Partai PM Lee Hsien Loong Bertahan di Jalur Kemenangan
Terus berkuasa sejak Singapura merdeka tahun 1965, PAP diperkirakan bakal menang dalam pemilu di tengah pandemi. Kemenangan ini bakal memberi kesempatan pada PM Lee Hsien Loong untuk menduduki kepemimpinan di negara itu.
Oleh
MH SAMSUL HADI & BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
SINGAPURA, SABTU —Partai Aksi Rakyat (PAP), yang berkuasa di Singapura dan dipimpin PM Lee Hsien Loong, berada di jalur mempertahankan kekuasaan secara meyakinkan. Dari penghitungan 100 suara secara acak di setiap tempat pemungutan suara oleh Komisi Pemilihan Umum Singapura, Sabtu (11/7/2020) dini hari, terlihat PAP mempertahankan 83 dari 93 kursi yang diperebutkan di parlemen.
Meski demikian, partai oposisi diperkirakan membuat terobosan bersejarah. Berdasarkan hasil penghitungan awal itu, partai oposisi utama, Partai Pekerja memperoleh 10 kursi. Jika terkonfirmasi hingga perhitungan berakhir, pencapaian tersebut merupakan rekor.
Terus berkuasa sejak Singapura merdeka tahun 1965, PAP diperkirakan secara luas bakal menang dalam pemilu di tengah pandemi. Kemenangan ini bakal memberi kesempatan pada Lee untuk kembali menduduki kepemimpinan di negara tersebut, mungkin untuk periode terakhir sebelum mengundurkan diri sebagai pemimpin nasional.
"Ini sedikit menjadi hukuman bagi PAP," kata Chong Ja Ian, pengamat politik dari Harvard-Yenching Institute. "Mereka (para pemilih) tidak terpengaruh oleh klaim bahwa PAP tahu segalanya dan mereka lebih suka ada beberapa kegagalan yang tak diperhitungkan sebelumnya."
PAP memenangi 70 persen suara rakyat dan mengamankan 93 persen kursi di parlemen. Saat itu, sampel suara terbukti akurat, meski kali ini otoritas Singapura memperingatkan bahwa hasil akhir bisa berbeda.
Pemilu Singapura berlangsung di tengah pandemi Covid-19, Jumat (10/7/ 2020). Digelar di 1.100 tempat pemungutan suara bagi sekitar 2,65 juta pemilih terdaftar, dengan menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19, waktu pemungutan suara diperpanjang dua jam dari jadwal semula atau hingga pukul 22.00.
Komisi Pemilihan Umum setempat menyatakan, perpanjangan waktu pemungutan suara itu dilakukan karena antrean pemilih di sejumlah tempat pemungutan suara. Hal itu memperlihatkan, betapa tak mudah menggelar pemilu di tengah pandemi dengan protokol kesehatan, termasuk wajib mengenakan masker dan sarung tangan bagi pemilih serta pengaturan jadwal bagi pemilih.
Pemilu wajib diikuti warga Singapura berusia 21 tahun ke atas. Namun, kekhawatiran soal penularan Covid-19 membayangi negara itu. Singapura melonggarkan pembatasan sosial. Juni lalu, tetapi angka kasus baru harian terus bertambah.
"Sangat berbahaya menggelar pemilu, meski diberlakukan banyak langkah pencegahan," ujar Mayank Goel (21), mahasiswa teknik biomedis seusai menjalani pemungutan suara.
Sebelum pemungutan suara, Partai Aksi Rakyat (PAP), yang berkuasa sejak Singapura merdeka tahun 1965, sudah diperkirakan banyak kalangan akan menang lagi. Ini berarti, Perdana Menteri Lee Hsien Loong (68) akan tetap berada di posisinya.
"Para petugas telah berusaha yang terbaik, dan dari yang saya tahu, masalah-masalah kecil teratasi, dan kini semua berjalan lancar," kata Lee seusai pemungutan suara bersama istrinya, Ho Ching, CEO Temasek Holdings, di TPS di sebuah sekolah.
Lee, putra Bapak Pendiri Singapura Lee Kuan Yew, telah menjabat perdana menteri sejak 2004. Dia telah menyampaikan niatnya untuk mundur dalam beberapa tahun ke depan, tetapi ia menginginkan mandat baru untuk mengatasi krisis di negaranya akibat Covid-19.
Pemilu kali ini diikuti 191 calon anggota legislatif (caleg) dari 11 partai dan satu lagi caleg dari jalur perseorangan. Mereka memperebutkan 93 kursi di parlemen. Dari 105 kursi di parlemen Singapura, 12 kursi akan diduduki calon yang diangkat tanpa harus memenangi pemilu. Mereka akan mempunyai hak sama dengan legislator yang terpilih di pemilu.
Selain isu pengendalian Covid-19, ekonomi Singapura menghadapi tantangan cukup besar tahun ini. Ekonomi negara itu diproyeksikan menyusut hingga 7 persen pada 2020. Pemerintah Singapura di bawah kendali Lee telah meluncurkan beberapa paket bantuan ekonomi senilai hampir 100 miliar dollar Singapura (71,7 miliar dollar AS). Namun, pemerintahan tetap memperingatkan kemungkinan dampak ekonomi yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Oposisi mempertanyakan
KPU Singapura mengatakan, perpanjangan waktu pemungutan suara diambil setelah antrean panjang pemilih masih terjadi di sejumlah TPS hingga petang hari. Semula, pemungutan suara itu diakhiri pukul 20.00, dengan alokasi khusus antara jam 19.00-20.00 bagi para pemilih yang harus tinggal di rumah dan dikarantina karena sakit.
"Perpanjangan waktu ini akan memungkinkan bagi semua pemilih memberikan suara mereka,” demikian pernyataan KPU Singapura, seperti dikutip The Strait Times.
Mereka mengatakan, hingga pukul 20.00 sebanyak 96 persen dari 2,65 juta pemilih telah menggunakan suara mereka. Beberapa partai oposisi mempertanyakan keputusan perpanjangan waktu pemungutan suara itu. Mereka menilai, langkah tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, "sangat tidak lazim", dan membahayakan integritas pemilu.
Singapura adalah negara Asia Tenggara atau negara Asia ketiga—setelah Korea Selatan dan Mongolia—yang menggelar pemilu di tengah pandemi. Partai-partai yang memerintah di ketiga negara itu memenangi pemilu di tengah pandemi.
Dengan jumlah penduduk 5,8 juta orang, Singapura telah melaporkan lebih dari 45.000 kasus Covid-19. Kebanyakan dari mereka adalah pekerja asing yang tinggal di asrama-asrama yang cenderung diabaikan pada fase-fase awal pandemi. Meski penularan Covid-19 di negara itu telah menurun, kasus harian baru penyakit itu masih berada di atas 100 kasus.
Dalam menyelenggarakan pemilu, KPU setempat mengatur teknis pemungutan suara sedemikian rupa untuk mencegah penularan Covid-19. Mereka memberikan kesempatan kepada pemilih manula untuk menggunakan hak pada pukul 08.00 hingga siang. Selepas jadwal itu, orang-orang berusia lebih muda diizinkan mendatangi TPS.
Jika pemilih manula tidak bisa datang pagi, mereka bisa datang di siang hari dan mendapat prioritas. Pemilih senior berusia 65 tahun ke atas didahulukan guna meminimalkan interaksi mereka dengan pemilih yang lebih muda. “Kami sangat mendorong pemilih untuk memeriksa situasi antrean di TPS sebelum berangkat untuk memilih,” kata KPU dalam pernyataan sebelumnya.
Selain informasi perkiraan waktu kedatangan, setiap orang juga diminta mengenakan masker dan sarung tangan. Pemilih yang tidak mengenakan kedua hal itu diminta menunda mengantre. Untuk alasan keamanan dan kenyamanan, pemilih juga diizinkan membawa pena sendiri untuk menandai surat suara. Hal itu untuk mengurangi kemungkinan pemilih menyentuh benda yang dipegang orang lain.