Iran Akui Bersalah Tembakkan Dua Rudal ke Pesawat Penumpang Ukraina
Teheran bolak-balik menyampaikan cerita berbeda soal insiden jatuhnya pesawat Ukraina di Iran. Awalnya, Teheran menyangkal telah menembak jatuh pesawat itu, tetapi kini mengakuinya dengan dua penyebab.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
TEHERAN, SENIN — Iran kembali mengaku bersalah dalam kecelakaan pesawat Ukraine International Airlines yang menewaskan 176 orang pada 8 Januari 2020. Teheran mengakui setidaknya ada dua kesalahan sekaligus.
Otoritas Penerbangan Sipil (CAO) Iran, Minggu (12/7/2020) WIB, mengungkapkan dua kesalahan. Pertama, kesalahan oleh oknum petugas tertentu dalam proses pemindahan satu unit sistem pertahanan udara milik Garda Revolusi Iran (IRGC) di dekat Bandara Internasional Khamenei, Teheran.
Selepas dipindahkan, radar yang tergabung dengan sistem pertahanan udara itu tidak disetel ulang. Akibatnya, unit pertahanan udara itu gagal mengidentifikasi PS-752, yang diakui CAO terbang sesuai prosedur dan di jalur yang benar.
Dalam laporan CAO Iran, tidak dijelaskan mengapa salah satu unit pertahanan udara Iran dipindahkan ke dekat bandara. Tampaknya Iran tidak terbuka dalam kasus pertama ini.
Kesalahan itu diikuti lagi dengan kesalahan kedua. Prajurit yang bertugas di unit pertahanan udara dilaporkan melihat radar mendeteksi benda tidak dikenal.
Di saat bersamaan, menurut laporan CAO, ada kegagalan komunikasi antara prajurit jaga dengan atasannya. Sebelumnya, sejumlah pejabat IRGC menyebut banyak sekali gangguan komunikasi pada awal Januari 2020.
Akhirnya, prajurit jaga menembakkan dua rudal ke PS-752. Rudal pertama menghantam bagian pesawat yang menyimpan semua kendali komunikasi.
Rudal kedua menghantam bagian lain pesawat sehingga pesawat terbakar di udara lalu jatuh dan kemudian meledak. Seluruh 176 awak dan penumpang pesawat, yang berasal dari sejumlah negara, tewas dalam insiden itu.
Keputusan menembakkan rudal dinyatakan sebagai pelanggaran. Sebab, prosedur di Garda Revolusi Iran (IRGC) menegaskan, penembakan rudal harus atas izin perwira yang berwenang.
Prajurit penjaga sistem pertahanan udara tidak boleh membuat keputusan sendiri. Pada Juni 2020, Teheran mengumumkan telah menahan sejumlah orang yang bertanggung jawab dalam kecelakaan tersebut.
Insiden itu terjadi beberapa menit selepas pesawat rute Teheran-Kiev tersebut lepas landas dari Bandara Teheran. Kecelakaan itu terjadi di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat terkait kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Brigade Quds.
Jenderal yang mengurusi operasi intelijen dan luar negeri Garda Revolusi Iran (IRGC) itu tewas oleh serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak, 3 Januari 2020. Lima hari kemudian, pesawat Ukraina, salah satu sekutu AS di Eropa, ditembak jatuh oleh dua rudal oleh pasukan Garda Revolusi Iran.
Meski Teheran mengaku bersalah, Kiev tetap meragukan laporan CAO Iran. Seorang pejabat Ukraina menyebut laporan CAO tidak terlalu bisa dipercaya. Sebab, Iran bolak-balik menyampaikan cerita berbeda soal insiden itu.
Awalnya, Iran menyangkal kalau otoritasnya tahu soal kecelakaan itu. Beberapa saat kemudian, Iran membuka peluang ada kesalahan di pihaknya dalam insiden itu. Kini, Iran mengakui setidaknya dua kesalahan.
Laporan itu diterbitkan setelah Iran dan negara-negara asal penumpang PS-752 setuju merundingkan ganti rugi bagi para korban. Proses inti perundingan belum jelas kapan akan dimulai.
Perundingan akan dilakukan antara Teheran dan Ukraina. Sementara Afghanistan, Kanada, Swedia, dan Inggris yang warganya juga menjadi korban dan kecelakaan itu menyerahkan proses perundingan kepada Ukraina.