Pertempuran di Libya kembali meletus. Pangkalan Udara Al-Watiya yang berada tak jauh dari Tripoli diserang pesawat tempur asing.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
BENGHAZI, SENIN — Pangkalan Udara Al-Watiya, markas strategis yang belum lama direbut pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional atau GNA dari milisi pendukung Khalifa Haftar, diserang pesawat-pesawat tempur asing. Warga masyarakat kota Zintan yang berada di dekat lokasi itu, Senin (6/7/2020), mengaku mendengar suara ledakan keras dari arah pangkalan udara tersebut.
Perebutan kembali Al-Watiya pada Mei lalu itu menandai berakhirnya 14 bulan serangan Tentara Nasional Libya (LNA) yang berusaha merebut ibu kota. Dukungan Turki penting bagi GNA untuk mengadapi serangan LNA.
Dengan bantuan Turki, GNA mampu menyerang LNA dengan pesawat tanpa awak dan peralatan pertahanan udara yang canggih lainnya. Serangan-serangan GNA berfokus pada memutus jaringan penyedia kebutuhan operasi Khalifa Haftar dan penambahan anggotanya.
Sumber di Turki, bulan lalu, menyebutkan, Turki sedang berunding dengan GNA untuk membangun dua pangkalan militer di Libya, salah satunya Al-Watiya. Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar bertemu dengan GNA di Tripoli, Jumat dan Sabtu lalu, dan berjanji akan membantu apa pun yang dibutuhkan oleh GNA.
Selama ini LNA mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab (UEA), Rusia, dan Mesir. Bahkan, tahun lalu LNA dibantu dengan serangan udara oleh Mesir dan UEA. Bulan lalu, Amerika Serikat mengatakan, Rusia mengirimkan sedikitnya 14 pesawat tempur jenis MiG-29 dan Su-24 ke pangkalan udara LNA melalui Suriah.
Keterlibatan Turki di Libya juga membuat marah Perancis dan Yunani. Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian mengingatkan akan ada sanksi baru bagi Ankara jika ini terus berlanjut. Kini, GNA dan LNA tengah mengumpulkan kekuatannya di garis pertahanan yang baru yang terletak antara kota Misrata dan Sirte. Mesir sudah memperingatkan, jika ada serangan atau upaya apa pun untuk mengambil alih Sirte dengan dukungan dari Turki, militer Mesir akan langsung bertindak. (REUTERS)