Ketegangan politik antara Korut dan Korsel mulai muncul lagi gara-gara Pyongyang marah dengan rencana kelompok-kelompok pembelot di Korsel untuk menyebarkan selebaran propaganda ke Korut.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
SEOUL, RABU —Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akhirnya memutuskan membatalkan rencana operasi militer terhadap Korea Selatan. Keputusan yang diumumkan dalam rapat Komite Pusat Militer melalui video konferensi itu dilaporkan setelah mempertimbangkan banyak hal. Namun, tidak disebut apa saja yang menjadi bahan pertimbangan.
Kantor berita KCNA, Rabu (24/6/2020), hanya menyebutkan ”mempertimbangkan situasi saat ini”. Ketegangan politik antara Korut dan Korsel mulai muncul lagi gara-gara Pyongyang marah dengan rencana kelompok-kelompok pembelot di Korsel untuk menyebarkan selebaran propaganda ke Korut.
Dalam pandangan Korut, hal itu melanggar perjanjian kedua negara itu untuk mencegah konfrontasi militer. Para pembelot dianggap menghina harga diri kepemimpinan tertinggi Korut.
Situasi memanas lagi ketika Korut meledakkan kantor perwakilan bersama Korsel-Korut di Kaesong yang terletak di perbatasan. Korut lalu sesumbar tak mau lagi berbicara dengan Korsel, bahkan mengancam akan melancarkan serangan militer.
Kirim pasukan
Adik perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengancam melawan Korsel. Namun, Staf Umum Tentara Rakyat Korea kemudian menyatakan telah mempelajari rencana aksi militer yang akan melibatkan pengiriman pasukan ke dalam zona pariwisata dan ekonomi serta mengaktifkan kembali pos-pos penjagaan perbatasan yang selama ini sudah ditinggalkan seperti sudah diatur dalam kesepakatan kedua negara. Korut juga berencana menyebarkan selebaran propaganda ke Korsel.
Beberapa hari lalu, militer Korut juga terlihat mulai memasang pengeras-pengeras suara di dekat zona demiliterisasi (DMZ). Setelah kedua Korea menandatangani gencatan senjata untuk segala bentuk serangan pada tahun 2018, semua pengeras suara dilepas.
Laporan situs pemantau Korut, 38 North, menyebutkan, retorika anti-Korsel dari Korut sudah tidak terdengar karena Korut pun sebenarnya tidak mau ada konflik lebih parah dengan Korsel. Namun, Korut juga tidak mau kembali berdialog dengan Presiden Korsel Moon Jae-in. Korut mungkin akan kembali menyerang AS dengan perang kata-kata.
Selama ini, pola Korut mulai dikenali. Korut akan menekan Korsel jika tidak mendapat apa yang diinginkan dari Amerika Serikat. Tumpahan kejengkelan Korut belakangan ini juga karena frustrasi dengan Korsel yang tidak mau menentang sanksi yang dijatuhkan komunitas internasional ke Korut.
Korsel juga terlihat kurang gigih memulai lagi proyek-proyek ekonomi antar-Korea. Padahal, bagi Korut, proyek-proyek itu penting agar bisa memulihkan perekonomiannya.
Perundingan nuklir antara Pyongyang dan Washington mulai goyang setelah pertemuan kedua antara Kim dan Presiden AS Donald Trump di Vietnam, tahun lalu, buntu. AS menolak permintaan Korut agar sanksi atas mereka dicabut sebelum Korut menghentikan pengembangan nuklirnya. (REUTERS/AFP/AP)