India Pilih Uni Eropa untuk Jajaki Kemitraan Perdagangan
Salah satu ganjalan dalam hubungan kerja sama dagang India-China adalah dinamika di Kashmir. Pemerintah Modi kesal dengan kritik di Eropa atas tindakannya di wilayah yang dikelola India itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BRUSSELS, RABU — Para pemimpin India dan Uni Eropa, Rabu (15/7/2020), berjanji memperdalam hubungan perdagangan di saat kedua pihak menghadapi guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan meningkatnya ketegangan India dengan China. Dialog perdagangan di tingkat para menteri kedua pihak akan segera digelar.
Kesepakatan itu tercapai dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) yang digelar secara virtual, Rabu. Konferensi dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Perdagangan bilateral India dan UE mencapai 115 miliar dollar AS pada tahun lalu. Namun upaya untuk mencapai kesepakatan perdagangan secara preferensial cenderung bergerak lambat.
Sebagai kekuatan ekonomi baru, India secara tradisional membela haknya untuk berdagang secara mandiri di bawah aturan global. Sedangkan kesepakatan perdagangan Eropa berupaya mengikat para mitranya dengan standar yang lebih ketat.
Namun, para analis mengatakan, Delhi dan Brussels semakin mengakui kepentingan bersama mereka. Terutama lagi dalam menghadapi China yang lebih tegas dan bayang-bayang kemerosotan ekonomi global, terutama akibat pandemi Covid-19.
”Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar India dan merupakan investor terbesar di India," kata Von der Leyen kepada wartawan setelah acara konferensi video. ”Namun hubungan perdagangan dan investasi kita secara keseluruhan belum mencapai potensi penuhnya."
Sementara itu di New Delhi, pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India, Vikas Swarup, mengatakan, negaranya bertujuan mengintegrasikan produksi dalam negeri ke dalam rantai pasokan global.
”India dan UE telah mengadakan diskusi tentang perjanjian perdagangan dan investasi berbasis luas ini untuk beberapa waktu. Tapi sejak 2013, negosiasi itu belum benar-benar terjadi,” kata Swarup.
Swarup menyatakan, menteri perdagangan dan industri India telah bertemu dengan komisaris perdagangan UE. Kedua pihak berupaya menyamakan aneka pandangan. Hal itu terlaksana setelah terpilihnya Komisi Eropa yang baru pada Desember tahun lalu dan sebagai bagian dari konferensi tingkat tinggi kedua pihak kali ini.
”Para pemimpin membahasnya di pertemuan puncak kami ini dalam konteks prioritas pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 di kedua sisi,” kata Swarup.
Setelah KTT, para pihak merilis pernyataan bersama tentang membangun ekonomi hijau dan peta jalan menuju 2025 untuk ”kemitraan strategis India-UE”.
Tantangan terkait China tidak disebut dan ditangani secara langsung dalam pernyataan itu. Namun peta jalan itu menunjuk ke aliansi yang lebih dekat antara negara-negara UE dan India sebagai sesama negara-negara demokrasi.
Kawasan Indo Pasifik juga menjadi bagian dari kerangka kerja sama kedua pihak. Mereka bertekad ”bekerja bersama untuk menjaga perdamaian, stabilitas, keselamatan dan keamanan, terutama di Samudra Hindia dan Pasifik. Para pihak juga meneguhkan kerja sama untuk menjaga kebebasan, keterbukaan dan pendekatan inklusif dalam bidang kemaritiman”.
China memiliki klaim teritorial ambisius yang disengketakan di Pasifik. Eropa baru-baru ini secara tajam mengkritik penerapan Undang-Undang Keamanan Nasional oleh Beijing di Hong Kong. Bentrokan perbatasan yang mematikan bulan lalu antara pasukan India dan China pun telah menurunkan hubungan Beijing-Delhi ke posisi terendah baru.
Swarup mengungkapkan, selama KTT pembicaraan tentang hubungan India-China turut menjadi salah satu bahasan. Modi diungkapkan telah berbagi pandangannya tentang hubungan India-Cina secara umum pasca terjadinya bentrokan di perbatasan kedua negara.
Menteri Perdagangan India Piyush Goyal, sebelumnya mengatakan bahwa negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia itu secara terbuka telah terlibat dalam negosiasi perdagangan dengan Inggris.
Tujuannya adalah tercapainya kemitraan khusus yang dilandasi dengan perjanjian perdagangan bebas di antara kedua negara. Semangat dan tujuan yang sama diharapkan muncul dalam negosiasi India-UE.
Konferensi Tingkat Tinggi India-UE sebenarnya dijadwalkan digelar pada 13 Maret lalu di Brussels. Namun, hal itu ditunda dan akhirnya diputuskan digelar secara virtual karena kondisi pandemi Covid-19.
Maret lalu juru bicara Kemlu India, Raveesh Kumar, menyatakan penundaan itu tercapai karena kesepakatan kedua pihak. Otoritas kesehatan kedua pihak menyarankan tidak dilakukannya perjalanan antarwilayah sehingga KTT itu pun dijadwalkan ulang.
Salah satu ganjalan dalam hubungan kerja sama dagang India-China yang cukup mengemuka adalah dinamika di Kashmir. Pemerintah Modi kesal dengan kritik di Eropa atas tindakannya di Kashmir yang dikelola India.
Undang-undang kewarganegaraan baru di India telah memicu protes sejak awal tahun ini di India. Beberapa kali terjadi kerusuhan sektarian di India dengan akibat jatuhnya korban jiwa.
Namun India juga bertekad mewujudkan kemitraan perdagangan strategisnya dengan UE. Tekad itu semakin bulat setelah New Delhi tidak mendukung Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang notabene dipimpin China.
Goyal pada November lalu mengatakan, sektor-sektor seperti permata, tekstil dan pertanian telah mendorong India mewujudkan perjanjian perdagangan dengan UE. Kanselir Jerman Angela Merkel kala itu juga menyerukan dimulainya pembicaraan kembali India-UE untuk menyelesaikan perjanjian. (AFP/REUTERS)