Memasuki musim panas sejumlah negara sudah mulai membuka perbatasannya bagi wisatawan asing. Tapi, bepergian tidak akan sama lagi setelah pandemi Covid-19 merebak.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Ketika memasuki musim panas di pertengahan tahun, negara-negara tujuan wisata dunia membuka pintunya lebar-lebar bagi wisatawan dari berbagai negara. Jutaan wisatawan menyebar ke pantai, gunung, taman nasional, kota, desa wisata, museum, situs budaya, hingga hiburan malam. Hotel berbintang juga hostel pun penuh.
Tapi, itu dulu sebelum pandemi. Sekarang perjalanan lintas negara tidak sebebas dulu. Jika dulu dalam sekali liburan bisa melancong ke beberapa kota di sejumlah negara sekaligus, sekarang hal itu sulit dilakukan. Contohnya, Eropa yang jadi salah satu tujuan favorit backpacker. Cukup berbekal visa Schengen pelancong bisa mengunjungi banyak negara di daratan Eropa melalui jalan darat.
Meski sekarang perbatasan beberapa negara Eropa sudah dibuka, tidak semua warga negara bisa pergi bebas ke sana. Pembukaan perbatasan itu baru berlaku untuk warga Eropa.
Setiap negara menerapkan kebijakan berbeda terkait kunjungan wisata. Ada yang menutup sepenuhnya dari warga asing kecuali pemegang visa tertentu, ada yang membatasi sebagian, ada juga yang sudah relatif lebih longgar. Setiap negara sekarang lebih hati-hati menerima warga asing masuk sebab siapapun, terutama mereka yang berasal dari negara dengan kaus Covid-19 tinggi, berpotensi menyebarkan penyakit itu ke orang lain.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyediakan panduan bagi pelancong untuk mengetahui kebijakan setiap negara terkait transportasi udara di laman iatatravelcentre.com.
Thailand yang jadi salah satu tujuan wisata popular bagi warga Indonesia, misalnya. Meski sudah mampu melandaikan kurva epidemiologi Covid-19 Thailand masih menutup diri dari semua penerbangan kecuali, antara lain, untuk bantuan kemanusiaan dan medis, pendaratan darurat, atau repatriasi warga asing.
Beda lagi dengan Turki. Kantor berita Anadolu mengabarkan bahwa Turki yang masih melaporkan kasus baru yang tinggi telah membuka perbatasan darat, laut udaranya kecuali perbatasan dengan Iran. Warga Turki dan warga negara asing kembali bisa keluar masuk Turki dengan menjalani pemeriksaan di bandara.
James Crabtree, associate professor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore sekaligus penulis buku The Billionaire Raj, mengatakan, situasi pariwisata akan kembali normal dengan cepat di wilayah yang mampu mengendalikan Covid-19 dengan baik seperti di Korea Selatan atau China atau antara Jerman dan Yunani.
Akan tetapi, ujar James seperti dilaporkan Foreign Policy, di negara yang masih bergelut dengan tingginya kasus baru Covid-19 seperti misalnya India dan Indonesia pemulihan wisata bisa berjalan lambat. Kasus Covid-19 yang tinggi akan dipandang sebagai risiko yang akan dihindari oleh wisatawan.
Perjalanan lintas negara pascapandemi Covid-19 tak akan lagi sama dengan era sebelum pandemi. Kini, baik pelancong koper ataupun pelancong ransel harus memerhatikan protokol kesehatan negara keberangkatan, maskapai penerbangan yang digunakan, negara tujuan wisata termasuk hotel tempat menginap dan destinasi wisata yang didatangi.
Satu dokumen yang penting dimiliki sebelum melancong adalah hasil tes antibodi atau tes Covid-19 berdasarkan metode RT-PCR yang negatif. Dengan hasil negatif pun pelancong akan tetap menjalani pengecekan suhu di beberapa tempat, harus mamakai masker sepanjang waktu, tetap menjaga jarak, dan sering mencuci tangan pakai sabun.
Mereka yang menunjukkan gejala Covid-19 atau menolak memakai masker tidak akan diizinkan terbang. Pemakaian masker saat berada di tempat publik kini tak terhindarkan lagi. Langkah ini merupakan upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Misalnya saja maskapai penerbangan Delta Air Lines milik Amerika Serikat yang baru-baru ini melarang calon penumpang menaiki pesawat karena menolak memakai masker. Delta dan maskapai penerbangan AS lainnya mewajibkan penumpang memakai masker selama di bandara dan selama di pesawat.
Prasyarat dokumen dan beberapa pemeriksaan barangkali akan membikin ribet perjalanan dan berpotensi menambah pengeluaran sebelum pergi jalan-jalan. Tapi itulah adaptasi kita untuk menyesuaikan dengan situasi pandemi hingga nanti vaksin ditemukan. Yang jelas mereka yang sakit dan memiliki faktor risiko penyakit bisa jadi akan lebih sulit bepergian.
Elizabeth Becker, penulis buku Overbooked: The Exploding Busines of Travel and Tourism, memprediksi ada dua kecenderungan yang bakal muncul pascapandemi. Pertama pemerintah akan menata ulang pariwisata dan mendorong wisata domestik. Kerumunan wisatawan dan protokol kesehatan di lokasi wisata akan menjadi yang diatur ulang.
Kedua, pemerintah akan mendorong pelaku usaha wisata untuk berkompetisi mendatangkan wisatawan. Ini dilakukan dengan, misalnya, menetapkan potongan harga tiket pesawat atau voucher menginap dengan masa berlaku yang lama.
Tren yang kedua itu sudah kita lihat saat ini. Ada grup hotel yang telah menjual voucher menginap yang berlaku hingga akhir tahun 2021. Di tengah ketidakpastian akhir pandemi dan pembatasan frekuensi penerbangan maskapai penerbangan pun cenderung menjual tiket di subkelas tertinggi yang memungkinkan perubahan jadwal dilakukan gratis.
Akan tetapi, Direktur Jenderal IATA yang juga mantan CEO maskapai Air France-KLM, Alexandre de Juniac, mengatakan, terlalu dini melakukan prediksi jangka panjang pascapandemi.
Pandemi yang membuat penerbangan udara antarnegara nyaris terhenti memberikan waktu kepada maskapai untuk menyusun rencana dan persiapan bagaimana mengoperasikan kembali maskapai di masa pandemi dengan aman. Mengurangi kontak langsung, jaga jarak fisik, memakai masker, sering mencuci tangan, pemeriksaan suhu merupakan tindakan pencegahan yang diadopsi maskapai untuk memastikan keselamatan.
Dengan begitu, tindakan tersebut diharapkan akan meningkatkan kepercayaan diri penumpang. “Kebebasan untuk melakukan perjalanan akan menjadi penting bagi pemulihan pascapandemi. Harapan saya kita akan melewati ini dengan memberikan pengalaman yang lebih baik pada penumpang,” katanya.(REUTERS)