Polisi Belanda Tahan 50 Petani Pemrotes Aturan Lingkungan
Unjuk rasa terbaru petani Belanda di Wijster ini terkait langsung dengan rencana pemerintah membatasi jumlah protein dalam pakan sapi. Langkah pemerintah itu bagian dari upaya mengurangi emisi nitrogen oksida oleh hewan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
AMSTERDAM, RABU — Polisi Belanda menahan sekitar 50 petani yang memblokir jalan dengan traktor mereka di kota Wijster, Rabu (8/7/2020). Aksi para petani itu adalah sebagai bentuk protes terhadap peraturan pencemaran lingkungan baru yang dinilai mengancam mata pencarian mereka.
Pihak kepolisian setempat menyatakan, para petani menentang larangan demonstrasi. Namun, larangan itu tidak digubris dan para petani memblokir pintu masuk ke sebuah fasilitas pembuangan limbah di Wijster. Media lokal melaporkan, mereka yang ditahan terancam denda senilai masing-masing 390 euro (440 dollar AS).
Petani di seluruh Belanda selama berbulan-bulan menggelar unjuk rasa untuk menolak peraturan yang mereka anggap akan membunuh model bisnis mereka dan mengancam keberadaan hewan piaraan mereka. Aksi mereka sering menimbulkan kemacetan besar. Hal ini karena dalam unjuk rasa, mereka mengendarai traktor perlahan-lahan di sepanjang jalan dan pusat kota.
Pada awal pekan ini, pemerintah setempat di tiga provinsi di wilayah Belanda utara menerbitkan aturan yang melarang penggunaan traktor pada aksi protes para petani. Aturan itu terbit setelah para petani menggunakan traktor mereka untuk memblokir pusat distribusi supermarket di wilayah tersebut.
Protes terbaru di Wijster terkait langsung rencana pemerintah membatasi jumlah protein dalam pakan sapi. Ini dimaksudkan untuk mengurangi emisi nitrogen oksida oleh hewan. Namun, para petani mengatakan kebijakan itu akan membahayakan kesehatan hewan mereka. Belanda harus mengurangi emisi nitrogennya karena tahun lalu dinyatakan melanggar peraturan Uni Eropa tentang polusi ”nitrogen reaktif”.
Pertanian adalah sumber utama nitrogen berlebih, selain industri konstruksi dan transportasi. Namun, kalangan petani merasa mereka dipilih secara tidak adil.
Pertanian adalah sumber utama nitrogen berlebih, bersama dengan industri konstruksi dan transportasi. Namun, kalangan petani merasa mereka dipilih secara tidak adil. Pada Februari lalu, ribuan petani yang marah pergi ke Den Haag untuk berdemonstrasi menentang rencana pemerintah mengurangi emisi. Protes itu memudar selama penguncian wilayah karena pandemi Covid-19. Namun, saat ini saat pelonggaran dilakukan, gerakan protes itu muncul lagi.
Belanda merupakan negara terbesar ke-32 di Eropa berdasarkan wilayah, lebih kecil daripada Irlandia atau Swiss. Meski demikian, menurut kantor statistik nasional Belanda, negara itu adalah pengekspor makanan terbesar kedua di dunia berdasarkan nilai setelah AS. Prestasi ini telah lama menjadi sumber kebanggaan nasional di negara yang pernah dilanda kekurangan pangan selama Perang Dunia II.
Namun, dalam hal produksi pangan ada masalah tersendiri. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sekitar tiga perempat emisi unggas berasal dari produksi pakan. Sebanyak 24.000 ayam Kipster diberi makan 100 persen makanan sisa yang terbuat dari bahan pokok Belanda, seperti stroopwafel (wafel manis), biskuit, dan kerupuk.
Menurut Financial Times, para peternak peka dengan saran bahwa mereka harus mengurangi ternak mereka. Masalah ini pun telah menjadi agenda politik dalam beberapa tahun terakhir karena kekhawatiran akan emisi nitrogen, termasuk amonia, yang diproduksi oleh ternak. Amonia memiliki efek berbahaya pada tanah, air dan keanekaragaman hayati, dan juga bereaksi untuk membentuk nitro oksida, gas rumah kaca.
Tidak seperti banyak negara lain di UE, Belanda telah memperkenalkan batasan hukum yang ketat pada emisi nitrogennya. Pada Mei 2019 terpantau praktik penggunaan emisi itu telah melanggar batas. Hal itu pun memaksa pemerintah menghentikan proyek konstruksi dan memotong batas kecepatan di jalan raya untuk mengendalikan emisi.
Ketika seorang politisi dari koalisi yang berkuasa berpendapat pada bulan September bahwa mengurangi separuh populasi ternak negara itu akan membantu memecahkan masalah, para petani sontak marah. Protes massal pun terjadi. Para petani secara turun ke jalanan di Den Haag dengan traktor mereka. Mereka menilai respons politisi dan pemerintah adalah bentuk pengambinghitaman terhadap mereka. (AP/REUTERS)