Kasus Covid-19 Belum Terkendali, WHO Ingatkan Pentingnya Upaya Komprehensif
Dunia terus mencatat lonjakan penambahan kasus Covid-19 seiring dengan pelonggaran dari pembatasan sosial sebelumnya. WHO mengingatkan negara-negara agar mengerahkan sumber daya mereka guna menekan pandemi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·5 menit baca
GENEVA, SABTU — Lonjakan kasus infeksi virus korona pasca-pelonggaran pembatasan masih terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Negara yang tidak menerapkan pendekatan komprehensif untuk menekan penyebaran Covid-19, sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), akan menghadapi jalan yang panjang dan berliku selama pandemi.
Dalam jumpa pers daring dari Geneva, Swiss, Jumat (3/7/2020), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, dalam sepekan terakhir kasus baru Covid-19 di dunia selalu di atas 160.000 kasus sehari.
Hingga Sabtu (4/7), lebih dari 11 juta warga di seluruh dunia terinfeksi penyakit mematikan tersebut, dan lebih dari 525.000 orang di antaranya meninggal. Menurut data Johns Hopkins University, Amerika Serikat—yang memperingati HUT kemerdekaan pada 4 Juli—berada di urutan teratas paling banyak kasus Covid-19 (2,7 juta orang).
Tedros khawatir karena dengan situasi itu masih ada negara yang tidak mengerahkan semua sumber dayanya untuk menekan pandemi Covid-19. Pemeriksaan, jaga jarak fisik, pelacakan kontak, memakai masker, sering cuci tangan harus dilakukan secara bersamaan.
”Negara yang mengadopsi pendekatan komprehensif mampu menekan penyebaran Covid-19 dan menyelamatkan banyak nyawa,” kata Tedros.
Di Amerika Serikat, lonjakan jumlah kasus terjadi di 40 negara bagian. Johns Hopkins University mencatat, Jumat terdapat tambahan 52.300 kasus baru di negara tersebut.
India juga mencatat tambahan kasus tertinggi dalam sehari pada Sabtu kemarin, yakni 22.771 orang dari total 648.000 orang lebih, sebanyak 18.655 orang meninggal. Rusia juga mencatat tonggak baru persebaran Covid-19 dengan angka kematian telah melampaui 10.000 orang.
Negara itu menempati peringkat ketiga negara paling terdampak—di bawah AS dan Brasil—dengan tambahan 6.632 kasus baru sehingga kini total menjadi 674.515 kasus.
Di Jakarta, juru bicara pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto, dalam keterangan resmi mengumumkan tambahan 1.447 kasus di Indonesia pada Sabtu sehingga kini total menjadi 62.142 kasus. Sebanyak 3.089 orang di antaranya meninggal.
”Provinsi Jawa Timur masih melaporkan cukup tinggi sebanyak 413 kasus baru dengan 100 sembuh. Kemudian DKI Jakarta 223 kasus baru dengan 268 sembuh. Sulawesi Selatan 195 kasus baru dengan 41 sembuh. Jawa Tengah 110 kasus baru dengan 50 sembuh dan Bali 91 kasus baru 24 sembuh,” kata Yuri, Sabtu.
Kewalahan
Salah satu negara yang masih melaporkan lonjakan kasus baru pada Sabtu kemarin adalah India. Negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu kini berada di peringkat keempat negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat (2,7 juta kasus), Brasil (1,5 juta kasus), dan Rusia (674.515 kasus).
India mencatat rekor penambahan kasus baru Covid-19 terbanyak dalam sehari, yakni dari 22.000 kasus—442 kasus meninggal—pada hari Sabtu. Dengan demikian, total kasus Covid-19 India mencapai lebih dari 648.00 dengan kasus meninggal 18.655 kasus.
Jumlah kasus itu menempatkan India yang berpenduduk 1,3 miliar pada peringkat keempat negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat (2,7 juta kasus), Brasil (1,5 juta kasus), dan Rusia (673.564 kasus).
Negara Bagian Maharashtra di India barat menjadi wilayah yang melaporkan kasus baru harian terbanyak di negara itu, yakni 6.364 kasus dan 198 kasus meninggal. Negara bagian kedua dengan kasus baru harian terbanyak adalah Tamil Nadu.
Otoritas di Mumbai memberikan peringatan kepada warganya untuk menghindari pesisir menyusul hujan deras yang diprediksi akan turun dalam 48 jam mendatang. Para pakar menyatakan bahwa hujan deras yang biasanya menyebabkan genangan air di banyak lokasi di kota itu dapat menghambat upaya pengendalian pandemi serta bisa meningkatkan risiko penularan.
Untuk mengendalikan pandemi, India telah memberlakukan salah satu kebijakan karantina wilayah paling keras di dunia. Namun, kebijakan ini telah dilonggarkan dalam beberapa minggu terakhir karena alasan ekonomi.
Para ahli epidemiologi berpendapat bahwa puncak pandemi Covid-19 di India masih berlangsung dalam beberapa minggu atau bulan ke depan. Sistem pelayanan kesehatan yang saat ini sudah kewalahan menerima pasien Covid-19 akan mendapat tekanan yang semakin besar.
India termasuk ke dalam wilayah Organisasi Kesehatan Dunia Regional Asia Tenggara (WHO-SEARO) bersama dengan Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, Indonesia, Nepal, Thailand, Maladewa, Sri Lanka, Myanmar, dan Timor Leste. Kasus Covid-19 di wilayah itu merupakan keempat terbanyak di dunia setelah wilayah Amerika, Eropa, dan Mediterania Timur.
Imbauan di Tokyo
Di Jepang, kantor berita NHK melaporkan, Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengimbau warganya untuk tidak bepergian keluar dari Tokyo menyusul kasus baru Covid-19 menembus angka 100 kasus sehari dalam tiga hari terakhir.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengimbau warganya untuk tidak bepergian keluar dari Tokyo.
Sabtu kemarin Tokyo melaporkan 131 kasus baru. Kasus itu didominasi oleh lonjakan kasus di tempat hiburan malam kota itu. Kantor berita Kyodo menyebutkan, dari total kasus baru itu, 100 kasus di antaranya merupakan warga berusia 20-30 tahunan.
Pada Jumat (3/7/2020), Tokyo melaporkan 124 kasus atau naik dari sehari sebelumnya yang sebanyak 107 kasus. Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap pekerja di tempat hiburan malam di Distrik Shinjuku dan Ikebukuro.
Meski kasus baru Covid-19 di Tokyo memperlihatkan tren yang naik dalam tiga hari terakhir, Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan bahwa pemerintah tidak berencana memberlakukan kembali status darurat.
Hal itu berbeda dengan yang terjadi di wilayah Catalonia, Spanyol. Presiden Wilayah Catalonia Quim Torra memberlakukan kembali karantina wilayah pada sekitar 200.000 jiwa penduduk menyusul adanya lonjakan kasus baru di wilayah Segria, sekitar 150 kilometer dari Barcelona. Pemberlakuan kembali karantina wilayah ini terjadi saat musim panas tiba dan Spanyol mulai menerima wisatawan dari 12 negara di luar Uni Eropa. (AP/AFP/REUTERS/TAN/SAM)