Kasus Covid-19 Tembus 10 Juta di Seluruh Dunia, Satu Orang Tewas Per 18 Detik
Pandemi Covid-19 terpantau mereda di Eropa, tetapi makin memburuk secara global. Lebih dari 4.700 orang tewas setiap 24 jam karena penyakit terkait Covid-19, setara dengan 196 orang per jam atau satu orang tiap 18 detik.
SYDNEY, SENIN — Korban tewas akibat penyakit Covid-19 di seluruh dunia telah menembus setengah juta jiwa pada Minggu (28/6/2020) dari 10 juta kasus yang dilaporkan. Sejak awal Juni tercatat rata-rata korban tewas akibat penyakit itu mencapai 4.700 orang setiap 24 jam, setara dengan 196 orang per jam atau satu orang setiap 18 detik.
Tingginya laju kasus terkonfirmasi dan korban tewas ini seiring dengan kekhawatiran akan munculnya gejala gelombang kedua penularan wabah. Padahal, sejumlah negara masih berkubang dengan penanggulangan pandemi Covid-19 gelombang pertama.
Jumlah kematian akibat Covid-19, berdasarkan data yang dikompilasi kantor berita AFP, mencapai 500.390 orang dari 10.099.576 kasus di seluruh dunia. Jumlah korban tewas tertinggi berada di Amerika Serikat (AS) sebanyak 125.747 orang, diikuti oleh Brasil (57.622) dan Inggris (43.550).
Data yang dikumpulkan kantor berita Reuters, berdasarkan perhitungan rata-rata dari 1 hingga 27 Juni lalu, menunjukkan bahwa lebih dari 4.700 orang meninggal setiap 24 jam karena penyakit terkait Covid-19. Ini setara dengan 196 orang per jam atau satu orang setiap 18 detik.
Penghitungan itu menggunakan data yang dikumpulkan dari otoritas nasional tiap-tiap negara dan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ditegaskan bahwa data itu kemungkinan hanya mencerminkan sebagian kecil dari jumlah sebenarnya dari kasus penularan Covid-19. Sebab, banyak negara melaporkan jumlah pengetesannya yang masih minim atas penyakit itu.
Baca juga: WHO: Jika Dipercepat, Vaksin Covid-19 Bisa Dihasilkan Beberapa Bulan Lagi
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa pandemi Covid-19 terpantau mereda di Eropa, tetapi semakin memburuk secara global. Jumlah kasus positif menembus 10 juta kasus dan jumlah kematian 500.000 itu telah diperkirakan bakal terjadi pekan ini pada estimasi pekan lalu.
Berbicara melalui konferensi video dengan anggota Komite Kesehatan Parlemen Eropa pada pekan lalu, Tedros mengatakan bahwa setelah pandemi selesai, dunia tidak boleh kembali ke kebiasaan sebelumnya. Mau tidak mau dunia harus membangun sebuah kondisi normal baru yang lebih adil, lebih hijau, dan mampu membantu mencegah perubahan iklim.
Kematian pertama yang dicatat akibat virus korona tipe baru itu terjadi pada 9 Januari 2020. Kasus ini menimpa seorang laki-laki berusia 61 tahun di kota Wuhan di China. Dia pembelanja rutin di sebuah pasar basah yang telah diidentifikasi sebagai sumber wabah Covid-19. Hanya dalam lima bulan berikutnya, angka kematian Covid-19 telah melampaui jumlah orang yang meninggal setiap tahun akibat malaria, salah satu penyakit menular paling mematikan.
Tingkat kematian akibat Covid-19 sejauh ini mencapai 78.000 kasus per bulan, lebih tinggi dibandingkan dengan 64.000 kematian akibat AIDS dan 36.000 kematian akibat malaria, berdasarkan data yang dikompilasi oleh WHO.
Para ahli kesehatan telah menyatakan keprihatinan tentang catatan jumlah kasus baru di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, India, Brasil, serta negara-negara di beberapa bagian kawasan Asia lainnya. Lonjakan kasus baru Covid-19 teridentifikasi paling banyak terjadi di beberapa negara bagian di AS, khususnya di negara bagian yang dibuka kembali lebih awal sejak diberlakukan penutupan wilayah guna mencegah persebaran Covid-19.
Di Negara Bagian Texas, sebuah kota kecil di pinggiran Houstan memberlakukan kembali jam malam, dimulai Sabtu (27/6/2020) malam waktu setempat, akibat melonjaknya kembali kasus Covid-19. Di Negara Bagian Florida, pada Sabtu pagi dilaporkan tambahan 9.585 kasus baru dalam rentang 24 jam. Ini penambahan besar untuk hari kedua secara beruntun.
”Sangat penting meneruskan praktik hidup sehat, tinggal di rumah selama mungkin, menghindari bepergian yang tidak perlu, dan selalu mengenakan masker sepanjang waktu Anda keluar dari rumah," kata Esmeralda Moya, Wali Kota Gelena Park, komunitas berpenduduk 10.000 jiwa di pinggiran Houston.
Jam malam di Galena Park ditetapkan berlangsung antara pukul 22.00 dan pukul 05.00. Pada hari Jumat sebelumnya, Gubernur Texas Abbott juga memerintahkan agar bar-bar ditutup dan restoran-restoran dibatasi menyediakan tempat duduk 50 persen dari kapasitas awal. Adapun Florida menginstruksikan kepada para pemilik bar di negara bagian itu untuk berhenti melayani pemesanan minuman beralkohol. Texas dan Florida adalah dua negara bagian yang termasuk paling cepat membuka wilayah dari setelah penutupan terkait pandemi Covid-19.
Perubahan pemakaman
Sementara itu, jumlah kasus di Amerika Latin pada Minggu telah melampaui jumlah yang didiagnosis kasus Covid-19 di Eropa. Kawasan itu menjadi wilayah tertinggi kedua terkena dampak pandemi setelah Amerika Utara.
Tingginya jumlah kematian telah menyebabkan perubahan pada upacara penguburan tradisional dan pemakaman berdasarkan agama di seluruh dunia. Kamar mayat di rumah sakit-rumah sakit dan bisnis pemakaman kewalahan menangani para korban meninggal akibat Covid-19.
Di Israel, misalnya, tradisi Shiva Yahudi, di mana orang pergi ke rumah kerabat yang berkabung selama tujuh hari, juga dibatasi. Kebiasaan memandikan jenazah bagi kaum Muslim juga tidak diizinkan. Alih-alih dibungkus dengan kain, jenazah harus dibungkus dengan kantong mayat plastik.
Di Italia, umat Katolik yang meninggal karena Covid-19 telah dikuburkan tanpa upacara pemakaman atau berkat dari seorang imam. Sementara di New York, AS, para petugas krematorium kota sering bekerja lembur, membakar mayat sampai malam di tengah upaya pejabat setempat mencari lokasi penguburan sementara. Di Irak, para mantan milisi ikut serta menggali kuburan bagi para korban Covid-19 di kompleks kuburan yang dibuat secara khusus. Mereka telah belajar bagaimana melaksanakan penguburan, baik bagi orang Kristen maupun orang Muslim.
Para pakar kesehatan masyarakat melihat, demografi memengaruhi angka kematian di sejumlah wilayah. Beberapa negara Eropa dengan populasi yang lebih tua telah melaporkan tingkat kematian yang lebih tinggi, misalnya. Laporan pada bulan April lalu oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengamati lebih dari 300.000 kasus di 20 negara. Laporan itu mengungkapkan bahwa sekitar 46 persen dari semua kematian adalah di atas usia 80 tahun.
Para ahli kesehatan pun memperingatkan bahwa data resmi kemungkinan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Sebab, banyak kasus ataupun kematian terkait Covid-19 kemungkinan tidak dilaporkan di beberapa negara.
Baca juga: WHO: Covid-19 Menyebar Semakin Cepat
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan akan segera menetapkan rencana program pembangunan kembali sekolah-sekolah di Inggris untuk masa 10 tahun ke depan. Hal itu sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk membantu Inggris ”bangkit kembali” dari krisis pandemi Covid-19. Johnson, yang popularitasnya surut atas penanganan pandemi oleh pemerintah akan menyampaikan pidato pada Selasa (30/6/2020) besok untuk menetapkan program infrastruktur itu.
Sebagian besar pengeluaran baru dilaporkan akan disiapkan dengan sasaran untuk daerah-daerah di Inggris utara dan tengah yang selalu mendukung oposisi utama, Partai Buruh. Membangun kembali sekolah, yang telah rusak selama bertahun-tahun akibat pemotongan belanja pemerintah, akan menjadi langkah pertama PM Johnson.
”Ketika kita bangkit dari pandemi, penting bagi kita untuk meletakkan fondasi bagi negara tempat setiap orang memiliki kesempatan untuk berhasil, dengan generasi muda kita di depan dan pusat dari misi ini,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan.
Program pembangunan kembali sekolah-sekolah di Inggris itu akan dimulai pada 2020-2021. Proyek itu merupakan satu dari 50 proyek yang disiapkan. Pemerintah Inggris menyatakan rencana itu akan didukung dana lebih dari 1 miliar poundsterling (1,23 miliar dollar AS). Ditambahkan bahwa dana 560 juta pound dan 200 juta pound akan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan sekolah dan perguruan tinggi pendidikan pada tahun ini di seluruh Inggris. (AFP/REUTERS)