Seoul Ungkapkan AS Ingin Lanjutkan Pembicaraan dengan Korut
Amerika Serikat menekankan pentingnya melanjutkan pembicaraan dengan Korea Utara. Sementara Korut bersikukuh tidak akan melanjutkan negosiasinya dengan AS terkait Semenanjung Korea.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, KAMIS — Amerika Serikat menekankan pentingnya melanjutkan pembicaraan dengan Korea Utara. Pernyataan itu disampaikan Pemerintah Korea Selatan, Kamis (9/7/2020), seusai menerima kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun di Seoul. Pernyataan Seoul itu berkebalikan dengan keinginan Pemerintah Korea Utara sebelumnya yang menyebutkan Pyongyang tidak berniat kembali ke meja perundingan.
Biegun mengakhiri kunjungan tiga harinya di Seoul. Sebelumnya ia menolak spekulasi bahwa dirinya mewakili Washington ingin bertemu dengan pejabat Korut selama kunjungannya. Namun, ia mengatakan, AS terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan wakil Pyongyang. ”Biegun menekankan pentingnya membuka kembali dialog dengan Korut,” kata kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam sebuah pernyataan.
Biegun adalah utusan penting AS dalam upaya menekan Korut untuk melucuti senjata nuklirnya. Selama di Seoul, Biegun, antara lain, bertemu dengan penasihat keamanan nasional Korsel, Suh Hoon. Dari Seoul, Biegun dijadwalkan bertolak ke Jepang. Biegun telah memimpin rapat kerja dengan Korut terkait isu pelucutan nuklir Pyongyang, tetapi perundingan telah terhenti sejak kedua pihak bertemu di Swedia pada bulan Oktober tahun lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal untuk Urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korea Utara Kwon Jong Gun, Selasa (7/7), menegaskan, Korut tidak merasa perlu ada pertemuan lagi antara Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump. Penegasan ini muncul beberapa hari setelah Presiden Korsel Moon Jae-in mengusulkan agar Kim dan Trump bertemu lagi sebelum pemilihan AS, November. ”Kami sudah tak mau duduk berhadapan dengan AS lagi,” kata Kwon dalam pernyataan via kantor berita KCNA. Trump dan Kim sudah bertemu tiga kali, tetapi tak menghasilkan apa pun guna menyelesaikan isu denuklirisasi Semenanjung Korea.
Trump mengatakan pada Selasa lalu bahwa ia terbuka untuk pertemuan lain dengan Jong Un. Sebagaimana diberitakan media Voice of America, Trump menilai pertemuan lain antara dirinya dan Jong Un mungkin membantu Semenanjung Korea.
Korsel telah berusaha mempromosikan upaya perdamaian di Semenanjung Korea. Sosok Suh berperan penting dalam mengatur pertemuan Trump dan Jong Un sebelumnya. Trump dan Kim bertemu untuk pertama kalinya pada tahun 2018 di Singapura, meningkatkan harapan untuk mengakhiri negosiasi program nuklir Korea Utara. Namun, KTT kedua mereka, pada 2019 di Vietnam, dan kemudian rapat kerja lanjutan untuk membahas pertemuan di Hanoi berakhir berantakan.
Trump mengatakan pada Selasa lalu bahwa ia terbuka untuk pertemuan lain dengan Jong Un. Sebagaimana diberitakan media Voice of America, Trump menilai pertemuan lain antara dirinya dan Jong Un mungkin membantu Semenanjung Korea. Namun, Korut tampak bergeming dengan sikapnya untuk tidak berniat duduk kembali dengan AS.
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat sejak bulan lalu. Ini setelah Pyongyang memilih meledakkan kantor penghubung bersama Korsel-Korut di sisi perbatasan Korut. Pemerintah Korut pun mengancam siap mengambil langkah militer.
Aktivitas nuklir berlanjut
Secara terpisah, gambar satelit terbaru menunjukkan aktivitas baru-baru ini di fasilitas penelitian dan pengembangan nuklir Korut. Tempat itu diduga digunakan untuk membangun hulu ledak nuklir. Citra satelit yang diperoleh CNN, ditangkap oleh Planet Labs dan dianalisis oleh para ahli di Middlebury Institute of International Studies, menunjukkan bahwa fasilitas itu diyakini terkait dengan program nuklir Korut dan tetap aktif. Fasilitas itu ada di Desa Wollo-ri di dekat Pyongyang dan belum pernah diungkapkan sebelumnya kepada publik.
Seorang profesor di Middlebury Institute of International Studies, Jeffrey Lewis, mengatakan, sejumlah obyek dalam citra satelit itu mengindikasikan tempat itu merupakan situs nuklir. Obyek-obyek itu antara lain pos penjagaan, perumahan, dan fasilitas bawah tanah. Lokasi situs itu berada di sebelah pabrik pengemas air mineral. ”Hal besar yang menonjol adalah lalu lintas kendaraan, mobil, truk, dan peti kemas. Pabrik ini sangat aktif. Aktivitas itu tidak melambat, baik selama negosiasi maupun saat ini. Tempat itu masih membuat senjata nuklir,” kata Lewis.
Fasilitas itu awalnya diidentifikasi pada 2015 oleh para peneliti di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin. Namun, Lewis dan rekan-rekan peneliti lain sebelumnya memilih untuk tidak memublikasikan fasilitas itu. Sebab, mereka tidak dapat mengidentifikasi peran spesifik fasilitas itu dalam program nuklir Korut. Namun, kini lokasi itu diperkirakan akan diketahui publik dan menjadi bahasan. Alasan utamanya adalah nama dan fungsi tempat itu akan disebut dalam buku tulisan Ankit Panda, seorang ahli Korut yang bekerja untuk Federasi Ilmuwan Amerika. Buku itu dijadwalkan segera terbit tidak lama lagi. (REUTERS)