Peneliti Rusia Klaim Sukses Uji Calon Vaksin Covid-19
Secara bersamaan, tiga penelitian di Rusia mengumumkan klaim mereka telah menemukan calon vaksin dan antibodi yang membantu perang terhadap Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Kompas
Foto bertanggal 10 April 2020 memperlihatkan seorang petugas laboratorium memegang ampul yang bertuliskan vaksin Covid-19.
MOSKWA, KAMIS — Dua pusat penelitian medis Rusia, secara terpisah, Rabu (15/7/2020), mengumumkan hasil penelitian fase pertama uji calon vaksin Covid-19 dengan hasil yang diklaim menggembirakan.
Satu lembaga lain di Rusia juga mengumumkan hasil penelitian mereka tentang antibodi yang diklaim bisa menetralkan virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19. Penyakit ini telah merenggut lebih dari 580.000 jiwa di seluruh dunia.
Berbicara di dalam ruangan yang penuh, termasuk para sukarelawan, Elena Smolyarchuk, salah satu koordinator penelitian calon vaksin Universitas Schenenov, Rabu (15/7/2020), mengatakan, yang mereka uji adalah keamanan calon vaksin itu untuk digunakan pada manusia.
Smolyarchuk menjelaskan, hasil awal uji coba pada kekebalan non-spesifik dinilai memuaskan. Kesimpulan akhir tentang respons kekebalan di antara para sukarelawan, menurut dia, akan dilakukan oleh Institut Gamaleya, lembaga yang mengembangkan vaksin.
”Diharapkan akhir bulan ini kesimpulan tentang hasil uji coba ini sudah bisa disebarluaskan,” katanya.
Uji coba yang dilakukan oleh universitas kedokteran negeri pertama milik Pemerintah Rusia melibatkan 18 sukarelawan.
Menurut Smolyarchuk, calon vaksin diberikan dalam dua dosis dan terdiri dari dua serotipe adenovirus manusia, yang masing-masing membawa antigen S dari virus SARS-CoV-2. Masing-masing memasuki sel manusia dan kemudian menghasilkan respons kekebalan.
Kompas
Seorang petugas kesehatan di Manila, Filipina, Rabu (15/7/2020), mengambil sampel darah seorang pengendara mobil untuk diuji.
Temuan awal, setelah 28 hari para sukarelawan mendapat suntikan calon vaksin untuk pertama kali menunjukkan keadaan yang aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Tidak ada keluhan serius, komplikasi atau reaksi merugikan sepanjang masa uji coba.
Pada hari ke-42 setelah vaksinasi pertama, para sukarelawan harus kembali ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis akhir dan diagnosis selama sehari.
Calon vaksin ini pertama kali diuji pada primata dan kemudian diuji coba pada sukarelawan untuk pertama kalinya mulai 18 Juni lalu.
Smolyarchuk mengatakan, keputusan untuk mendaftarkan calon vaksin ini ada di tangan Kementerian Kesehatan. Begitu juga dengan uji coba skala besar.
Pada saat yang hampir bersamaan, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan hasil uji coba terhadap calon vaksin di Rumah Sakit Klinik Militer Utama Burdenko.
Dalam sebuah video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia, salah satu anggota tim penelitian, Svetlana Volchikina, menyatakan, para sukarelawan yang terlibat di dalam uji coba menunjukkan kekebalan yang meningkat, antibodi juga terbentuk. ”Mereka terlindung dari virus,” kata Volchikina.
Kementerian pertahanan melaporkan bahwa ”selama 28 hari setelah vaksinasi, tanda-tanda vital para sukarelawan tetap dalam batas normal”.
”Kami sekarang tahu bahwa kami dilindungi 100 persen,” kata Yury, seorang anggota tentara yang berpartisipasi dalam tes tersebut, ketika meninggalkan rumah sakit.
Kementerian Pertahanan Rusia kini juga tengah menguji coba calon vaksin pada sukarelawan gelombang kedua, yang baru dimulai pada 23 Juni. Itu sama dengan berselang lima hari setelah sukarelawan gelombang pertama mulai mendapat suntikan calon vaksin, yaitu pada 18 Juni.
Kementerian pertahanan mengatakan pihaknya memperkirakan uji klinis akan sepenuhnya selesai pada akhir Juli.
Antibodi
Selain lembaga penelitian yang terafiliasi dengan pemerintah, satu lembaga lagi, yaitu Institut Biologi Molekuler dan Selular, cabang Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia di wilayah Siberia, juga menyatakan telah mendapatkan antibodi yang diklaim bisa menetralkan virus SARS-CoV-2.
Pengembangan lebih lanjut temuan ini akan berfungsi sebagai dasar untuk pembuatan obat-obat terapi dan pencegahan Covid-19 yang lebih spesifik.
YURI KADOBNOV / AFP
Seorang pria menggunakan masker berjalan di Lapangan Merah di pusat kota Moskwa, Rusia, Rabu (19/2/2020). Rusia berencana melarang semua warga China memasuki wilayah Rusia mulai 20 Februari 2020 menyusul wabah Covid-19 yang telah menyebar luas.
Olga Dorokhova, sekretaris eksekutif lembaga tersebut, dikutip dari kantor berita TASS, mengatakan, tim peneliti lembaganya berhasil mendapatkan antibodi yang berfungsi untuk melawan virus di dalam tubuh.
”Sampel darah donor yang terpapar Covid-19 digunakan dalam penelitian ini, termasuk juga teknologi khusus untuk mengurutkan satu limfosit B (sel-sel darah yang bertanggung jawab untuk pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu),” kata Dorokhova, menjelaskan cara kerja penelitian yang dilakukan timnya.
Tim peneliti menemukan bahwa antibodi yang diperoleh mampu memblokade interaksi virus dan reseptor seluler ACE2 (protein yang dibangun ke dalam membran sel) yang akhirnya mencegah infiltrasi sel-sel yang menjadi target virus. (AFP/REUTERS)