Optimistis dengan Penanganan Kasus Korona, Australia Pikat Industri Film
Optimistis dengan upaya penanganan Covid-19, Australia mencoba menarik investasi di bidang perfilman. Langkah itu diambil untuk mendorong kinerja ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.
Oleh
Luki Aulia/B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
SIDNEY, JUMAT — Dengan catatan yang baik dalam penanganan pandemi Covid-19, Australia mencoba memikat industri film dan televisi untuk berinvestasi di negara itu. Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Jumat (17/7/2020), di Canberra, mengatakan, Australia akan menyisihkan dana hingga 278,8 juta dollar AS—hingga tujuh bulan ke depan—untuk mendukung investasi di bidang perfilman dan pertelevisian.
Hingga saat ini, di Australia, tercatat ada sekitar 11.000 kasus positif Covid-19 dengan 113 kematian terkait penyakit tersebut. Merujuk data dari Worldometer, dari total kasus positif Covid-19, sebanyak 8.035 kasus dinyatakan sembuh.
Dengan catatan positif itu, PM Morrison tampak optimistis dengan langkah barunya itu. Canberra, menurut Morrison, antara lain akan memberikan keringanan pajak bagi produser film dan televisi jika memproduksi karya mereka di Australia. Sebagai catatan, selama pandemi Covid-19, industri film dunia mandek.
Morrison melihat, jika produksi film dan televisi bergerak—di Australia—industri itu akan mendongkrak lapangan kerja baru untuk warga lokal. ”Di balik proyek-proyek ini ada ribuan pekerja,” kata Morrison dalam sebuah pernyataan via surat elektronik.
Morrison memperkirakan, investasi itu akan menciptakan 8.000 pekerjaan baru. Potensi pekerjaan itu di antaranya tata panggung, industri makanan, dan akomodasi atau penginapan untuk kru. Di sisi lain, diperkirakan, Australia akan meraup devisa hingga lebih dari 2 miliar dollar AS.
Sehari sebelumnya, Australia mengalokasikan anggaran 1,4 miliar dollar AS untuk membantu para pekerja yang terdampak pandemi. Langkah itu diambil guna mengatasi pengangguran yang kini mencapai jumlah terbanyak selama 20 tahun terakhir.
Berdasarkan Biro Statistik Australia, tingkat pengangguran naik dari 7,1 persen menjadi 7,4 persen pada Juni. Dengan kata lain, ada hampir 1 juta orang yang tidak memiliki pekerjaan dari total penduduk 25 juta jiwa.
Ini merupakan tingkat pengangguran tertinggi di Australia sejak 1998 dan terjadi saat Australia juga sedang menuju ke resesi untuk pertama kalinya selama 30 tahun terakhir. Pemerintahan konservatif telah menganggarkan miliaran dollar untuk membangkitkan perekonomian sejak karantina terkait pandemi Covid-19 diberlakukan sejak Maret lalu, termasuk subsidi upah bagi usaha yang paling parah terdampak.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Kamis (16/7/2020), berharap alokasi anggaran ini akan menciptakan lebih dari 300.000 tempat program pelatihan untuk mendorong lulusan perguruan tinggi dan pengangguran produktif kembali. ”Pasti mengesalkan bagi banyak pekerja yang tidak bisa kembali bekerja di tempat sebelumnya karena mereka tidak ada lowongan,” ujarnya.
Dengan anggaran itu setidaknya mereka akan memiliki kesempatan bekerja lagi di sektor industri lain. Pemberian subsidi itu akan berakhir September mendatang dan kemungkinan akan diperpanjang setelah Morrison yang menilai perekonomian Australia mulai bangkit pascakarantina dicabut. Namun, perekonomian Australia kembali terancam dengan munculnya gelombang kedua pandemi di Melbourne yang kemudian diikuti karantina.
Morrison menyebutkan, dengan 317 kasus di Negara Bagian Victoria jelas menjadi kemunduran karena selama ini Australia berhasil menekan laju penyebaran virus. Sejak Jumat lalu, tujuh orang tewas sehingga total kasus kematian mencapai 113 orang dari 11.000 kasus positif. Kini, otoritas kesehatan tengah berusaha membatasi penyebaran virus hanya di Victoria. (AFP/REUTERS)