Menjadi negara yang dinilai berhasil menghadapi pandemi Covid-19, kini Jerman mendapat giliran menjadi Ketua Uni Eropa. Harapan Eropa pun kini dibebankan kepada Kanselir Jerman Angela Merkel.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BERLIN, SENIN — Jerman mendapat giliran untuk menjadi Ketua Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara. Ini menjadi kesempatan bagi Kanselir Angela Merkel yang dijuluki ”kanselir abadi” untuk menorehkan warisannya.
Sejumlah persoalan yang dihadapi Eropa, antara lain hubungan dengan Inggris, pembangunan rendah karbon, dan krisis di Libya hingga Suriah, kini ditumpukan kepada Merkel. Namun, pandemi Covid-19 dan dampak ekonominya yang dahsyat kemungkinan akan mendominasi pikiran dan konsentrasi Merkel.
Hal itu pula yang kemungkinan dibahas oleh Merkel ketika menerima kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Senin (29/6/2020).
”Krisis yang kita alami sekarang berbeda dibandingkan dengan krisis lain yang pernah kita alami sejak berdirinya Uni Eropa,” kata Merkel dalam pidatonya kepada parlemen yang menjabarkan proritas Berlin pada keketuaan Uni Eropa.
”Di Eropa sendiri, pandemi telah menewaskan lebih dari 100.000 orang. Kemunduran ekonomi selama beberapa minggu telah cukup untuk menghancurkan apa yang sudah kita bangun bertahun-tahun.”
Dalam wawancara yang dipublikasikan koran Handelsblatt, Sabtu pekan lalu, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebutkan, pihaknya merasa ”beruntung Jerman mendapat giliran ketua di saat krisis besar sekarang”. Kredibilitas dan pengalaman Merkel yang kaya ”sangat membantu”.
Terlepas dari arah geopolitik dan ekonominya, Jerman diyakini akan memimpin Eropa dengan kuat seperti ketika mengatasi krisis kesehatan saat ini di mana mayoritas negara lain di Eropa justru kewalahan menghadapinya.
Bersama dengan Macron, Merkel merancang dana pemulihan 750 juta euro (sekitar 840 juta dollar AS) yang diusulkan oleh Von der Leyen untuk memperkuat ekonomi Eropa.
Dengan anggaran itu, Eropa menawarkan hibah kepada negara-negara yang paling terpukul oleh pandemi tanpa kewajiban untuk mengembalikannya. Langkah ini merupakan titik balik kebijakan bagi Berlin.
Melihat langsung bagaimana dahsyatnya pukulan ekonomi akibat pandemi terhadap Spanyol atau Italia, Merkel menjelaskan ”sangat penting bagi Jerman untuk tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga bersiap mengambil tindakan solidaritas yang luar biasa”.
”Dalam krisis seperti ini, siapa pun diharapkan mengambil tindakan yang perlu dilakukan. Tindakan itu sangat luar biasa,” kata Merkel kepada koran Sueddeutsche Zeitung.
”Tentu melegakan melihat semuanya bergerak maju pada akhirnya. Namun, tanpa entakan krisis, kanselir ini biasanya enggan melakukan perubahan,” tulis Der Spiegel.
Dana pemulihan ekonomi Eropa ini kemungkinan menjadi salah satu yang dibahas oleh Merkel dan Macron ketika bertemu di retret pemerintahan Jerman di Meseberg.
Meski mendapat tentangan dari Austria dan Belanda, para pengamat yakin Berlin bisa menghasilkan kesepakatan.
”Ketika Jerman yakin bahwa mereka benar, mereka seperti buldoser, tidak ada ruang untuk diskusi,” ujar salah seorang pejabat tinggi Uni Eropa.
Seorang diplomat Uni Eropa sepakat dengan hal itu dengan mengatakan, ”Dalam dana pemulihan, saya berharap Jerman mengarahkan semua prosesnya. Merkel memegang semua kartunya dan (Ketua Dewan Uni Eropa) Charles Michel akan mengikutinya.”
”Dia juga ingin menyingkirkan Brexit dan dia selalu ingin mencapai kesepakatan, sambil tetap menggandeng Barat. Hal lain adalah memulihkan hubungan dengan Amerika Serikat setelah pemilu presiden di sana berakhir.”
Merkel yang tahun depan maju kembali untuk periode kelimanya tidak memiliki banyak waktu. Pembahasan Brexit harus selesai dilakukan akhir tahun ini, sementara pada November fokusnya adalah apakah Presiden AS Donald Trump kembali terpilih atau tidak.
Yang jelas saat ini adalah jejak Merkel akan mewarnai peta jalan Uni Eropa dalam enam bulan ke depan. ”Ini akan menjadi kepemimpinan yang sangat Merkel,” kata seorang diplomat Uni Eropa. Merkel akan memanfaatkan kepemimpinan saat ini untuk ”membangun warisannya”. (AFP)