Beijing Berharap Jalur Cepat dengan RI Segera Diberlakukan
Pandemi Covid-19 telah memberi dampak negatif pada kerja sama ekonomi dan perdagangan China-Indonesia. Beijing pun berharap jalur cepat dan jalur hijau hubungan kedua negara segera diberlakukan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah China berharap pandemi Covid-19 tidak terlalu lama mengganggu hubungan ekonomi China-Indonesia. Kerja sama ekonomi kedua negara di era normal baru diharapkan segera berjalan melalui jalur cepat atau fast lane dan jalur hijau yang memberi kesempatan pertukaran orang dan barang kedua negara.
”Saat ini, China dan Indonesia sedang membahas pemberlakuan jalur cepat atau fast lane untuk memfasilitasi pertukaran personel yang diperlukan. Diharapkan bahwa jalur ini dapat difungsikan secepat mungkin agar kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara dapat dipulihkan,” kata Wang Liping, Konselor Bidang Ekonomi dan Perdagangan di Kedutaan Besar China di Jakarta, Rabu (26/6/2020).
Wang mendampingi Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian dan Konselor Bidang Politik Kedutaan Besar China di Jakarta, Qiu Xinli, dalam jumpa pers yang digelar secara virtual di Jakarta.
Diungkapkan Wang, pandemi Covid-19 telah memberi dampak negatif pada kerja sama ekonomi dan perdagangan China-Indonesia, terutama akibat tertahannya pertukaran warga kedua negara.
Kondisi itu memengaruhi proyek-proyek kerja sama kedua negara. Misalnya kereta cepat Jakarta Bandung, Indonesia Morowali Industrial Park dan Taman Industri Weda Bay di Maluku Utara. Wang menegaskan, lewat aliran personel yang lancar, perusahaan dan proyek baru bisa beroperasi secara normal.
Selain itu, lapangan kerja baru bisa terjamin dan manfaatnya juga dapat dirasakan oleh pekerja Indonesia. Jadi, pemulihan aliran personel ini memiliki banyak keuntungan bagi Indonesia dalam penerapan kondisi normal baru. Wang menegaskan, para pihak yang terkait memastikan protokol kesehatan dipatuhi secara ketat.
Saling menguntungkan
Dubes Xiao Qian mengatakan, prinsip saling menguntungkan menjadi inti kerja sama ekonomi dan perdagangan China-RI. Hal itu semata untuk dan demi keuntungan sejati bagi masyarakat kedua negara.
Saat menghadapi normal baru ini, menurut dia, China bersedia bersama-sama dengan pemerintah dan semua kalangan masyarakat Indonesia untuk memperkuat bantuan timbal balik dalam memerangi epidemi Covid-19. Langkah-langkah itu diharapkan dapat menjadi penunjang upaya mempertahankan dua momentum positif perkembangan hubungan kedua negara, yakni memperdalam kerja sama di berbagai bidang dan mengatasi krisis akibat pandemi Covid-19.
Konselor Qiu mengatakan, pada 4 Juni silam, Menteri Luar Negeri China Wang Yi berkomunikasi melalui telepon dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan. Topik utamanya adalah pembukaan jalur cepat itu.
”Kedua pihak setuju jalur cepat itu akan dibuka sebelum akhir Juni. Kedua pihak juga mendiskusikan bagaimana membuka jalur hijau bagi transportasi barang-barang penting guna membantu proyek kerja sama penting kedua negara segera beraktivitas kembali,” kata Qiu.
Wang menegaskan, lewat aliran personel yang lancar, perusahaan dan proyek baru bisa beroperasi secara normal. Hal itu semata untuk membuka kembali kegiatan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi. ”Di era normal baru, pemerintah dan perusahaan kedua negara menahan diri dari tekanan pandemi dengan melakukan eksplorasi dan inovasi sehingga hubungan kedua pihak pun memasuki tahapan normal baru,” kata Wang.
Kondisi normal baru itu adalah kerja sama bilateral tetap berjalan di tengah upaya pencegahan dan pengendalian pandemi. Yang pertama, perdagangan jalur daring dan di luar jaringan menciptakan peluang baru bagi pelaku usaha kedua negara. Pameran di luar jaringan berskala besar seperti China International Import Expo (CIIE) tetap diadakan sesuai jadwal, sementara promosi daring pun digelar sebagai meningkatkan kepercayaan para pelaku usaha. Disebutkan, misalnya, pameran daring seperti Canton Fair telah menjadi semacam ”jembatan daring” bagi pelaku usaha Indonesia untuk mengakses pasar China.