Korban Tewas Terus Bertambah, Jepang Waspadai Banjir-Tanah Longsor Susulan
Hujan deras mengguyur wilayah Jepang tengah, Rabu ini, setelah hari-hari sebelumnya juga terjadi hujan lebat sehingga menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di Jepang barat yang menewaskan 55 orang.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
TOKYO, RABU — Pemerintah Jepang, Rabu (8/7/2020), mengeluarkan peringatan baru tentang kemungkinan akan terjadi bencana banjir dan tanah longsor susulan. Sejak melanda Jumat malam, pekan lalu, bencana tersebut telah menewaskan 55 orang. Peringatan itu disampaikan saat curah hujan harian terus meningkat dalam empat hari terakhir ini.
Hujan deras mengguyur wilayah Jepang tengah, Rabu ini. Sebelumnya, hal yang sama juga melanda wilayah Jepang barat daya. Media Jepang, Kyodo News, melaporkan bahwa pemerintah lokal di Prefektur Gifu di Jepang tengah memerintahkan sekitar 219.000 warganya untuk mengungsi ke tempat yang relatif aman.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) telah mengeluarkan peringatan tingkat tertinggi di lebih dari 20 kota di Prefektur Gifu dan Perfektur Nagano menyusul hujan deras pada Rabu pagi. Hampir 5.000 warga di Gifu terisolasi akibat jalan-jalan tertutup tanah longsor.
Menurut kantor berita AFP, upaya evakuasi korban selamat yang masih terjebak wilayah bencana di sejumlah tempat telah melibatkan 80.000 petugas penyelamat, termasuk 20.000 anggota Pasukan Bela Diri Jepang. Selain mengevakuasi warga, mereka juga membangun jalur-jalur evakuasi darurat.
Hujan teramat lebat dimulai pada Sabtu (4/7/2020) pagi hingga memicu banjir bandang dan tanah longsor di Pulau Kyushu, Jepang barat daya. Pada awalnya, jumlah korban tewas yang dilaporkan adalah 16 orang. Namun, juru bicara Pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, mengatakan bahwa kini sudah 52 orang tewas, sementara tiga orang atau lebih lainnya dikhawatirkan juga meninggal di wilayah Pulau Kyushu.
Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran mengatakan, sedikitnya 55 orang tewas sejak Sabtu. Selain itu, empat orang lagi dikhawatirkan meninggal dan 14 orang lainnya hilang. Sementara Kyodo News melaporkan, jumlah korban tewas hingga Selasa telah mencapai 56 orang.
Sejumlah kota masih terendam banjir, ratusan rumah hanyut, serta banyak infrastruktur vital, seperti jalan dan jembatan, rusak. Banyak tanggul sungai pun jebol, lereng-lereng bukit luruh, memicu bencana tanah longsor.
JMA mengeluarkan peringatan tingkat tinggi untuk wilayah Prefektur Gifu dan Nagano di Jepang tengah. ”Di daerah-daerah ini, hujan lebat berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata seorang pejabat JMA kepada AFP.
Pejabat tersebut menambahkan, di daerah-daerah yang telah dipetakan sebagai sangat rawan bencana tanah longsor dan banjir, kemungkinan besar saat ini sudah mengalami banjir akibat tingginya intensitas curah hujan. Cuaca buruk kini telah bergerak ke utara.
Wilayah terisolasi
Jumlah korban bencana sejak Sabtu lalu telah melonjak ketika regu-regu penolong terus menemukan korban baru. Itu pun masih banyak wilayah yang terisolasi yang belum dapat dijangkau, sementara tingkat ancaman terjadinya bencana baru sangat besar karena curah hujan masih tinggi.
Pulau Kyushu merupakan wilayah paling parah dilanda bencana. Hujan sudah mulai berhenti di sebagian wilayah itu sejak Rabu pagi. Namun, kota dan permukiman yang terendam banjir masih banyak.
Naomi Nishimura, seorang warga, mengatakan kepada NNN Jepang bahwa orangtuanya tewas akibat banjir di Kota Hitoyoshi, Prefektur Kumamoto.
”Sekalipun seorang tetangga datang dan membujuk orangtua saya agar mengungsi, mereka malah tidak mau pergi ... setelah saya memberi tahu mereka bahwa saya akan pulang (hari itu),” kata wanita itu sambil menangis karena menyaksikan rumah orangtuanya hancur akibat banjir.
Di kota Kashima di wilayah Saga Kyushu utara, seorang wanita membersihkan lantai toko cendera matanya yang tergenang akibat luapan sungai terdekat. Ia mengaku, banjir biasanya tidak sampai masuk ke tokonya, tetapi kali ini curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai meluap hingga banjir melanda permukiman warga.
Aparat keamanan telah mengeluarkan perintah evakuasi sukarela atau tidak wajib kepada 1,4 juta warga yang dinilai rawan menjadi korban. Adapun jutaan warga lainnya menerima peringatan dalam tingkat rendah.
Ancaman Covid-19
Namun, evakuasi terhadap warga yang sangat terdampak kini semakin rumit akibat wilayah itu juga belum bebas dari pandemi Covid-19. Perintah jaga jarak fisik pun di tempat-tempat penampungan menjadi mustahil sehingga potensi terjangkit virus korona jenis baru pun besar.
Jepang relatif tidak terlalu parah terdampak pandemi Covid-19. Saat ini, negara itu mencatat kurang dari 20.000 kasus Covid-19, dengan korban meninggal kurang dari 1.000 kasus.
Media lokal melaporkan, beberapa orang atau keluarga lebih suka tidur di dalam mobil untuk menghindari risiko terinfeksi di tempat penampungan. Di beberapa tempat penampungan, dinding kardus dipasang untuk memisahkan keluarga untuk mengurangi risiko terinfeksi.
Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa hujan diperkirakan berlanjut hingga Kamis besok. ”Sudah terlambat untuk mengungsi jika menunggu peringatan khusus dikeluarkan,” kata pejabat JMA, Rabu pagi.
Jepang berada di tengah musim hujan tahunannya, yang sering menyebabkan banjir dan tanah longsor. Para ahli mengatakan, perubahan iklim telah meningkatkan risiko hujan lebat, karena atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak air. Pada 2018, lebih dari 200 orang tewas akibat banjir yang memorak-porandakan wilayah Jepang barat.