Singapura Tetap Gelar Pemilu di Tengah Pandemi Virus Korona
Pengumuman itu dikeluarkan hanya empat hari setelah Singapura mencabut sebagian besar pembatasan terkait kebijakan selama pandemi Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SINGAPURA, SELASA — Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Selasa (23/6/2020), menyerukan bakal tetap digelarnya rangkaian pemilihan umum di negara itu di tengah pandemi Covid-19.
Lee menyatakan, laju wabah penyakit itu telah stabil di Singapura dan tidak ada jaminan pandemi akan berakhir pada April 2021 ketika masa pemerintahan saat ini berakhir. Parlemen pun dibubarkan untuk membuka jalan bagi pemilihan yang diperkirakan bakal digelar pada 10 Juli nanti.
Pengumuman Lee dikeluarkan hanya empat hari setelah Singapura mencabut sebagian besar pembatasan terkait kebijakan selama pandemi Covid-19.
Kondisi saat ini dinilai menjadi waktu dan kesempatan tepat bagi Pemerintah Singapura untuk mengumumkan hal terkait pemilu, sekalipun ada kemungkinan memburuknya dampak pandemi Covid-19. Lee mengatakan, negara Singapura harus bersiap untuk sebuah kondisi pasang surut terkait pandemi itu.
Berkaca dari pengalaman sejumlah negara lain, ada penambahan atau lonjakan kasus positif Covid-19 di beberapa negara yang telah dibuka kembali. Lee mengatakan, Singapura belum merasakan beban puncak dari kejatuhan ekonomi. Itu dapat dimaknai kemungkinan akan ada lebih banyak penutupan bisnis dan tingkat pengangguran yang lebih tinggi.
”Perjuangan panjang ada di depan mata,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi. ”Pemilihan sekarang ketika keadaan relatif stabil akan membereskan dan sekaligus memberi pemerintah baru mandat lima tahun penuh yang baru. Kita lalu dapat fokus pada agenda nasional dan keputusan sulit yang harus dibuat dan dijalankannya.”
Singapura pada awalnya dipuji sebagai salah satu negara model untuk penanggulangan Covid-19. Namun, kasus di negara berpenduduk 5,8 juta jiwa itu lalu justru melonjak menjadi lebih dari 42.000 kasus.
Dengan jumlah itu, Singapura menjadi salah satu negara dengan tingkat infeksi Covid-19 tertinggi di Asia. Sebagian besar kasus positif Covid-19 terkait dengan warga asing pekerja migran yang tinggal di asrama.
Lee mengatakan, kasus infeksi di asrama-asrama migran telah menurun, sementara kasus di luar asrama juga telah stabil.
Lee memutuskan untuk mengadakan pemilu sekarang karena tidak ada jaminan pandemi Covid-19 akan berakhir pada April mendatang. Meskipun ada larangan unjuk rasa, ia mengatakan partai-partai politik masih dapat berkampanye secara efektif.
Para pemilih pun diharapkan dapat memberikan suara dengan aman. Ia mengutip sejumlah contoh dalam pemilu baru-baru ini yang digelar di Korea Selatan, Taiwan, dan beberapa negara di Benua Eropa.
Lee mengatakan, lebih banyak tempat pemungutan suara akan didirikan. Para pemilih pun bakal diberi slot waktu cukup untuk memberikan suara mereka. Sebagai bagian dari protokol Covid-19, hal itu antara lain untuk mencegah keramaian. Warga berusia lanjut pun akan diberikan prioritas. Tidak lupa, aturan jarak yang aman akan diberlakukan dan harus dipatuhi.
Secara spontan terdapat sejumlah warga masih mengungkapkan kekhawatirannya terkait gelaran pemilu di tengah kondisi tidak menentu saat-saat ini. Nur Azlinda, seorang pekerja telekomunikasi berusia 38 tahun, mengatakan, dia khawatir atas adanya pemilu di tengah pandemi.
”Tentu saja kita harus melakukan bagian kita sebagai warga Singapura, tetapi bagian negatifnya adalah karena Covid-19 itu. Kita tidak seharusnya berkumpul dan saya khawatir akan ada gelombang lain Covid-19 itu,” katanya.
Partai Aksi Rakyat yang dipimpin Lee secara luas diperkirakan bakal mempertahankan mayoritasnya di parlemen. Partai yang berkuasa sejak 1959 itu saat ini memegang 83 dari 89 kursi.
Kondisi saat-saat ini akan menjadi semacam ujian apakah partai penguasa itu dapat mempertahankan 69,9 persen raihan suara yang diperoleh pada tahun 2015. Pemilihan juga penting bagi Lee (68) yang berencana untuk pensiun dan menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin baru.
”Pemilihan umum ini tidak akan seperti yang kita alami sebelumnya. Bukan hanya karena pengaturan khusus terkait dengan Covid-19, melainkan karena gentingnya situasi dan masalah yang dipertaruhkan,” kata Lee.
Dia pun mendesak para pemilih untuk memilih secara bijak untuk mengamankan hidup, pekerjaan, dan masa depan mereka. (AP/AFP)