Sentimen Korona Masih Membayangi Pasar Saham Global
Sejumlah langkah dan data ditunggu oleh para pelaku pasar di Asia hari ini. Salah satunya adalah suku bunga acuan di Australia di tengah kondisi resesi pertama dalam tiga dekade terakhir di negara itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Bursa-bursa saham di kawasan Asia bergerak bervariasi pada awal-awal perdagangan, Selasa (7/7/2020). Optimisme atas pemulihan ekonomi global, khususnya lewat data positif dari China dan Amerika Serikat, masih terbebani oleh kekhawatiran efek negatif dari penyebaran Covid-19, seperti terlihat dari kurva naik kasus positif penyakit itu di AS.
Sejumlah langkah dan data ditunggu oleh para pelaku pasar di Asia hari ini. Salah satunya adalah suku bunga acuan di Australia. Keputusan bank sentral negara itu dinanti di tengah kondisi resesi yang terjadi dalam kurun waktu tiga dekade. Indeks ASX200 dibuka menguat 0,95 persen.
Reserve Bank of Australia diperkirakan mempertahankan suku bunga pada 0,25 persen dan tidak membuat perubahan kebijakan pada pertemuan dewan gubernur hari ini.
Pasar fokus pada pernyataan yang menyertainya. Akan ada perhatian khusus pada apakah ada catatan bank sentral atas kenaikan dollar Australia. Mata uang Australia naik 0,04 persen dibandingkan dengan dollar AS dan berada di level 0,698 per dollar AS.
Bursa-bursa saham bergerak variatif pada awal perdagangan, tetapi dengan kecenderungan tertekan akibat aksi ambil untung. Indeks Nikkei 225 dibuka melemah 0,31 persen, sementara Indeks Kospi Korea Selatan justru melenggang naik 0,77 persen. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang dibuka menanjak 0,23 persen.
Sentimen positif atas ekonomi China mendorong posisi yuan ke level terkuatnya terhadap dollar AS sejak Desember tahun lalu pada awal pekan ini. Indeks saham China juga melonjak ke level tertingginya dalam kurun waktu lima tahun.
Saham juga menanjak setelah kenaikan tajam dalam aktivitas industri layanan AS pada Juni ke tingkat yang hampir sama di level sebelum pandemi. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,78 persen, S&P 500 naik 1,59 persen dan Nasdaq Composite melonjak 2,21 persen.
Pernyataan Pemerintah China melalui jurnal yang disponsori negara tentang pentingnya ”menumbuhkan pasar yang sehat” telah membantu untuk memacu sentimen positif di kalangan pelaku pasar di Asia. Hal itu dikatakan Ray Attrill, kepala strategi FX di lembaga keuangan NAB, dalam sebuah catatan kepada klien.
”Nuansanya mirip dengan pidato John F Kennedy: ’Jangan tanyakan apa yang negara perbuat untukmu, tetapi tanyakan apa yang dapat kamu perbuat untuk negara’ yang didorong oleh Pemerintah China sehubungan dengan langkah-langkah The Fed terlihat dalam pasar saham dan surat utang,” katanya.
Namun, perkembangan terbaru atas Covid-19 tetap tidak dapat dilupakan para pelaku pasar. Amerika Serikat melewati tonggak sejarah suram Covid-19 setelah negara itu mencatat jumlah korban tewas akibat virus itu mencapai 130.000, menurut penghitungan yang dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins.
India juga melaporkan lebih dari 23.000 kasus baru Covid-19, menyalip Rusia untuk menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak ketiga di dunia.
Pejabat di Texas memperingatkan rumah sakit di negara bagian AS akan segera kewalahan jika kasus terus melonjak. Florida adalah fokus utama, terutama setelah para ahli kesehatan masyarakat khawatir tentang lonjakan di negara bagian selatan dan barat AS dan tengah pekan lalu telah melebihi 169.000 kasus.
Universitas Johns Hopkins mencatat, lebih dari 11,4 juta orang di seluruh dunia telah didiagnosis positif Covid-19 dengan akibat 538.238 meninggal dunia.
Di pasar komoditas, harga emas naik menuju level tertinggi hampir delapan tahun pekan lalu karena lonjakan kasus Covid-19 itu. Emas berjangka AS ditutup naik 0,2 persen pada harga 1.793,50 pertroions.
Minyak mentah Brent naik 30 sen menjadi 43,10 dollar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun tipis 2 sen sehingga harganya kini di level 40,63 dollar AS per barel. (AFP/REUTERS)