Kecelakaan kapal kembali terjadi di Bangladesh. Sejumlah faktor dituduh menjadi biang penyebab, seperti kapal yang tidak terawat, rendahnya standar keselamatan, dan kelebihan muatan.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
MUNIR UZ ZAMAN / AFP
Tim gabungan tengah mencari korban kecelakaan kapal di Sadarghat, sebuah terminal kapal di pinggiran Dhaka, Bangladesh, Senin (29/6/2020).
DHAKA, SENIN — Duka menyelimuti Bangladesh ketika setidaknya 30 orang tewas dan belasan orang lainnya hilang saat sebuah kapal yang mengangkut sekitar 100 penumpang terbalik dan tenggelam pada Senin (29/6/2020). Saat itu, kapal bernama Morning Bird tersebut berlayar di Sungai Buriganga yang melintasi sisi barat daya Dhaka, Bangladesh.
Morning Bird terbalik setelah ditabrak oleh kapal lain yang berukuran lebih besar tak jauh dari Distrik Shyambazar. Kapal itu ditabrak dari belakang sekitar pukul 09.30 waktu setempat saat jam sibuk ketika pelabuhan di kota tersebut tengah penuh dengan kapal. Kapal yang berangkat dari Distrik Munshiganj itu ditabrak saat hendak berlabuh di Pelabuhan Sadarghat, Dhaka.
Kepala Otoritas Transportasi Air Bangladesh Golam Sadeqk berpendapat, Morning Bird tenggelam karena kecerobohan.
Sejumlah saksi mata kepada televisi lokal mengatakan, banyak penumpang terjebak di dalam kabin kapal itu. Para penyelam disebutkan menyelam hingga kedalaman 15 meter di mana bangkai kapal tersebut berada dan sejumlah korban terjebak di dalamnya.
”Kami telah mengumpulkan 30 jenazah, 20 di antaranya pria, lalu ada 7 wanita dan 3 anak,” kata Abul Khair, seorang penyelam dari dinas pemadam kebakaran. Banyak kerabat penumpang berkumpul di Pelabuhan Sadarghat untuk mencari kabar keluarga mereka.
Sejumlah kecelakaan lain pernah terjadi sebelumnya, salah satunya terjadi pada Februari 2015. Saat itu, setidaknya 78 penumpang tewas ketika sebuah kapal yang penuh sesak dengan penumpang bertabrakan dengan sebuah kapal barang. Peristiwa tersebut terjadi di sebuah sungai di Bangladesh bagian tengah.
Sebagai catatan, Bangladesh dilintasi oleh lebih dari 230 sungai. Sejumlah ahli menilai, kapal yang tidak terawat, rendahnya standar keselamatan, dan jumlah penumpang yang melebihi kapasitas menjadi faktor penyebab kecelakaan kapal di Bangladesh.
AP PHOTO/AL-EMRUN GARJON
Seorang kerabat korban hilang menanyakan nasib saudaranya yang diduga turut menjadi korban kecelakaan kapal di Sungai Buriganga, Dhaka, Bangladesh, Senin (29/6/2020).
Dalam beberapa tahun terakhir, kecelakaan kapal sebenarnya mulai jarang terjadi karena pihak-pihak berwenang menindak tegas kapal-kapal yang tidak layak berlayar.
Filipina
Duka karena peristiwa serupa juga membayangi Filipina. Dua malam lalu, Minggu (28/6/2020), kapal nelayan FV Liberty 5 bertabrakan dengan kapal kargo MV Vienna Wood di perairan yang berada sekitar 27 kilometer dari kota Mamburao, Occidental Mindoro, yang berada di selatan ibu kota Manila.
Tabrakan terjadi pada dini hari. Pihak berwenang belum mengetahui apa yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi.
HANDOUT / PHILIPPINE COAST GUARD
Pilot pesawat pencari tengah memantau perairan di selatan Manila untuk mencari korban tabrakan dua kapal, Senin (29/6/2020).
Akibat tabrakan tersebut, FV Liberty 5 rusak dan terbalik. Selain itu, 14 orang—12 awak dan 2 penumpang FV Liberty 5—dikabarkan hilang. Saat kecelakaan terjadi, FV Liberty 5 tengah menuju pelabuhan dan MV Vienna Wood tengah berlayar menuju Australia. Namun, kapal dengan 20 awak itu sedang tak mengangkut muatan.
Arus laut yang kuat mengganggu pencarian pada Minggu malam. Operasi dilanjutkan kembali pada Senin pagi. Juru bicara penjaga pantai Filipina, Armando Balilo, mengatakan, pihaknya mengerahkan sebuah pesawat ringan dan helikopter untuk membantu mencari korban hilang. (AP/AFP/REUTERS)