dan menaikkan risiko bagi lembaga pelayanan kesehatan. Pusat ancaman sibernatika Kanada meminta berbagai lembaga membuat langkah perlindungan.
Dalam pengumuman kemarin, tidak disebutkan apa saja informasi yang dicuri. NCSC menyebut, tidak ada data pribadi yang dicuri. Tidak disebutkan pula apakah Presiden Rusia Vladimir Putin tahu tentang peretasan itu. Namun, pejabat Inggris yakin bahwa data intelijen seperti itu akan sangat berharga.
NCSC dan mitranya juga menuding APT29 memanfaatkan perangkat jahat yang disebut sebagai WellMess dan WellMail. Perangkat-perangkat yang dipakai APT29 dirancang untuk menyerang beberapa lembaga di sejumlah negara. ”Dalam serangan-serangan terakhir, kelompok itu memanfaatkan pemindaian kerentanan terhadap alamat internet yang dimiliki organisasi tertentu. Setelah itu, kelompok tersebut melancarkan serangan terhadap alamat internet yang rentan,” demikian diungkap dalam laporan itu.
Peringatan lama
Sebelum laporan itu dikeluarkan, CISA telah mengeluarkan peringatan soal serangan sejenis pada April 2020. Kala itu, CISA belum menyebut pelaku secara spesifik. Peringatan serupa kembali diulangi London dan Washington pada Mei 2020.
Kerentanan terbuka karena proses penelitian dan pengembangan melibatkan lembaga lintas negara. Dalam proses komunikasi lintas negara itu, ada peluang penyadapan informasi. ”Kami mengecam serangan tercela terhadap mereka yang melakukan pekerjaan penting untuk memerangi pandemi korona,” kata Direktur Operasi NCSC Paul Chichester.
Sebelum akhirnya bersama London dan Ottawa menuding Moskwa, Washington terlebih dulu menuding Beijing. AS menyebut China mencoba mencuri aneka informasi hasil penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19.
Pakar teknologi informatika pada University of Notre Dame’s Mendoza College of Business, Mike Chapple, menyebut bahwa peretas Rusia paham informasi adalah kekuatan jika terkait Covid-19. ”Saya kira kesimpulan terbesar dari serangan-serangan ini adalah negara lain secara aktif menyasar penelitian kesehatan dan perusahaan farmasi serta industri terkait disasar karena punya informasi untuk mengatasi pandemi global ini. Beralasan untuk menyimpulkan bahwa virus korona adalah prioritas pertama setiap lembaga intelijen di dunia,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebut serangan-serangan itu tidak bisa diterima. ”Kala pihak lain mengejar kepentingan sendiri secara ceroboh, Inggris dan sekutunya bekerja keras mencari vaksin dan melindungi kesehatan global,” ujarnya seraya menekankan, London akan mengejar pertanggungjawaban pihak terkait.
Sementara itu, juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Preskov, menyangkal tudingan Inggris. ”Kami tidak punya informasi tentang siapa yang meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris. Kami hanya bisa menyatakan Rusia tidak terkait dengan ini,” ujarnya. (AFP/REUTERS)