Meski telah dibuka sebagian besar perbatasan antarnegara anggota Uni Eropa, kawasan itu masih berhati-hati untuk menerima beragam warga dari aneka negara. Uni Eropa mempertimbangkan sejumlah negara yang dinilai aman.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BRUSSELS, MINGGU — Negara-negara anggota Uni Eropa belum satu kata dalam menentukan daftar ”negara-negara aman” yang warganya boleh masuk ke Eropa mulai Juli mendatang. Sejumlah negara anggota Uni Eropa masih membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan hal ini. Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia kemungkinan dikecualikan. Masalah ini kemungkinan diputuskan pada Senin mendatang.
Duta-duta besar dari 27 negara anggota Uni Eropa (UE) berkumpul, Jumat (26/6/2020) sore, untuk menentukan kriteria pemberian izin akses bebas karantina yang akan diberikan mulai Rabu mendatang. Namun, banyak perwakilan yang belum bisa membuat keputusan karena harus dibicarakan dengan pemerintah masing-masing.
Sampai sejauh ini di dalam daftar ”negara aman” itu terdapat 14 negara, yaitu Aljazair, Australia, Kanada, Georgia, Jepang, Montenegro, Maroko, Selandia Baru, Rwanda, Serbia, Korea Selatan, Thailand, Tunisia, dan Uruguay.
Warga AS mungkin diperbolehkan bepergian jika mereka telah memenuhi persyaratan protokol kesehatan, seperti mengecek suhu tubuh. Komisi Eropa sudah menyarankan UE untuk mencabut segala macam pemeriksaan perbatasan di dalam lingkup UE terlebih dahulu. Kemudian secara bertahap baru membuka pintu untuk orang luar UE. Namun, sampai saat ini, belum semua negara anggota UE membuka pintu perbatasannya untuk sesama negara anggota UE.
Meski belum ada ketentuan resmi UE secara keseluruhan, setiap negara anggota sudah membuat persyaratan sendiri. Bahkan persyaratan itu juga diberlakukan pada negara tetangga di kawasan Eropa. Yunani, misalnya, yang mengharuskan tes Covid-19 bagi warga Perancis, Italia, Belanda, dan Spanyol yang hendak masuk Yunani. Ceko juga masih menutup pintunya terutama warga dari Portugal, Swedia, dan sebagian wilayah Polandia.
Ada kesepakatan umum di antara negara anggota bahwa UE hanya akan membuka pintu bagi mereka yang datang dari negara yang memiliki kondisi epidemiologi yang sama atau lebih baik. Namun, masalahnya, sulit untuk mencari tahu cara setiap negara menangani epidemi. Belum lagi ada persoalan reliabilitas data.
Tanpa kasus baru
Sejumlah negara, seperti Tanzania, Turkmenistan, dan Laos, mengaku tidak ada kasus positif Covid-19 baru selama dua pekan terakhir. Hal itu berdasarkan data Pusat Antisipasi dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC). Dari data ECDC pula, dalam dua pekan terakhir, diketahui masih banyak negara yang kondisinya lebih parah dibandingkan UE, seperti AS, Meksiko, Brasil, Rusia, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan beberapa negara lain di Amerika Latin.
Meski mendapat tekanan dari maskapai penerbangan dan serikat-serikat buruh, Gedung Putih tetap belum menentukan protokol keamanan bepergian yang baru pascapandemi. Pembicaraan antara maskapai penerbangan dan pejabat pemerintah, seperti Wakil Presiden AS Mike Pence terkait urusan pemeriksaan suhu tubuh saja, berakhir tanpa kesepakatan.
Kantor Wapres Pence dalam pernyataan tertulis menyebutkan, pihak-pihak terkait masih membicarakan cara terbaik untuk memperbolehkan warga AS bepergian ke luar negeri lagi dengan aman.
Komite Eropa mempertimbangkan untuk memperbolehkan negara-negara Balkan barat, seperti Albania, Bosnia Herzegovina, Kosovo, Montenegro, Macedonia Utara, dan Serbia, untuk dimasukkan ke dalam daftar negara aman. Namun, data ECDC menunjukkan jumlah kasus positif Covid-19 di Bosnia dan Macedonia Utara dikhawatirkan masih tinggi.
Khusus untuk China, pendatang dari China boleh masuk UE asalkan China juga memperbolehkan warga UE masuk China. UE memberlakukan larangan bepergian sejak pertengahan Maret lalu. Namun, keputusan resmi itu pun baru keluar setelah negara-negara anggota UE menutup perbatasan mereka. Sebelumnya, mereka masih diliputi kebingungan dan belum ada koordinasi yang jelas.
Larangan bepergian secara bertahap dicabut mulai 1 Juli mendatang seiring dengan menurunnya kasus baru Covid-19 di UE. Apa pun yang diputuskan di pertemuan Brussels itu hanya akan menjadi rekomendasi mengingat masih banyak negara menutup diri. Selain itu, belum banyak maskapai kembali beroperasi melayani penerbangan dari dan ke ”negara-negara terlarang”. (REUTERS/AFP)