Industri berita yang hidup sekarang semakin penting karena orang mencari informasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan di tengah pandemi dan kekhawatiran akan ketidakadilan rasial di seluruh dunia,
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Google akan mulai membayar konten berita atau informasi dari sejumlah kantor berita dan media massa di tiga negara setelah mendapat tekanan dari sejumlah negara dan media massa seluruh dunia. Google akan membayar biaya situs berita berbayar agar pengguna dapat mengakses aplikasi khusus berita dengan gratis.
Langkah Google ini menunjukkan perubahan signifikan dari raksasa internet menyusul Facebook dan Apple untuk membuat produk berita bekerja sama dengan media massa. Google, Kamis (25/6/2020), mengumumkan akan mulai membayar konten berita dari media lokal dan nasional di Jerman, Australia, dan Brasil. Setelah itu, segera menyusul negara-negara lain.
”Industri berita yang hidup sekarang semakin penting karena orang mencari informasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan di tengah pandemi dan kekhawatiran akan ketidakadilan rasial di seluruh dunia,” kata Wakil Presiden Manajemen Produk Berita Google Brad Bender.
Google akan membayar konten-konten berkualitas tinggi agar kelompok-kelompok media bisa memonetisasi konten-konten informasi yang ada. Memonetisasi konten berita atau informasi gencar dilakukan berbagai media massa beberapa tahun terakhir karena banyak yang bergelut dengan tren penurunan pembaca media cetak.
Berbagai media cetak menghadapi persaingan sengit perolehan iklan dari ekosistem digital yang didominasi Google dan Facebook.
Google dituding telah menyedot pendapatan online dan kini tengah menghadapi pertarungan hukum di Perancis dan Australia karena tidak mau membayar konten-konten dari kantor-kantor berita dan media massa.
Perusahaan yang bermarkas di California itu berdalih justru membantu mengendalikan lalu lintas berita dan keuntungan untuk situs-situs berita online. Google juga akan membantu jurnalisme melalui program Google News Initiative.
Langkah Google ini dilakukan setelah Facebook tahun lalu berencana membuat kanal berita tersendiri bekerja sama dengan kelompok-kelompok media untuk mengampanyekan jurnalisme dan membendung gelombang informasi palsu dan bohong.
Berbagi keuntungan
Pada 2015, Apple meluncurkan aplikasi baru yang membantu mempromosikan media berbayar. Lalu tahun 2019 ada tambahan layanan berbayar yang disebut Apple News + yang membagi pendapatan dengan penerbit surat kabar dan majalah.
Rekan Google saat ini antara lain Grup Spiegel di Jerman dan Diarios Associados di Brasil, Schwartz Media di Australia, dan The Conversation and Solstice Mediaare.
Presiden Aliansi Media Berita David Chavern, yang mewakili media cetak Amerika Serikat, mengatakan, pengumuman Google itu tidak jelas dan membingungkan.
Pengumuman itu diduga sengaja dibuat untuk membantu Google menegosiasikan pertarungan hukumnya dengan media massa. ”Sudah benar langkahnya tetapi belum seberapa,” ujarnya.
Guru Besar Ekonomi Media di University of Southern California Gabriel Kahn menilai, langkah Google sebenarnya bukan yang dibutuhkan industri media. ”Google melanggar filosofi yang sangat penting. Mereka membayar produsen konten yang mereka distribusikan,” ujarnya.
Google, kata Kahn, masih memakai aturan mainnya sendiri. Google masih menentukan siapa yang boleh bermain, syarat permainan, dan jumlah yang harus dibayar.
Guru Besar Media di University of Toulouse di Perancis, Nikos Smyrnaios, menilai, pengumuman Google itu sesuai dengan strateginya selama ini, yakni untuk memecah belah dan menaklukkan yang bisa jadi bagian dari cara mereka menghindari pembayaran kompensasi yang lebih besar.
Direktur Eksekutif Harian Estado de Minas di Brasil sekaligus juru runding dalam kasus dengan Google, Geraldo Costa Neto, mengatakan, kesepakatan yang ada akan memberikan kompensasi kepada media dan media diperbolehkan memilih sendiri konten-kontennya.
”Berita-berita yang akan diunggah dan didistribusikan akan dipilih oleh redaksi media masing-masing. Bukan berdasarkan teknologi Google,” kata Costa Neto.
Beberapa organisasi media dan kantor berita di Eropa dan dunia, termasuk AFP, mendorong adanya undang-undang yang mewajibkan perusahaan internet membayar konten berita termasuk ”cuplikan” dalam hasil pencarian.
Pada April lalu, Perancis mengatakan, Google harus memulai proses negosiasi pembayaran pada kelompok-kelompok media setelah mereka menolak mematuhi undang-undang hak cipta digital baru Eropa.
Awal bulan ini, Google menolak permintaan dari penerbit berita Australia untuk membayar kompensasi kepada media lokal dalam bentuk skema rencana pembagian pendapatan yang diberlakukan pemerintah. (AFP)