Eksportir Daging Sejumlah Negara Tunda Pengiriman ke China karena Korona
Perusahaan pengolah daging di Brasil, Argentina, Jerman, Kanada, dan Belanda telah menangguhkan ekspor produk mereka ke China sejak akhir Juni. Hal itu sebagai antisipasi penularan Covid-19 di China.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
BEIJING, JUMAT — Otoritas bea dan cukai China mengungkapkan, Kamis (2/7/2020) malam, perusahaan-perusahaan pengolah daging di Brasil, Argentina, Jerman, Kanada, dan Belanda telah menangguhkan ekspor produk mereka ke China sejak akhir Juni.
Media China, Global Times, menyebutkan hal itu merupakan bagian dari langkah-langkah penguatan Beijing atas produk impor beku karena lebih banyak kasus infeksi Covid-19 muncul dari kluster-kluster di pabrik pengolahan makanan di luar negeri.
Situs web Administrasi Umum Kepabeanan China menyebutkan, eksportir unggas Brasil, Jbs Aves Ltda, telah secara sukarela menghentikan ekspor produk mereka ke China sejak 26 Juni 2020.
Selain itu, eksportir daging sapi yang berbasis di Argentina secara sukarela menangguhkan ekspor ke China pada 22 Juni.
Kepabeanan China juga telah menghentikan beberapa aplikasi impor dari para pengolah daging di luar negeri sejak 27 Juni lalu.
Langkah itu termasuk diterapkan pada perusahaan pengekspor daging babi asal Jerman, Danisch Crown Fleisch GmbH, dua pengekspor daging sapi dan unggas Brasil, pengekspor daging sapi Kanada, dan empat perusahaan daging babi yang berbasis di Belanda.
Informasi awal penghentian ekspor produk pengolahan daging itu disiarkan kantor berita Reuters, 23 Juni lalu. Disebutkan bahwa salah satu perusahaan pengolahan daging di Brasil, De Alimentos SA, telah secara sukarela menghentikan ekspor daging sapi ke China. Langkah itu dilakukan setelah beberapa pekerja pabrik pengolahan daging itu terinfeksi Covid-19.
Informasi itu juga dimuat dalam situs Administrasi Umum Kepabeanan China. Dalam pernyataan terpisah di akun media sosial Weibo, pihak kepabeanan China menyatakan perusahaan asal Inggris, Tulip, juga secara sukarela menangguhkan semua ekspor daging babi ke China.
Disebutkan bahwa produk yang ditangguhkan ekspornya adalah produk yang diproduksi di pabrik Tipton di West Midlands. Global Times menyebutkan pihak kepabeanan China mengetahui informasi itu setelah diberi tahu oleh kepabeanan Brasil dan Inggris.
Sumber dari kalangan pelaku industri di China menyebutkan, penangguhan yang melibatkan perusahaan-perusahaan itu adalah pesan penting bahwa pemerintah setempat memperketat persyaratan kualitas untuk semua daging impor. Ini terkait dengan penemuan kasus positif Covid-19 di pasar makanan grosir di Beijing.
Jiao Shanwei, Pemimpin Redaksi Cngrain.com, sebuah situs web yang mengkhususkan diri dalam berita terkait pertanian dan biji-bijian, mengatakan, penangguhan itu akan memiliki dampak terbatas pada pasar pasokan daging domestik.
Disebutkan bahwa pasokan babi hidup berlimpah di China dan bahkan terjadi kelebihan dalam produk unggas. ”Jika Covid-19 surut di luar negeri, China akan meningkatkan upaya untuk memperluas impor daging pada triwulan keempat,” kata Jiao.
China mengimpor sekitar 6,18 juta ton daging tahun lalu, terutama dari Brasil, negara-negara Eropa seperti Spanyol dan Jerman, serta Amerika Serikat, menurut Asosiasi Daging China (CMA).
Reuters menyebutkan pada awal Juni lalu di Brasil diperkirakan ada 2.399 karyawan dari 24 rumah jagal di 18 kota di Negara Bagian Rio Grande do Sul di Brasil selatan telah terinfeksi Covid-19.
Sebelumnya di Belanda, 147 orang didiagnosis dengan virus korona tipe baru penyebab Covid-19 di pabrik pemrosesan babi di dekat perbatasan Belanda-Jerman.
Otoritas China juga menghentikan sementara impor produk dari Tyson Foods, salah satu produsen daging terbesar di AS, pada 21 Juni atas kasus serupa, yakni penularan Covid-19 dari sebuah kluster di pabriknya.
Reuters juga melaporkan produsen daging sapi Brasil, JBS SA dan Minerva, telah menandatangani pernyataan yang diminta otoritas China bahwa produk ekspor mereka bebas dari virus korona tipe baru penyebab Covid-19.
Kedua perusahaan itu merilis pernyataan formalnya pada 23 Juni. Manajemen BRF SA yang berbasis di Brasil, eksportir ayam terbesar di dunia, juga telah menandatangani deklarasi ekspor bebas virus serupa.
Pernyataan BRF menekankan bahwa tidak ada bukti penyakit tersebut ditularkan melalui makanan.
Situs berbagi pengetahuan tentang industri daging babi global, Pig Site, menyebutkan sebuah sumber yang dekat dengan Marfrig, perusahaan pengolah makanan terbesar kedua di Brasil, mengatakan deklarasi yang diminta oleh otoritas China itu valid untuk kargo dalam perjalanan ke China dan kontrak baru.
Ditegaskan bahwa China telah meningkatkan pemeriksaan impor daging setelah sekelompok infeksi virus baru di Beijing dikaitkan dengan pasar makanan grosir. Tidak disebutkan apakah virus itu adalah virus korona tipe baru penyebab Covid-19 atau virus lain.
Asosiasi Protein Hewan Brasil (ABPA) mengonfirmasi bahwa eksportir lokal telah menerima ”permintaan deklarasi yang dibuat oleh importir bahwa mereka mematuhi undang-undang China yang menjamin keamanan pangan”.
Pihak ABPA mengatakan eksportir daging Brasil mengikuti rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia serta Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ditegaskan pula bahwa mereka mengacu pada peraturan di Brasil dan China sehubungan dengan keamanan makanan dan pencegahan terhadap Covid-19.
Dalam pernyataan terpisah, ABPA mengatakan pihaknya memperkirakan ekspor ayam dan babi Brasil ke China akan melebihi 1 juta ton pada tahun 2020, naik dari 834.000 ton tahun lalu.
Pekerja yang terlibat dalam produksi daging tidak terpapar virus, khususnya penyebab Covid-19, melalui produk yang mereka tangani. Pernyataan itu disampaikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.
Meski demikian, kasus kontaminasi terhadap karyawan, yang bekerja di stasiun padat di lingkungan yang dingin dan menjaga hidup virus, telah menyebabkan pabrik ditutup sementara di sejumlah negara.
Di AS, pekerja pengemasan daging diwajibkan menjaga jarak setidaknya 6 kaki (1,8 meter). Namun, di Brasil, jaga jarak itu diberlakukan pada jarak per 1 meter (3,2 kaki) saja. (REUTERS)