Iran Ungkap Kerusakan Parah di Fasilitas Nuklir Bawah Tanah akibat Kebakaran
Beberapa pejabat Iran menyebutkan, kebakaran itu disebabkan serangan siber. Mereka akan membalas negara yang melancarkan serangan tersebut. Insiden ini memunculkan pertanyaan soal isu keamanan di fasilitas nuklir itu.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
TEHERAN, SENIN — Iran mengungkapkan adanya kerusakan parah pada fasilitas nuklir bawah tanah, Natanz, akibat kebakaran pada hari Kamis lalu. Kerusakan itu akan menghambat pengembangan alat sentrifugal untuk pengayaan uranium. Sejumlah pejabat menyebut kemungkinan sabotase siber sebagai penyebab kebakaran pada fasilitas nuklir tersebut.
”Insiden itu bisa memperlambat pengembangan dan produksi alat sentrifugal lanjutan dalam jangka menengah. Iran akan memperbaiki bangunan yang rusak dengan bangunan lebih besar yang memiliki perlengkapan lebih maju,” kata Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA, Minggu (5/7/2020).
”Insiden itu menyebabkan kerusakan signifikan, tetapi tidak ada korban,” lanjut Kamalvandi.
Area tempat perakitan alat pemisah (centrifuge) yang terbakar itu berada di dalam fasilitas pengayaan nuklir bawah tanah Iran, Natanz. Area tersebut terbakar, Kamis lalu. Aparat keamanan Iran mengatakan, pihaknya sudah mengetahui penyebab kebakaran, Jumat, tetapi akan diumumkan kemudian. Beberapa pejabat Iran menyebutkan, kebakaran itu disebabkan serangan siber, sambil menegaskan akan membalas negara yang melancarkan serangan itu.
Detail informasi kerusakan akibat kebakaran pada fasilitas nuklir Natanz tersebut beredar, Minggu waktu setempat, setelah ada foto dan video yang dirilis televisi Iran yang menunjukkan bangunan dua lantai itu terbakar dengan kondisi atap yang hancur.
Menurut Kamalvandi, area tempat perakitan alat pemisah atau mesin sentrifugal itu sudah mulai beroperasi sejak 2013 dan diresmikan pada 2018. Sedianya, Iran akan mengembangkan alat-alat pemisah yang lebih canggih di pabrik itu. Namun, kini proses itu akan tertunda karena sejumlah peralatan penting terbakar.
Citra satelit dari Planet Labs Inc., Jumat lalu, yang dianalisis para pakar di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di Institut Studi Internasional Middlebury, menunjukkan setengah bangunan yang rusak parah.
Fasilitas itu disebutkan belum beroperasi maksimal karena adanya larangan dalam kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. Iran baru mulai bereksperimen dengan model alat pemisah yang canggih setelah Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan itu dua tahun lalu. Iran selama ini berkeras mempertahankan alasan mengembangkan program atom hanya untuk kepentingan damai.
Faktor keamanan
Penyebab kebakaran belum diumumkan. Namun, ada sejumlah unggahan video daring dari beberapa kelompok, Jumat lalu, berisi pesan yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut. Salah satu kelompok itu menyebut dirinya dengan nama ”Cheetahs of the Homeland”. Belum ada yang pernah mendengar nama kelompok ini.
Namun, bukan itu yang menjadi persoalan. Kebakaran ini justru kembali memunculkan pertanyaan tentang faktor keamanan Natanz dan kemungkinan sabotase oleh pihak lain. Sebelumnya, pernah terjadi penyebaran virus komputer Stuxnet yang diduga direkayasa oleh Amerika Serikat dan Israel. Sasarannya waktu itu Natanz juga.
Kebakaran Natanz itu terjadi satu pekan setelah ledakan di Teheran timur. Para pengamat meyakini, Iran juga menyembunyikan lokasi produksi rudal dalam terowongan bawah tanah. Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusioner Iran mengakui bahwa Iran telah membangun ”kota-kota rudal bawah tanah” di sepanjang pinggir pantai.
Hancurnya pabrik perakitan alat pemisah Iran ini akan mengganjal kemampuan Iran untuk memperkaya uranium lebih cepat dan lebih banyak. Natanz merupakan fasilitas pengayaan uranium yang utama di Iran. Di dalam ruang bawah tanah Natanz, alat pemisah itu memutar gas uranium heksafluorida dengan cepat untuk memperkaya uranium.
Badan Atom Internasional (IAEA) mengatakan, Iran saat ini tengah memperkaya uranium dengan tingkat kemurnian sekitar 4,5 persen. Angka ini berada di atas ketentuan yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir, tetapi masih jauh di bawah level pengembangan senjata yang telah ditetapkan, yakni 90 persen.
Di fasilitas tersebut, Iran juga telah menguji alat pemisah yang lebih canggih. Kompleks Natanz merupakan salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang diawasi oleh IAEA. IAEA memastikan di lokasi kebakaran itu tidak ditemukan adanya bahan-bahan nuklir.
Iran bersedia membatasi program nuklirnya, tetapi sebagai imbal baliknya negara itu meminta pencabutan sanksi internasional, seperti disepakati dalam perjanjian nuklir tahun 2015. Dalam kesepakatan itu disebutkan, Iran hanya boleh memperkaya uranium di Natanz dengan 5.000 alat pemisah generasi pertama IR-1. Namun, rupanya Iran memakai alat pemisah yang lebih canggih.
Iran tidak mau berunding lagi selama masih dikenai sanksi internasional. Negara itu sesumbar akan membangun fasilitas pengembangan rudal yang dikelola Pasukan Garda Revolusi. (REUTERS/AP)