Iran menjalin kerja sama bilateral militer dengan Suriah. Melalui kerja sama itu, Teheran akan memperkuat sistem pertahanan udara Suriah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
DAMASKUS, KAMIS — Iran menjalin kerja sama bilateral di bidang militer dengan Suriah. Salah satu klausul dari kerja sama itu adalah Iran akan memperkuat pertahanan udara Suriah untuk menangkal tekanan Amerika Serikat dan ”melawan terorisme”.
Laman stasiun televisi pemerintah menyiarkan video Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri dan Menteri Pertahanan Suriah Ali Ayoub menandatangani kesepakatan tersebut di Damaskus, Suriah, Rabu (8/7/2020).
Dalam video tersebut terlihat juru bicara militer Iran membacakan pernyataan bersama yang menyatakan ”kesepakatan keamanan-militer komprehensif” itu bertujuan ”menangkal bahaya yang meningkat (dan) teroris takfiri yang didukung kekuatan regional dan internasional”. Para pejabat Iran memakai istilah ”takfiri” untuk merujuk pada beberapa kelompok militan, termasuk kelompok-kelompok yang berperang di Suriah.
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, mengutip Ayoub yang menyebut bahwa ikatan Suriah-Iran ”strategis dan kuat”. ”Kerja sama bilateral militer dan keamanan bersifat kualitatif dan terus berjalan... meski ada tekanan dan ancaman yang meningkat,” kata Ayoub.
Suriah merupakan satu dari beberapa negara yang membantu Iran selama perang Iran-Irak tahun 1980-1988. Pada 2006, Teheran dan Damaskus menandatangani kesepakatan kerja sama militer.
Ayoub berjanji melawan ”setiap tantangan dengan tekad lebih... dengan segala usaha warga Suriah serta kerja sama dengan sahabat dan sekutu, (Suriah) bertekad melawan terorisme dalam segala bentuknya”.
Israel, sekutu utama Amerika Serikat yang juga seteru Iran, telah melancarkan ratusan serangan di Suriah sejak perang saudara berkecamuk di Suriah tahun 2011. Serangan Israel menargetkan pasukan pemerintah, pasukan Iran, dan kelompok milisi Syiah Lebanon yang didukung Iran, Hezbollah.
Pasukan asing agar ditarik
Pernyataan bersama Iran-Suriah tersebut juga menuntut ”penarikan semua pasukan asing yang masuk ke Suriah secara ilegal”. Turki dan koalisi pimpinan AS telah mengirim pasukan ke Suriah untuk memerangi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) meskipun ada keberatan dari Damaskus.
Selama ini, Iran yang merupakan sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, selalu menyangkal mengirimkan pasukannya untuk membantu Suriah. Iran hanya mengirim penasihat militer ke Suriah.
Namun, dengan kesepakatan bilateral ini, ”Kami akan memperkuat sistem pertahanan udara Suriah sebagai bagian untuk meningkatkan kerja sama militer kedua negara,” kata Bagheri, seperti diberitakan stasiun televisi Pemerintah Iran. Kesepakatan ini akan ”semakin memperkuat keinginan kita... untuk melawan tekanan AS,” tambah Bagheri.
Bersama dengan Moskwa, Teheran telah memainkan peran kunci dalam mendukung pemerintahan Assad selama perang Suriah berlangsung. Perang ini telah menghancurkan negara itu serta menewaskan lebih dari 380.000 orang dan menelantarkan jutaan orang lainnya.
Kesepakatan bilateral Iran-Suriah ini terjadi setelah AS mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperpanjang larangan penjualan senjata konvensional kepada Teheran yang akan berakhir Oktober.
Pencabutan embargo, yang disepakati berdasarkan perjanjian nuklir Iran 2015, akan memungkinkan Iran mendapatkan tank tempur, pesawat tempur, kapal perang, dan rudal atau sistem rudal.
Pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Ia telah memperingatkan bahwa pihaknya bisa mengambil langkah hukum untuk memperluas sanksi PBB terhadap Iran jika DK PBB tidak memperpanjang embargo senjata terhadap Iran.
Mitra AS di Eropa pun menyatakan dukungannya atas desakan AS ini. Namun, mereka juga menentang penerapan sanksi baru dengan alasan bahwa ada isu yang lebih besar, yaitu program nuklir Iran. (AFP/ADH)