Diduga Terkait Laporan Pelecehan Seksual, Wali Kota Seoul Ditemukan Tewas
Wali Kota Seoul Park Won-son ditemukan tewas di sebuah perbukitan di utara Seoul. Park, yang semasa mudanya adalah aktivis dan pengacara hak asasi manusia, dilaporkan ke polisi atas dugaan pelecehan seksual.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT — Polisi dan tim pencari menemukan Wali Kota Seoul Park Won-son dalam kondisi tak bernyawa setelah mengerahkan ratusan petugas dan anjing pelacak sejak Kamis (9/7/2020) sore di sebuah kawasan hutan di utara Seoul. Park ditemukan tewas di tengah merebaknya isu dugaan pelecehan seksual yang diduga dilakukannya selama beberapa waktu kepada bawahannya.
Polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban dan menyimpulkan bahwa Park tewas karena bunuh diri. Barang-barang pribadinya, seperti tas, gawai pintar, dan kartu nama, ditemukan di sekitar lokasi kejadian.
Otoritas Seoul semula menolak memberikan konfirmasi apakah yang bersangkutan meninggalkan pesan kepada keluarganya sebelum kejadian. Namun, beberapa jam kemudian, otoritas mengumumkan bahwa Park meninggalkan pesan untuk keluarga, kerabat, dan warga Seoul.
Dalam pernyataan yang dirilis oleh Pemerintah Kota Seoul, Jumat (10/7/2020) pagi, Park disebutkan meninggalkan pesan yang ditulis di atas selembar kertas menggunakan tinta dan kuas.
”Saya minta maaf kepada semua orang. Saya berterima kasih kepada semua orang yang telah bersama saya dalam hidup saya. Saya meminta maaf kepada keluarga dan kepada siapa pun yang telah saya sakiti,” tulis Park.
Di dalam pesan terakhirnya itu dia meminta jenazahnya untuk dikremasi dan abunya kemudian disebarkan di sekitar makam kedua orangtuanya. ”Sampai jumpa semuanya,” kalimat penutup pernyataan yang ditandatanganinya sendiri.
Pencarian terhadap Park dilakukan mulai Kamis sore setelah putri korban melaporkan bahwa sang ayah tidak bisa dihubungi sama sekali. Park juga diketahui membatalkan semua agenda pertemuan sepanjang Kamis, termasuk sebuah pertemuan dengan pejabat tinggi pemerintah pusat.
Pemerintah Kota Seoul memberikan kesempatan bagi para warga untuk mengenangnya dengan mendirikan sebuah altar di kantor pemerintah kota. Menurut rencana, Park akan dimakamkan pekan depan.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan Harry Harris menyatakan belasungkawa atas kepergian Park. ”Belasungkawa untuk keluarganya dan orang-orang Seoul selama masa sulit ini,” katanya melalui akun media sosial Twitter miliknya.
Dugaan pelecehan seksual
Tidak ada penjelasan resmi dari otoritas tentang latar belakang tewasnya Park. Namun, jaringan televisi SBS Korea Selatan yang berbasis di Seoul memberitakan bahwa kemungkinan tewasnya Park berhubungan dengan laporan dugaan pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap sekretaris pribadinya yang masuk ke polisi sehari sebelumnya.
Dalam sebuah dokumen yang diduga terkait dengan laporan tersebut, korban yang bekerja sebagai sekretaris pribadi sejak 2015 menyatakan bahwa Park sering melakukan tindakan tidak pantas dan tidak senonoh selama jam kerja. Tidak hanya itu, Park juga mengirimkan swafoto yang dinilai korban tidak pantas melalui aplikasi pembicaraan.
Korban, dalam dokumen itu, menyatakan, dia merasa ketakutan dan merasa sangat terhina atas tindakan Park.
Semula polisi tidak berkomentar tentang laporan tersebut. Namun, kemudian, polisi menyatakan bahwa persoalan yang dihadapi oleh Park adalah persoalan privat.
Laporan dugaan pelecehan seksual itu bertolak belakang dengan rekam jejak Park sebagai aktivisi sipil dan pengacara hak asasi manusia sebelum terpilih menjadi Wali Kota Seoul untuk pertama kali pada 2011. Sebelum ditemukan tewas, dia tengah menjalani masa jabatan untuk ketiga kalinya, setelah terpilih kembali pada 2015 dan 2018. Dia juga berencana untuk maju mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2022.
Sebagai pengacara, dia juga memperoleh pengakuan ketika berhasil memenangi hukuman untuk kasus pelecehan seksual pertama di negara itu. Secara terbuka dia juga mengkritik kebijakan era kolonial Jepang terhadap perempuan Korea, yang dikenal sebagai jugun ianfu selama Perang Dunia II berkecamuk.
Meski menjabat sebagai wali kota, Park tetap mempertahankan aktivismenya dengan mengkritik kesenjangan sosial dan ekonomi warga yang semakin lebar. Dia juga mengkritik gurita praktik korupsi dan kolusi pebisnis besar dan politisi di Korea Selatan.
Pada masa pandemi, Park dan pemerintahannya bergerak cepat untuk memimpin kampanye pencegahan penyebarluasan Covid-19 yang agresif dengan cara pengujian masif, pelacakan masif, dan perawatan. Dia juga menutup tempat-tempat yang berpotensi menjadi kluster penyebaran Covid-19. (AFP/AP)