Arab dan Barat Inginkan Perpanjangan Embargo Senjata atas Iran
Iran bolak-balik dikenai embargo senjata sejak 1979. Sampai sekarang, AS belum mengembalikan miliaran dollar AS yang dibayarkan Teheran untuk mengimpor senjata dari Washington. Senjata tidak dikirim, uang disita.
Oleh
Kris mada
·3 menit baca
RIYADH, SELASA — Negara-negara Arab bergabung dengan Eropa dan Amerika Serikat untuk menuntut perpanjangan embargo senjata terhadap Iran. Pelonggaran mulai Oktober 2020 dinilai bisa membahayakan kawasan.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain menyusul Inggris, Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat yang lebih dulu mendesak perpanjangan embargo senjata terhadap Iran. Utusan Khusus AS untuk Iran Brian Hook menyebut pelonggaran embargo atas Republik Islam Iran bisa memicu perlombaan senjata kawasan.
Pelonggaran embargo diduga membuat Iran bisa membeli persenjataan baru dan hal itu dapat pula membahayakan keamanan di kawasan. Pelonggaran embargo juga dinilai mengkhianati mandat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
”Bukan itu yang bisa diterima Dewan Keamanan PBB. Iran mencoba mempersenjatai organisasi teroris. Apa yang akan terjadi apabila embargo dicabut?” tanya Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir, Senin (29/6/2020), di Riyadh.
Jubeir merujuk pada tudingan Iran sebagai kekuatan utama yang mendukung kelompok pemberontak Houthi di Yaman. Pasokan Iran membuat Houthi bisa menghadapi pasukan koalisi Arab Saudi yang telah dilengkapi aneka persenjataan canggih hasil impor dari AS dan Eropa.
Teheran juga memasok senjata ke sejumlah kelompok milisi lain di beberapa negara Timur Tengah. Hal senada dilakukan Arab Saudi dan UEA yang mengirim persenjataan dan uang untuk milisi di Yaman, Suriah, Irak, hingga Libya. Bahkan, milisi dukungan UEA berhadapan dengan pasukan dukungan Arab Saudi di Yaman.
Galang dukungan
Hook melawat ke Arab Saudi, UEA, dan Bahrain untuk menggalang dukungan bagi perpanjangan embargo senjata terhadap Iran. Manama, Riyadh, dan Dubai sepakat dengan Washington agar PBB tidak melonggarkan embargo senjata terhadap Iran.
Lawatan Hook bagian dari upaya AS menggalang dukungan untuk memperpanjang embargo terhadap Iran. Upaya lain diwakili Menlu AS Mike Pompeo yang dijadwalkan berpidato dalam sidang DK PBB, Selasa ini.
Sebelumnya, Jerman, Perancis, dan Inggris juga setuju embargo senjata terhadap Iran diperpanjang setidaknya sampai 2023. Sejumlah analis menduga Iran akan membeli jet tempur Sukhoi Su-30, pesawat latih Yak-130, tank T-90, sistem pertahanan udara S-400, dan sistem pertahanan pesisir Bastian dari Rusia jika embargo dicabut.
Pembelian besar-besaran itu bagian dari upaya Iran meningkatkan persenjataan yang sudah usang dan kalah canggih dari Arab Saudi dan UEA.
Dengan dana besar dan tanpa embargo, secara teknis kini persenjataan UEA dan Arab Saudi jauh lebih unggul dan modern dibandingkan dengan milik Iran. Bahkan, Arab Saudi termasuk salah satu dari lima besar importir senjata global.
Embargo senjata terhadap Iran akan berakhir pada Oktober 2020. Embargo itu bagian dari kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) yang diteken Iran dengan Rusia, Perancis, Jerman, Inggris, China, dan AS. Uni Eropa juga menyokong kesepakatan yang ditandatangani pada 2015 itu.
Namun, AS keluar secara sepihak dari JCPOA pada 2018. Setelah itu, Washington memaksakan rangkaian sanksi baru kepada Iran dan mendesak negara lain melakukan hal senada.
Negara-negara lain juga tidak kunjung memenuhi janji mengurangi sanksi kepada Iran. Karena itu, Iran memutuskan mengurangi komitmen untuk mengendalikan pengembangan nuklirnya.
Bukan kali ini saja Iran dikenai embargo senjata. Sejak 1979, AS sudah bolak-balik mengenakan embargo senjata terhadap Iran. Bahkan, Washington menyita miliaran dollar AS uang yang dibayar Iran ke AS untuk impor senjata yang disepakati sebelum Revolusi 1979. Senjata pesanan Iran tidak kunjung dikirim, uang pembayarannya tidak pernah dikembalikan.
Sementara PBB mulai mengenakan embargo senjata pada Iran sejak 2007 atau dua tahun sejak rangkaian perundingan pengendalian nuklir Iran dimulai. Embargo terbaru disepakati 2015 dan dijadwalkan berakhir pada Oktober ini. (AP/REUTERS)