Peretasan Akun Tokoh-tokoh Terkemuka AS Diduga Terencana
Akun Twitter beberapa tokoh Partai Demokrat atau yang terafiliasi dengannya diretas. Sebagai platform media sosial yang sering digunakan untuk politik, keamanan Twitter dipertanyakan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Peretasan besar-besaran akun beberapa tokoh terkemuka Amerika Serikat sepanjang Rabu (15/7/2020) membuat keamanan teknologi Twitter dalam melindung penggunanya dipertanyakan. Apalagi platform media sosial ini menjadi platform yang paling banyak digunakan para tokoh untuk berbagai kesempatan, termasuk pemikirannya.
Beberapa tokoh terkemuka AS yang akunnya dibobol adalah mantan Presiden Barrack Obama, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, tokoh media dan Partai Demokrat Michael Bloomberg, pemilik kerajaan bisnis Microsoft Bill Gates, pemilik Amazon Jeff Bezos hingga Elon Musk, pendiri perusahaan teknologi Tesla dan SpaceX serta pasangan selebritas Kanye West dan Kim Kardashian. Tidak hanya akun tokoh terkemuka, akun perusahaan teknologi seperti Apple dan Uber juga diretas.
Dalam pengumuman resminya, Twitter Inc, Rabu malam, menyebutkan bahwa peretasan yang terjadi terhadap sejumlah akun tokoh dan perusahaan terkemuka AS sebagai sebuah serangan terkoordinasi. Para peretas, menurut Twitter, berhasil menggunakan akses karyawan perusahaan itu untuk mengakses sistem dan peralatan internal.
”Para peretas menggunakan akses ini untuk mengendalikan banyak akun,” kata perusahaan itu dalam pernyataannya. Twitter mengatakan, mereka terus menyisir sistem keamanan mereka untuk melihat kegiatan apa lagi yang dilakukan terhadap akun-akun itu, termasuk akses informasi yang mungkin bisa diperoleh dari peretasan itu.
Para peretas mulai mengirimkan pesan melalui akun-akun yang diretas sejak sekitar pukul 14 waktu setempat. Akun capres dari Demokrat Joe Biden, misalnya, mengirimkan pesan kepada 6,9 juta pengikutnya pesan bahwa dirinya akan mengirimkan kembali dana 2.000 dollar AS dalam bentuk mata uang Kripto, bitcoin, apabila mereka mengirimkan terlebih dulu dana senilai 1.000 dollar AS. Pada bagian bawah cuitan itu terdapat kode khusus dan hal itu hanya akan berlaku pada jendela waktu sekitar 30 menit dari cuitan pertama, sekitar jam 2 siang waktu setempat.
Pesan yang sama juga ditulis oleh peretas di akun-akun lain, mulai dari Bill Gates, Obama, Kanye West, hingga Musk dan Bloomberg. Akun Bloomberg tampaknya menjadi akun yang paling akhir diretas, sekitar pukul 5 petang, dengan cuitan yang serupa. Sementara Twitter sudah mulai menyisir peretasan itu sekitar pukul 4 waktu setempat dan mengeluarkan pernyataan resmi mereka tidak lama berselang.
Menurut situs Blockchain.com, 12,58 bitcoin yang bernilai hampir 116.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,7 miliar telah dikirimkan ke alamat e-mail yang disebut dalam serangkaian cuitan palsu itu. Menurut perusahaan forensik digital Eliptic, para pengirim bitcoin berdomisili di AS, Eropa, dan Asia.
”Hari yang berat bagi kami di Twitter,” kata CEO Twitter Jack Dorsey, dalam cuitannya. Dia menyatakan, perusahaan yang dipimpinnya merasa terpukul atas kejadian ini. Dia berjanji untuk bersikap terbuka dan membagikan hasil penyelidikan internal yang tengah dilakukannya.
Tekanan keamanan
Peristiwa peretasan ini bukan yang pertama kalinya dialami oleh Twitter. Pada Maret 2017, akun organisasi nonpemerintah, Amnesty Internasional, Kementerian Perekonomian Perancis, dan layanan media kantor berita BBC wilayah Amerika Utara diretas oleh peretas yang diyakini simpatisan dan pendukung loyal Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Dorsey, sebagai pencipta dan kini pemimpin Twitter Inc. juga pernah merasakan akunnya diretas. Agustus tahun lalu, akun Dorsey diretas dan mengirimkan pesan-pesan yang bernada rasis dan penghinaan tanpa sepengetahuannya.
Kejadian-kejadian ini mengonfirmasi kekhawatiran banyak pihak soal keamanan platform itu sendiri. Bukan karena semata peretasan, melainkan, mengutip laporan Vice yang menyebut bahwa peretasan ini terkait orang dalam Twitter sendiri dengan imbalan sejumlah uang.
Peran Twitter sebagai platform komunikasi penting bagi para kandidat politik dan pejabat publik, termasuk Presiden Donald Trump, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa para peretas dapat menimbulkan kekacauan dengan pemilihan presiden 3 November atau dengan cara lain membahayakan keamanan nasional.
Adam Conner, analis kebijakan teknologi lembaga liberal Center for American Progress, mencuit melalui akunnya bahwa peretasan kali ini buruk. ”Tapi, akan jauh lebih buruk pada 3 November nanti.”
Kerusakan reputasi Twitter kali ini menjadi yang paling serius dari rangkaian peretasan sebelumnya. Apalagi terkait waktu yang dibutuhkan tim keamanan untuk memulihkan layanan terhadap akun-akun yang diretas.
”Respons Twitter terhadap peretasan ini sangat mencengangkan. Ini tengah hari di San Francisco, dan butuh lima jam untuk menangani insiden itu,” kata Dan Guido, CEO perusahaan keamanan Trail of Bits.
Pelanggaran keamanan terbaru mendorong Senator Josh Hawley, seorang Republikan Missouri, untuk mengirim surat kepada Dorsey mendesaknya untuk bekerja dengan FBI dan Departemen Kehakiman tentang cara-cara untuk meningkatkan keamanan Twitter.
”Serangan yang berhasil terhadap server sistem Anda merupakan ancaman bagi semua privasi dan keamanan data pengguna Anda”, tulis Hawley.
Twitter atau Dorsey belum menanggapi terkait kemungkinan mengikutsertakan Biro Investigasi Federal AS di dalam penyelidikan ini. (AP/AFP/Reuters)