Inggris Lucuti Perangkat Huawei dari Jaringan 5G hingga Tahun 2027
PM Johnson melarang operator-operator telekomunikasi di Inggris membeli peralatan 5G apa pun dari Huawei. Ia memberi mereka waktu hingga akhir 2027 untuk melucuti perangkat Huawei dari jaringan telekomunikasi di Inggris.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
LONDON, RABU — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memerintahkan agar peralatan Huawei dibersihkan sepenuhnya dari jaringan 5G di Inggris sebelum akhir tahun 2027. Perintah Johnson itu semakin menegaskan penolakan atas produk Huawei di sejumlah negara Barat di tengah pertarungan hegemoni antara Amerika Serikat dan China di bidang teknologi komunikasi.
Di tengah persiapan meninggalkan Uni Eropa, Inggris berada di bawah tekanan kuat Presiden AS Donald Trump. Sementara di sisi lain, Beijing telah memperingatkan London bahwa investasi miliaran dollar AS akan berisiko jika kubu Johnson berpihak kepada Washington. Perebutan pengaruh itu berkelindan dengan isu keamanan, yang kerap dilontarkan Washington, atas penggunaan perangkat Huawei di Inggris dan negara-negara yang mengaplikasikan perangkat perusahaan asal China itu.
Dalam pernyataan terbarunya, Selasa (14/7/2020), Johnson melarang operator-operator telekomunikasi di Inggris membeli peralatan 5G apa pun dari Huawei. Johnson juga memberi mereka waktu tujuh tahun untuk melucuti perangkat Huawei dari jaringan telekomunikasi di Inggris. Perintah Johnson itu membalikkan keputusannya pada Januari lalu yang mengizinkan Huawei memasok hingga 35 persen dari jaringan 5G non-inti di Inggris.
”Ini bukan keputusan yang mudah, melainkan ini keputusan yang tepat untuk jaringan telekomunikasi Inggris demi keamanan nasional dan ekonomi kita, baik sekarang dan memang dalam jangka panjang,” kata Oliver Dowden, Menteri Digital, Kebudayaan, Media dan Olahraga Inggris, kepada parlemen. ”Saat kami memilih vendor lain kelak, kami telah menerapkan aturan hukum tentang perlucutan perangkat Huawei dari jaringan 5G di negara ini.”
Alasan perubahan sikap Inggris terkait penggunaan Huawei adalah dampak dari sanksi baru AS terhadap Huawei. Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris juga telah melaporkan kepada para menteri bahwa Huawei bukan pemasok perangkat teknologi yang dapat diandalkan.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Robert O’Brien, menyebut tindakan Inggris mencerminkan konsensus yang berkembang bahwa Huawei dan vendor lain dari China yang tidak dipercaya menjadi ancaman bagi keamanan nasional negara-negara di dunia. Ini karena perusahaan-perusahaan asal China itu tetap ”terikat dengan Partai Komunis China”.
Menurut undang-undang yang diumumkan pada tahun 2017 di bawah pemerintahan Presiden Cina Xi Jinping, perusahaan China memiliki kewajiban untuk mendukung dan bekerja sama dalam misi intelijen nasional China. Namun, Huawei berulang kali menegaskan, perusahaan mereka tidak memiliki keterkaitan dengan Pemerintah China.
China kecewa
Duta Besar China untuk Inggris Liu Xiaoming menyebut keputusan Pemerintah Inggris itu ”mengecewakan dan salah”. ”Kini menjadi pertanyaan, apakah Inggris dapat memberikan lingkungan bisnis yang terbuka, adil dan tidak diskriminatif untuk perusahaan dari negara lain,” kata Liu.
Larangan Johnson itu akan mengakibatkan tertundanya peluncuran jaringan 5G selama dua-tiga tahun di Inggris. Ini artinya juga menambah biaya hingga 2 miliar poundsterling (sekitar 2,5 miliar dollar AS).
Selain itu, batas waktu 31 Desember 2027 juga menjadi sejumlah operator telekomunikasi Inggris, seperti BT, Vodafone, dan Three. Mereka kini khawatir harus menghabiskan miliaran pound untuk melepas perangkat Huawei lebih cepat. Manajemen BT mengatakan, pihaknya telah menyiapkan anggaran 500 juta poundsterling untuk memenuhi batas waktu tersebut.
Penutupan jaringan Huawei di Inggris menandai berakhirnya apa yang oleh mantan Perdana Menteri David Cameron dianggap sebagai ”era emas” hubungan Inggris-China. Dalam era tersebut, Beijing melihat London sebagai hub bagi Beijing di Eropa. Namun, Inggris telah kecewa dengan tindakan keras China di Hong Kong serta adanya persepsi di London bahwa China tidak menyampaikan seluruh kebenaran tentang wabah Covid-19.
Pihak Huawei mengatakan, keputusan yang diambil Pemerintah Inggris itu lebih mencerminkan kebijakan perdagangan AS daripada terkait isu keamanan. ”Hal itu mengancam akan memindahkan Inggris ke jalur lambat digital, meningkatkan tagihan, dan memperdalam kesenjangan digital,” kata seorang juru bicara Huawei.
Huawei juga membantah bahwa pihaknya adalah bagian dari mata-mata China. Pihak perseroan mengatakan, AS ingin menggagalkan pertumbuhan Huawei karena tidak ada perusahaan AS yang menawarkan teknologi yang sama dengan harga yang kompetitif, seperti yang ditawarkan Huawei.
Cegah supremasi China
Perebutan pengaruh antara AS dan China diibaratkan oleh sebagian kalangan seperti masa Perang Dingin antara blok AS dengan blok Uni Soviet. Washington khawatir bahwa dominasi 5G dapat mengarah pada supremasi teknologi China. Setelah Australia meningkatkan kekhawatiran terkait risiko penggunaan jaringan 5G Huawei, kekhawatiran di Barat tentang sepak terjang Huawei pun meningkat. Kubu AS menyebut perusahaan itu agen negara China. Pandangan itu didukung secara luas di kalangan Partai Konservatif di Inggris.
Dalam sebuah cuitannya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, keputusan Inggris ”memajukan keamanan Transatlantik di era #5G sambil melindungi privasi warga negara, keamanan nasional, dan nilai-nilai dunia yang bebas”. Para menteri Inggris menyebut kebangkitan dominasi global Huawei, yang didirikan pada 1987 oleh mantan insinyur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, telah membuat Barat lengah.
Menteri Digital, Kebudayaan, Media dan Olahraga Inggris Oliver Dowden mengatakan, Inggris sedang bekerja dengan sekutunya untuk mendorong saingan yang lebih kuat ke Huawei, menunjuk perusahaan dari Finlandia, Swedia, Korea Selatan dan Jepang. ”Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa kita melindungi dua vendor lainnya di pasar ini, begitu juga Nokia, dan Ericsson,” kata Dowden.
”Kedua, kita perlu mendapatkan pemasok baru, yang dimulai dengan Samsung, dan itu dimulai dengan NEC.” Nokia dan Ericsson mengatakan mereka siap menggantikan posisi Huawei. (REUTERS)