Korsel dan Eropa Gunakan Remdesivir untuk Pasien Covid-19
Sambil menunggu penemuan vaksin Covid-19, pemerintah Korea Selatan dan Uni Eropa memutuskan menggunakan obat remdesivir sebagai obat Covid-19.
Oleh
Mahdi Muhammad
·2 menit baca
SEOUL, JUMAT – Sambil menanti ditemukannya vaksin untuk pengobatan Covid-19, Pemerintah Korea Selatan memutuskan memasukkan remdesivir dalam rekomendasi pengobatan pasien yang terpapar virus korona baru di negara tersebut. Pada saat yang sama, para ahli medis di negara itu meminta agar para dokter dan tim peneliti melakukan penelitian lebih dalam terhadap penggunaan deksametasone untuk mengobati pasien Covid-19.
Panduan pengobatan bagi pasien Covid-19 di negeri ginseng itu diperbarui dengan memasukkan remdesivir sebagai obat yang direkomendasikan. Sementara pemanfaatan deksametason untuk sementara tidak dianjurkan di negara ini. Mereka menyarankan dokter untuk berhati-hati sampai studi lengkap diterbitkan.
"Tampaknya tepat untuk diberikan (deksametason). Tapi, terbatas pada pasien dengan kasus yang parah dan disertai sindrom pernafasan akut,” kata Kim Young-ok, Direktur Jenderal Biro Keamanan Farmasi Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan, Jumat.
Deksametason, menurut Kim, bisa dijumpai dan didapat dengan mudah karena produksi masih terus berjalan. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat 43 juta tablet deksametason dan 60 juta ampul deksametason.
Namun, pemanfaatan deksametason sebagai obat terapi Covid-19 masih harus diteliti lebih lanjut. Menurut Dr Song Dae-sub, ahli farmasi pada Universitas Korea, pemanfaatan deksametason yang berlebihan memiliki efek samping. "Penggunaan deksametason secara berlebihan dapat memicu efek samping yang berbeda karena dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh bersamaan dengan peradangan. Bahkan mungkin menyebabkan katarak atau glaukoma," kata dia.
Tidak berbeda dengan langkah yang diambil oleh pemerintah Korsel, Badan Obat-obatan Eropa (EMA) merekomendasikan penggunaan remdesivir untuk digunakan dalam pengobatan Covid-19 di benua itu. Remdesivir yang diproduksi oleh perusahan farmasi Gilead adalah obat pertama yang direkomendasikan untuk pengobatan Covid-19 di wilayah Eropa.
Keputusan pemanfaatan remdesivir di Eropa menurut pernyataan EMA didasarkan pada data studi yang disponsori Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Amerika Serikat. Dalam studi yang dijadikan rujukan itu, dan dimuat dalam jurnal medis terkemuka New England Journal of Medicine, dinyatakan bahwa pasien yang mendapat pengobatan mengunakan remdesivir memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat.
Rata-rata, dengan menggunakan obat ini, waktu pasien di rawat menjadi lebih singkat, dari 15 hari menjadi hanya 11 hari.
"Dengan mempertimbangkan data yang tersedia, agensi mempertimbangkan bahwa keseimbangan manfaat dan risiko telah terbukti positif pada pasien dengan pneumonia yang membutuhkan oksigen tambahan,” kata lembaga dalam pernyataannya. (Reuters/AFP)