Saat Pandemi, Ekspor Pangan Indonesia ke Mesir Masih Positif
Meskipun pandemi memicu penutupan perbatasan, kondisi itu tidak menghalangi kerja sama perdagangan antara Mesir dan Indonesia. Nilai kerja sama ekonomi kedua negara tetap positif.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo - Mesir
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Mesir dikenal sebagai salah satu tujuan ekspor utama produk Indonesia di Timur Tengah dan Afrika. Mesir dengan penduduk sekitar 100 juta jiwa merupakan pasar besar bagi produk dari negara mana pun, termasuk Indonesia.
Ketika pandemi Covid-19 merebak dan memicu terjadinya krisis ekonomi di seluruh dunia, pasar Mesir ternyata masih mampu memberikan peluang untuk menyerap produk apa pun, khususnya produk makanan olahan.
Acara webinar yang digelar KBRI Kairo pada Kamis (2/7/2020) dengan menghadirkan para pelaku bisnis, khususnya para eksportir dan importir dari Mesir dan Indonesia, memberi gambaran tentang peluang besar ekspor makanan olahan dari Indonesia ke Mesir pada era pandemi Covid-19 ini.
Dubes RI untuk Mesir Helmy Fauzy dalam pembukaan acara webinar itu menyampaikan, produk makanan olahan asal Indonesia sangat potensial di Mesir.
Ia menyebut, tren ekspor kopi, minyak nabati, kelapa, kacang mede, dan minyak kakao dari Indonesia ke Mesir menunjukkan kenaikan pada periode Januari-April 2020.
Namun, ia mengakui, tren ekspor minyak sawit, saos dan olahannya, serta margarin pada periode Januari-April 2020 mengalami penurunan.
Ia mengimbau dibangun sinergitas antara pemerintah dan para pengusaha untuk mempertahankan dan, kalau bisa, meningkatkan performa ekspor Indonesia ke Mesir.
Dalam catatan atase perdagangan KBRI Kairo, ekspor kopi dari Indonesia ke Mesir pada April 2020 mencapai nilai 20,42 juta dollar AS. Ekspor kelapa dan kacang mede pada April 2020 mencapai nilai 3,19 juta dollar AS. Ekspor minyak kakao pada April 2020 mencapai nilai 2,79 juta dollar AS. Ekspor minyak nabati pada April 2020 mencapai nilai 3,17 juta dollar AS.
Adapun Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag RI Kasan Muhri, yang berbicara setelah Dubes Helmy Fauzy, meminta upaya ekspor harus tetap dilakukan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Ia mengungkapkan, pada era pandemi Covid-19 ini, ekspor makanan olahan ke berbagai negara, termasuk negara-negara Timur Tengah, justru tumbuh positif.
Ia meminta pula, upaya meningkatkan performa ekspor makanan olahan itu harus memperhatikan dan memperhitungkan kompetitor dari negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Menurut Kasan Muhri, ada tiga aksi yang hendaknya dilakukan untuk meningkatkan performa ekspor makanan olahan atau produk lainnya dari Indonesia ke Mesir.
Pertama, peran KBRI Kairo dalam mempertemukan para pengusaha dari Indonesia dan Mesir. Kedua, meningkatkan kerja sama bilateral Indonesia-Mesir dalam bentuk mencapai kesepakatan-kesepakatan khusus terkait hubungan dagang kedua negara itu. Ketiga, peningkatan promosi produk-produk Indonesia di Mesir.
Adapun pengusaha kopi asal Mesir, Dr Hassan Haggag, yang ikut berbicara dalam acara webinar itu, mengakui, aktivitas ekspor-impor antara Indonesia dan Mesir cukup terganggu pada era pandemi Covid-19 ini.
Ia menyebut, penutupan restoran dan kafe secara total di Mesir sejak Maret lalu akibat Covid-19 sangat memukul industri kopi karena 90 persen pengguna kopi itu adalah restoran dan kafe.
Haggag lalu mengungkapkan, kini ada penumpukan stok kopi di Mesir dan mungkin juga di Indonesia, menyusul penutupan restoran dan kafe sebagai pengguna terbesar produk kopi itu.
Ia juga mengakui, 80 persen kopi yang beredar di Mesir diimpor dari Indonesia. Ia lalu berharap pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir dan kegiatan ekspor-impor antara Indonesia dan Mesir kembali normal.
Presiden Direktur PT Rodamas Inti Internasional Hadi Santoso dalam acara webinar itu mengimbau pula, produk makanan olahan asal Indonesia perlu diperkenalkan secara agresif dan masif di Mesir.
Menurut dia, keunggulan rasa makanan olahan asal Indonesia bisa masuk atau diterima oleh lidah bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Seperti diketahui, PT Rodamas yang memproduksi makanan olahan dan bumbu merek Sasa sudah mulai merambah pasar Mesir.
Direktur Indomie di Mesir, Gunawan Hariyanto, dalam acara webinar itu mengatakan, Mesir sangat layak dilirik sebagai tujuan investasi karena memiliki infrastruktur yang memadai dan standar upah buruh yang rendah, setara dengan standar upah buruh di Jawa Tengah yang merupakan terendah di Indonesia.
Seperti dimaklumi, produk indomie yang mulai masuk pasar Mesir sejak tahun 1998 saat ini cukup digemari masyarakat Mesir dan berhasil mewarnai pasar negara itu.*