Partainya Kalah dalam Pemilu Wali Kota, Macron Siap Merombak Kabinet
Jalan Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk maju kembali dalam pemilihan presiden tahun 2022 tidak akan mudah menyusul kekalahan partainya dalam pemilu wali kota di sejumlah kota di Perancis.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
PARIS, RABU — Setelah partainya kalah dari Partai Hijau dalam pemilihan wali kota di Perancis, Selasa (30/6/2020), Presiden Perancis Emmanuel Macron akan merombak kabinetnya sebelum Rabu (8/7/2020).
Pada pemilu Selasa kemarin, Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe memenangi posisi Wali Kota Le Havre. Seperti diberitakan France24, meskipun konstitusi Perancis memungkinkan seseorang memegang dua jabatan eksekutif, para pengamat memperkirakan Macron akan menggunakan kekuasaannya untuk mengganti perdana menteri yang, berdasarkan jajak pendapat, mempunyai popularitas lebih besar daripada popularitas dirinya.
Untuk mengisi kekosongan posisi PM, Macron menunggu usulan Ketua Senat, Majelis Nasional, dan Dewan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan. Menurut laporan France Info, siapa saja yang dipilih akan diputuskan antara Jumat dan Rabu (8/7/2020). Akan tetapi, Partai Hijau yang mendominasi pemilu kota sudah menyatakan menolak bergabung dalam kabinet Macron yang baru.
Macron menunjuk Philippe sebagai PM setelah menang dalam pemilu presiden 15 Mei 2017. Sejak itu pemerintahannya telah dirombak dua kali, yaitu pada Juni 2017 setelah pemilu legislatif dan pada Oktober 2018 setelah mundurnya Menteri Dalam Negeri Gerard Collomb.
Semula Macron berharap pemilu di tingkat kota dapat membantunya memperkokoh posisinya di kota-kota di Perancis, termasuk Paris. Hal ini penting agar ia bisa melenggang lebih aman menuju pemilu tahun 2022.
Dengan 22 bulan menuju pemilu presiden berikutnya, pesaing Macron yang utama adalah Marine Le Pen dari Barisan Nasional (National Rally).
Akan tetapi, hasil pemilu itu ternyata menghapuskan harapan Macron. Partai Hijau yang di beberapa kota berkoalisi dengan partai-partai sayap kiri menyapu suara di sejumlah wilayah. Partai Macron, La Republique En Marche (LREM), bahkan kalah di kota Paris yang penting.
Seperti dilaporkan Euronews, exit polls menunjukkan Partai Hijau menang di Lyon, Marseille, Bordeaux, serta Strasbourg, dan membangun momentum yang yang kuat di Perancis sejak pemilihan Parlemen Eropa tahun lalu.
Di Paris, petahana sosialis Wali Kota Anne Hidalgo yang didukung oleh Partai Hijau merayakan kemenangannya setelah meraih 48,7 persen suara. Sementara kandidat dari LREM untuk Paris, Agnes Buzyn, diperkirakan menempati urutan ketiga.
Bahkan, Rassemblement National yang berhaluan sayap kanan (sebelumnya bernama Front Nasional) menang di Perpignan. Ini adalah pertama kalinya partai itu memimpin kota dengan populasi lebih dari 100.000 jiwa.
Yannick Jadot, anggota Parlemen Eropa dari koalisi Partai Ekologi Eropa-Partai Hijau (EELV), memuji kemenangan bersejarah ini. ”Ini gelombang hijau yang luar biasa,” ujarnya.
”Hari ini Ekologi mengambil langkah penting. Langkah yang sangat besar,” kata Sekretaris Partai Ekologi Julien Dayou. Ia menambahkan bahwa ”inilah mandat untuk bertindak demi iklim dan keadilan sosial”. ”Perancis siap menyambut perubahan. Luar biasa, begitu juga dengan kami,” ujarnya.
Sebanyak 35.000 wali kota di Perancis menetapkan kebijakan dalam isu perencanaan wilayah hingga pendidikan juga lingkungan. Pemilihan wali kota juga menjadi momen pemilih untuk memutuskan apakah mendukung presiden atau tidak. ”Kami punya pemerintah yang benar-benar terputus dari kenyataan,” kata Naouel, seorang pemilih di Distrik 9 Paris.